delapan

4.7K 666 142
                                    

.・゜-: ✧ :-  -: ✧ :-゜・.









Semilir angin berhembus pelan. Cukup menyegarkan meskipun matahari sedang tinggi-tingginya. Atap sekolah memang tempat yang sangat umum dijadikan sebagai lokasi untuk menghabiskan waktu istirahat.

Untungnya, mereka di sini ketika jam pelajaran sedang berlangsung, sehingga atap tidak akan terlalu ramai oleh siswa lain. Sunghoon sesekali melirik ke samping kiri, menatap sosok Sunoo yang sibuk memejamkan matanya menikmati belaian benda tak kasat mata itu.

Meskipun terhalang penutup mata, Sunghoon bisa melihat dengan cukup jelas jika Sunoo memiliki bulu mata yang lentik. Ketika berkedip, benda itu akan menyentuh kulit pipinya dengan mudah.

Sangat menggemaskan.

Juga, sangat cantik.

“Ah, sial.”

Mata Sunoo terbuka sedetik setelah kalimat itu terlontar. Si pemilik rambut merah itu menoleh dengan kernyitan dahi.

“Kau mengumpatiku?”

“T-Tidak, tentu saja tidak. Kau terlihat lebih cantik dari dekat.” Sunghoon tersenyum lebar dengan begitu bodoh. Namun senyumnya justru mengundang senyum lain yang lebih indah dari yang ia bayangkan selama ini.

Sunoo... dia tersenyum padanya?

Betapa beruntungnya dia bisa melihat senyuman seindah itu. Hah, begitu mudahnya sosok ini membuatnya jatuh cinta?

“Apa yang kau suka dariku?”

“Semuanya.”

“Termasukㅡ” Sunoo menunjuk penutup matanya yang berwarna putih dengan jemarinya dan Sunghoon menangkapnya untuk menyembunyikannya di balik genggaman.

“Semuanya.”

Tatapan teduh Sunghoon beradu dengan milik Sunoo. Jantung saling berdebar seolah membuat percakapan batin yang hanya dipahami oleh mereka sendiri. Kehangatan dari jemari Sunghoon pun membuat perasaan Sunoo menjadi semakin baik tiap detiknya.

Apa cinta itu akan terbalas?

“Bahkan jika kau hanya melihatku dengan sebelah matamu, aku tetap menyukainya.”

Jemari Sunghoon menyingkirkan anak rambut yang menutupi dahi Sunoo yang melihat dari segala sisi, bahwa Sunoo terlihat sempurna meskipun dia memiliki kekurangan.

“Kau cantik.”

“Tidak.” Sunoo melepaskan genggaman Sunghoon perlahan. “Suatu saat kau pasti akan terkejut, ketakutan, lalu meninggalkanku.”

Ada tatapan sedih di sana dan banyak ekspresi yang tak pernah ingin Sunghoon lihat lagi. Tidak boleh ada guratan luka di wajah itu. Tidak satu pun.

“Aku terlihat seperti... monster?”

Lagi-lagi mata sayu itu menatapnya dengan sedih. Membawa goresan lain di hati Sunghoon. Mengapa Sunoo begitu rendah diri?

Apa yang terjadi padanya sehingga dia harus membuat tembok setinggi mungkin?

“Aku takut kau menyesal telah mengenalku. Jadi, sebelum semua itu menyakitiku, membawa perasaan yang lebih besar lagi... tolong menyerahlah Sunghoon. Menyerahlah padaku.”

“Apa karena mata itu? Itu hanya sebuah luka, Sunoo. Suatu saat kau pasti bisa mendapatkan penglihatanmu kembali. Kau pastiㅡ”

“Mataku tidak terluka, Sunghoon. Mataku baik-baik saja.”

“A-Apa?”

“Dia tidak terluka, dia hanya... berbeda.”

“Apa maksudmu?” Jelas Sunghoon tidak mengerti semua perkataan Sunoo.

Jika itu hanya luka, itu pasti sembuh suatu saat. Jika itu permanen pun, Sunghoon tetap akan melabuhkan dirinya pada Sunoo.

Tangan Sunoo perlahan bergerak di antara helai rambutnya. Mencari-cari pengikat yang tersembunyi di sana sebelum akhirnya melepaskan simpul-simpul yang ada dan berhasil melonggarkan penutup matanya.

Tangannya gemetar ketika melakukannya dan itu tak luput dari penglihatan Sunghoon. Sunoo menunduk ketika penutup mata itu terlepas dan Sunghoon memperhatikan bagaimana tangan kecil Sunoo mencengkeram erat penutup matanya.

Perlahan, kepala Sunoo terangkat. Sunghoon merasakan hatinya ikut berdebar untuk hal yang belum ia ketahui.
Namun seluruh pertanyaan yang mampir di kepalanya, serta semua pikiran negatif yang sempat mampir, akhirnya semuanya menghilang begitu saja karena jawabannya ada di depannya.

Ia telah melihatnya sendiri...

Rahasia Sunoo.

Matanya adalah heterochromia.

Jika warna mata normal Sunoo adalah coklat almond, maka iris mata sebelahnya adalah dark-grey. Mata itu seolah bersinar cerah di bawah cahaya matahari. Memantulkan wajah Sunghoon dengan jelas.

Detik demi detik dilalui Sunghoon hanya untuk menikmati keindahan mata tersembunyi Sunoo. Ia begitu terpesona olehnya.

Tetapi, Sunoo memiliki pemikiran lain.

Sunghoon mungkin saja merasa aneh dan ngeri melihat warna iris mata yang tidak sinkron seperti ini. Hal itu membuat nyalinya menciut dan ia mulai berkecil hati.

“Ini... menakutkan... kan?”

“Kauㅡ” Sunoo berusaha menatap Sunghoon meskipun sangat sulit. Ekspresi Sunghoon tidak mudah ia tebak. “Apa kau menyembunyikan keindahan itu selama hidupmu?”

Hah?

Indah?

Sunghoon tersenyum sangat tampan dan tangan besarnya tiba-tiba saja sudah mendarat di kedua pipi tembamnya. Menariknya lebih dekat hingga ia mampu merasakan hembusan mint dari nafas Sunghoon.

“Kau berkali lipat cantik, Sunoo.” Hidung Sunghoon mengusap ujung hidungnya dengan gemas. “Demi Tuhan, Sunoo. Kau sempurna sekali. Aku benar-benar jatuh cinta padamu.”

Lalu bibir Sunghoon mendarat begitu saja pada ranumnya. Mengecupnya berkali-kali seolah tidak ada hari esok. Membuat debaran di dalam diri Sunoo semakin menggila.

“Sunghoon...” Hati Sunoo tentu saja berbunga.

Ia tak mampu lagi menyembunyikan senyumnya dan betapa bahagianya dia karena diterima pertama kali oleh orang yang juga disukainya. Tanpa peduli pada keanehan yang ia punya.

“Sunoo...” bisik Sunghoon dengan suara rendah. Membawa gentaran pada permukaan kulit Sunoo.

Pemuda mungil itu memejamkan matanya, menerima segala perlakuan Sunghoon padanya. Kecupan, ciuman, hembusan nafas dan segala kenyaman dari Sunghoon tengah ia rasakan kini. Dalam hati, ia juga ingin mencoba. Menyerahkan hatinya pada pemuda tinggi itu. Memberi kesempatan pada seseorang yang telah memuji kekurangannya.

“...”

“Don't you know how perfect you are?”












END.
—sorry for typos, n thank u 🥳

The Light; Sungsun✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang