ENAM-ODIRA'S NIGHTMARE

34 8 16
                                    

Enam

Odira melihat tempat tidurnya dengan takut, dia sangat mengantuk tetapi takut untuk tidur. Takut kalau mimpi itu akan kembali datang dan mengganggunya.

Odira menghela nafas lelah lalu duduk di pinggir ranjang, mau tidak mau dia harus tidur meskipun resikonya adalah mengalami mimpi aneh itu. Odira lelah dengan hidup seperti ini, biasanya tidur adalah hal yang paling dia sukai tetapi sekarang tidur adalah hal yang paling dia hindari. Sampai kapan ini akan terus terjadi?

Odira menyingkap selimutnya lalu membaringkan tubuhnya, apapun yang terjadi ketika dia tidur nanti memang tidak bisa dihindari, kalau memang dirinya harus bermimpi maka Odira pasrah. Lagipula dia tidak akan mengingat mimpinya ketika bangun. Dan juga Abimanyu sudah memberikannya ramuan, entah manjur atau tidak.

💭💭💭

"Bagus," gumam seseorang lalu dengan kekuatan yang dimilikinya, pria itu menghilang meninggalkan cahaya merah yang perlahan juga menghilang.

Ketika pria itu membuka matanya, dia sudah berada di tempat yang seharusnya. Tempat dimana ia bisa berinteraksi dengan Odira tanpa harus repot-repot menemuinya secara langsung.

Pangeran Dur memperhatikan sekitar, hanya ada Odira yang masih tertidur dengan bersandar pada pohon besar yang sudah mati meninggalkan ranting-ranting berwarna coklat kehitaman. Dimana Abimanyu? Itu yang dipikirkan pangeran itu.

Pangeran Dur melangkahkan kaki panjangnya menghampiri Odira, rasa marah pangeran itu kembali muncul ketika mengingat bahwa gadis itu belum membuat ramuan sama sekali. Apakah sepupunya itu tidak berupaya untuk memaksa gadis ini?

"Bangun!" ucap Pangeran Dur ketika sudah berada di hadapan Odira, tetapi panggilan itu tidak mampu mengusik Odira yang masih tertidur nyenyak. Pangeran Dur juga tidak mau repot-repot membangunkan Odira dengan baik.

Pangeran Dur mengangkat tangan kanannya lalu muncullah senjata gada di tangan itu. Pangeran Dur mundur dua langkah lalu membanting ujung gadanya ke tanah menimbulkan suara yang sangat besar bahkan ranting-ranting pada berjatuhan. Tetapi, Odira ... masih tetap tidur seakan tidak terjadi apapun.

Pangeran Dur terkejut, apa gadis di hadapannya ini masih hidup? Pasalnya suara gadanya sangat kuat bahkan sampai beberapa kilometer, tetapi Odira yang hanya berjarak dua langkah saja tidak terusik sama sekali. Untuk memastikan pikirannya itu, Pangeran Dur mengambil dua langkah lalu meletakkan jari telunjuknya di bawah lubang hidung Odira. Masih ada nafas ternyata, berarti gadis ini masih hidup. Tetapi kenapa dia tidak bangun?

Pangeran Dur berdecak, pasti ini adalah ulah Abimanyu yang membuat dirinya tidak bisa memasuki alam mimpi Odira. Sepupunya itu sudah bertindak kelewatan.

💭💭💭

Pagi ini Odira sangat ceria, dari bangun tidur hingga saat ini. Mimpi buruk itu tidak terjadi semalam, dan Odira berharap mimpi itu akan segera menghilang selamanya.

Odira mengingat ramuan yang diberikan Abimanyu padanya, apa karena itu mimpi buruknya hilang? Entah iya atau tidak, tetapi Odira harus mengucapkan terimakasih kepada pria yang disebutnya aneh itu.

"Kamu senang banget kayaknya, ada apa, Nak?" Tentu saja Myra merasa Odira sedikit aneh, belakangan ini dia selalu terlihat muram dan gelisah tetapi sekarang dia seperti orang yang mendapatkan apa yang diinginkannya.

"Tidak ada apapun, Ibu." Myra hanya mengangguk mengerti, biarkan saja yang penting putrinya bahagia.

"Oh iya, Bu. Aku ingin pergi bersama teman-temanku, apakah boleh?"

Odira's Nightmare [Selesai]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora