“Itu, yang lagi main – main di halaman. Itu keponakan bibi semua kan?” tanyaku sambil menunjuk kearah halaman.

“Yang mana non? Disana mah, gak ada apa – apa non,” ucap bibi yang membuatku syok berat.

Astaga! Kejadian lagi kan. Itu pasti hantu.

Saat aku tiba di dalam rumah, aku merasakan suasana di rumahku yang biasanya tenang menjadi sedikit horror. Entah apa alasannya, yang jelas, aku benar – banar merasa merinding! Hwaa!! Max!!!! tanggung jawab!!! Gara – gara kamu, aku jadi melihat apa yang seharusnya gak aku lihat!!!

Sesampainya di kamar, aku langung merebahkan badanku di atas kasur king size milikku. Setelah bibi selesai membereskan baju – baju ku, ia pamit keluar untuk menyiapkan makan malam untukku.

“Max?” panggilku dengan suara sedikit berbisik, takut ada orang lain yang mendengarnya.

Tiba – tiba saja ia sudah berdiri di sebelah ranjang ku.

Langsung saja, aku ungkapkan kemarahanku padanya, “tau gak! Gara – gara kamu nempelin aku, aku jadi bisa ngeliat hantu! Tanggung jawab kamu!” teriakku.

Max hanya diam saja.

“Max! jawab! Jangan diem aja dong! Ini semua kan gara – gara kamu!”

“Dua minggu lagi,” ucap Max nyaris terdengar seperti sebuah bisikan.

“Maksudmu?” tanyaku dengan suara pelan.

“Kalau aku tidak kembali ke ragaku, aku akan mati,” ucapnya dengan wajah datar. Ia menengok kearahku, “dan jika itu terjadi, aku akan menghantuimu seumur hidupmu,” ia memandangku dengan tatapan tajamnya yang mampu membunuhku.

Glek! Tamatlah riwayatku, jika aku tidak segera menemukan raganya. Seminggu lebih bisa melihat hantu saja sudah bisa bikin aku stress, gimana kalo selamanya!? Belum lagi dapat gangguan dari Max si hantu nyebelin ini.

“Kalau kau tidak mau aku hantui seumur hidupmu, cepat temukan ragaku,” ucapnya penuh penekanan disetiap kalimatnya.

Deg! Ya tuhan… kenapa engkau memberikan cobaan sesulit ini kepada hambamu yang tak berdosa ini…? “Baiklah, sepulang sekolah aku akan ke rumah sakit untuk bertanya ke rumah sakit mana kamu dipindahkan?”

***

Aku terbangun saat tengah malam dengan keringat dingin yang sudah membasahi tubuhku. Ah… mimpi buruk lagi. Aku segera turun dari ranjangku, aku tidak bisa tidur tenang akhir – akhir ini karena para hantu terus saja menghampiriku.

Ketika aku sedang berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarku, keningku berkerut saat melihat ada sebuah bayangan di dalam kamar mandi tersebut. “Siapa kau?” tanyaku sambil mencoba menajamkan penglihatanku, karena lampu kamar mandi yang tidak menyala.

Sekelebat bayangan langsung keluar dari kamar mandi dengan gerakan yang sangat cepat, “siapa kau!?” teriakku yang mulai ketakutan. Ku edarkan pandangan ke sekeliling ruangan, tapi tak menemukan sesuatu yang ganjil menurutku. Ruangan kamar yang gelap pun menambah rasa takutku yang mulai tak terkendali.

A-apa tadi? Apa yang barusan aku lihat? Bayangan apa tadi!? Oh tuhan… kenapa hidupku jadi serumit ini?

“AAAAAA!!!!!!!!!” teriakku ketakutan saat bayangan itu tiba – tiba muncul dihadapanku. Ia bukan bayangan, melainkan makhluk mengerikan berbadan hitam yang mengenakan pakaian serba hitam, memiliki rambut yang acak – acakan, mata merah yang mengerikan, dan taring yang amat sangat mengerikan. Di sudut bibirnya pun terlihat bekas darah. Seakan – akan ia habis menghisap darah manusia.

Aku berjalan mundur menghindarinya, tapi ia tetap berjalan mendekatiku yang sudah tidak bisa berpikir lagi apa yang harus ku lakukan? Aku sangat ketakutan, sampai – sampai kakiku terasa lemas dan tak sanggup lagi menopang tubuhku dan akhirnya aku jatuh terduduk. Makhluk itu tetap saja berjalan menghampiriku. Saat jarakku dan makhluk itu hanya tersisa dua langkah, tiba – tiba ada bayangan putih yang menerjangnya, dan membuat makhluk mengerikan itu menghilang.

Hah… hah… apa itu? Apa yang barusan terjadi? A-apa yang menyerang makhluk mengerikan itu?

Tiba – tiba aku merasakan ada sebuah tangan dingin yang menyentuh bahuku, “AAAA!!!” teriakku terkejut karena ada yang memegang bahuku.

“Tenang, ini aku,” ucap sebuah suara yang akhir – akhir ini taka sing di telingaku. Max. “Kau baik – baik saja?” tanyanya.

“Bagaimana aku bisa baik – baik saja!? Kalau makhluk mengerikan itu-“ ucapanku terputus karena Max tiba – tiba memeluk tubuhku. Walaupun aku memakai baju tidur berlengan panjang, tapi tetap saja, aku bisa merasakan hawa dingin di sekujur tubuhnya yang entah mengapa bisa membuat ketakutanku sedikit berkurang.

Ia melepaskan pelukannya, “sudah lebih baik?” tanya Max.

Aku hanya sanggup mengangguk, karena masih terlalu shock melihat makhluk mengerikan barusan. Sebenarnya makhluk apa tadi yang aku lihat?

“Kembalilah tidur, besok kau harus sekolah,” perintahnya.

“Ta-tapi kalau…”

“Aku akan disini, tidurlah,” ia kembali memerintahku, kali ini dengan suara yang tegas. Mau tidak mau, aku menuruti perintahnya.

Aku kembali berbaring di tempat tidur king size ku dan Max berdiri di sebelah tempat tidurku dengan wajah dinginnya yang selalu setia menemaninya kemana – mana.

“Tidak usah memandangku seperti itu, cepatlah tidur,” kata Max tanpa memandang kearahku.

“Siapa juga yang memandangimu,” ucapku langsung memejamkan mata.

Falling In Love, with GHOST!?Où les histoires vivent. Découvrez maintenant