"Lain kali, bicarakan apapun yang mengganggumu. Kau benar-benar tidak seperti biasanya. Kenapa kau bisa begitu percaya dengan kata-kata orang lain dari pada menanyakan hal itu pada temanmu sendiri?" ucap Dejun membuka percakapan.

Kinar tak langsung menjawab, memberi jeda bagi dirinya sendiri untuk memahami situasi dan kesalahan yang telah terjadi.

"Maaf," ujarnya sambil meremat sumpit. "Entah untuk alasan apa, aku benar-benar takut jika kau memang merasa seperti itu. Selama ini, mungkin aku terlalu egois karena merasa nyaman sendiri berada di sekitarmu--"

"Tidak. Jangan pernah mengatakan itu. Bahkan jika aku benar-benar menyukai gadis lain, kau akan tetap menjadi prioritasku."

"Kenapa?" lirihnya, ragu-ragu.

"Seorang sahabat memang harus lebih diprioritaskan, bukan?"

Dejun memalingkan pandangan sesaat, membasahi bibirnya yang tiba-tiba saja terasa kering setelah mengatakan itu. Lagi-lagi, perasaan itu terkubur dalam. Menciptakan sesak yang ia simpan dengan rapat. Ragu dengan segala perasaan dan takut dengan kekacauan yang mungkin saja bisa timbul karena rasa itu. Untuk saat ini, Dejun hanya ingin memendam itu sendiri.

Anggukan kecil Kinar berikan sebagai jawaban. Sebenarnya merasa kurang setuju dengan statement itu, tetapi perasaannya seolah mendorong untuk berhenti membahas hal itu. Kinar kemudian membelalak begitu sadar Hendery telah bergabung di meja mereka. Cowok itu duduk di sebelah kursi Dejun. Heran dengan raut terkejut Kinar, Dejun lantas mengibaskan tangannya yang menggenggam sumpit di depan wajah Kinar.

"Kau kenapa?"

"Eh?" Kinar menggeleng keras. "T-tidak, hanya lalat."

"Benarkah? Lalat jarang sekali datang ke sini. Kenapa tiba-tiba bertamu?"

Kinar tertawa kaku. "Mungkin lalat itu bosan."

Dejun meminum segelas esnya setelah selesai makan. Ia mengecek ponselnya. "Kau mau apa? Aku baru saja memesan makanan ringan untuk belajar nanti."

Alih-alih menjawab, Kinar justru berucap ragu. "Dejun, pria cosplayer hantu yang aku temui waktu itu ..."

"Kenapa?"

"Kau sudah tahu bahwa sejak awal dia hantu? Dari mana kau tahu?"

"Dari foto yang kau tunjukkan. Aku tidak melihat siapa pun selain dirimu di situ, itu sebabnya aku merasa ngeri dan langsung menghapus fotonya."

Kinar membulatkan mulutnya. "Lalu kenapa kau tidak berkata jujur saat itu?"

"Entahlah, aku pikir kau memang sedang melantur."

"Kau menganggapku gila?"

Dejun menggeleng cepat sambil terkekeh. "Tidak, aku hanya sedang menunggu waktu yang tepat. Tapi esoknya kau malah menjauhiku."

"Oh, tapi bagaimanapun itu kau memang benar. Dia bukan manusia."

"Lupakan saja, tidak perlu kau pikirkan."

"Tidak, tapi apakah kau percaya jika arwah itu sekarang ada di sini?"

"Apa?" Dejun mengerutkan dahi dalam seraya mengedarkan pandang, seolah benar-benar tidak percaya. "Di mana?"

Kinar menunjuk sebelah kursi Dejun. "Di sebelahmu."

Seketika itu Dejun melirik ke kanan, tepat di arah yang Kinar tunjukkan. Cowok itu terbahak. "Kau bercanda."

"Aku tidak bercanda, Jun. Dia sedang menatapmu sekarang."

"Sejak kapan kau memiliki penglihatan itu?"

Vous avez atteint le dernier des chapitres publiés.

⏰ Dernière mise à jour : Jan 27, 2021 ⏰

Ajoutez cette histoire à votre Bibliothèque pour être informé des nouveaux chapitres !

FINDING YOU | Hendery WayVOù les histoires vivent. Découvrez maintenant