BBMLB 6. Damai

1.6K 357 34
                                    

Aku termangu sambil memegang sebuah novel yang dibelikan Deril sebulan lalu. Baru selesai membacanya malam ini karena kesibukanku dengan tugas kuliah. Buku ini bercerita tentang Raya dan Arga yang bersahabat sejak kecil. Mereka selalu bersama dan tak terpisahkan hingga dewasa. Waktu yang dilalui bersama membuat Arga menumbuhkan perasaan cinta pada Raya. Tapi Raya justru menjalin hubungan dengan Brian, teman mereka di kampus.

Awalnya Arga merasa bahwa menyembunyikan perasaannya adalah hal yang benar. Tapi tak disangka, suatu hari sesuatu yang terjadi membuat Raya tahu apa yang disimpan Arga. Lalu perlahan Raya menjauh dari Arga. Hubungan mereka menjadi jauh dan canggung. Berbulan-bulan seperti itu, Arga mulai merindukan kedekatan mereka sebagai sahabat. Akhirnya ia bertekad untuk menghapus perasaan itu hanya agar tidak kehilangan sosok sahabat. Begitulah. Akhir kisah ini cukup mengesankan karena tokoh Arga yang mau merelakan hatinya agar tetap bersahabat dengan Raya.

Apa yang dilakukan Arga membuatku memikirkan tentang tekad yang berusaha kupupuk selama beberapa hari ini. Kisah Arga makin meyakinkanku bahwa keputusan ini memang yang terbaik. Aku harus berusaha melupakan perasaan terhadap Banyu agar tidak kehilangan sosok kakak yang selama dua puluh satu tahun ini menjadi penjagaku. Harusnya, perasaan terlarang ini tidak ada apa-apanya dibanding kedekatan kami sebagai saudara. Benar, kan?

Jarum pendek jam menunjuk ke angka dua belas. Sudah tengah malam, tapi aku sama sekali tidak bisa terlelap. Hanya mengulang-ngulang membaca di bagian Arga yang memutuskan untuk melupakan Raya. Kata demi kata di narasi itu begitu memikat dan membuatku terpengaruh. Aku semakin yakin untuk berdamai dengan Banyu dan menghentikan dosa ini.

Mendesah berat, aku menaruh novel di atas ranjang dan turun dari ranjang. Membuat susu cokelat sepertinya merupakan pilihan bagus agar aku bisa cepat mengantuk. Besok pagi Deril pasti akan marah-marah kalau aku bangun terlambat. Tadi saja dia sempat masuk kamar dan memerintahku agar cepat tidur.

Cahaya remang-remang menyambut begitu aku keluar dari kamar. Rumah kami memang berlantai satu, karena itu ketika keluar, yang kulihat langsung ruang tengah. Aku sedikit tersentak melihat sosok yang duduk dengan punggung bersandar di sandaran sofa dan sebelah tangan menutupi mata. Bajunya masih sama dengan yang dia pakai tadi pagi. Pasti dia baru saja pulang.

Kata Deni, sedang ada masalah di perusahaan yang berkaitan dengan penggelapan dana dan pelakunya belum terungkap. Sebagai pimpinan, Banyu yang jadi bekerja keras untuk menyelesaikannya. Karena itu dia jadi sibuk dan sering pulang malam. Aku iba dan kasihan padanya. Hidup enak dan nyaman tanpa kekurangan yang kurasakan tentu ada andil besar Banyu di dalamnya. Dialah yang bekerja keras agar aku tidak merasa kesusahan.

Kalau begini, rasanya aku malu dan menyesal karena menambah bebannya dengan perasaanku. Tapi menghampirinya sekarang, aku juga ragu. Dia pasti lelah dan butuh istirahat, bukannya bertemu denganku yang hanya bisa membuat masalah untuknya. Jadi daripada mendekat, aku memilih berbelok untuk menuju dapur.

"Ru?"

Tapi baru dua langkah kakiku menjauh, suaranya terdengar memanggil. Aku maunya tidak menoleh dan pura-pura tidak mendengar. Tapi panggilannya yang kembali mengudara membuat langkahku benar-benar terhenti.

"Biru?"

Menghela napas, aku berbalik. Menemukan dia yang masih duduk, tapi tatapannya lurus ke arahnya.

"A-aku nggak bisa tidur," kataku dengan tergagap, entah kenapa.

Nyatanya, ingin melawan Banyu itu susah. Hanya satu kali yaitu pagi itu aku berani mendebatnya. Setelahnya aku lebih suka diam atau menghindar. Apalagi jika ingat kejadian beberapa malam lalu ketika aku ketiduran di ruang televisi. Aku merasa ada yang menggendongku ke kamar. Tapi terlalu malas untuk memastikan siapa, jadi aku hanya pura-pura masih tertidur. Hingga saat aku sudah dibaringkan, sebuah usapan di kepala disertai bisikan minta maaf, tak ada rasa selain kaget dan tertegun. Itu adalah Banyu. Dan dia meminta maaf padaku. Hal yang tak pernah kuduga sejak dia menjauhiku.

Banyu Biru: My Lovely Brother (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang