Extra chapter: [🎄] 14 Days

626 80 9
                                    

Spesial Story by:

PeachyCream_ ꒱






















Gelap.

Aku hanya merasakan gelap walau mata ini terbuka lebar.

Semenjak aku masuk di bangsal rumah sakit ini seluruh hidupku terasa hampa.

Aku ingin melihat seperti apa yang orang awam lihat, tapi aku tidak bisa.

Seorang pria berjas putih— yang kata orang tuaku disebut dengan dokter memberitahuku aku tidak akan bisa melihat.

Untuk selamanya.

Sungguh ini cobaan besar bagiku yang begitu menyukai melihat pemandangan orang-orang berlalu lalang sambil memotretnya.

Bahkan sekarang aku tidak tahu dimana letak kameraku sekarang.

Mungkin sudah berdebu atau yang lebih parah sudah dibuang.

"Seungmin-ah." ah itu suara mamaku.

"Iya mama?" kepalaku mengedar walau aku tidak tahu letak pasti wanita yang sudah melahirkanku itu.

Sapuan lembut terasa di pipiku, kepalaku di dongakkan sedikit.

"Mama disini, oh iya sekarang waktunya seungmin makan.

Nah buka mulutmu." dengan telaten mama menyuapiku.

Aku membuka mulutku dan menerima suapan yang diberikan oleh mama.

Sebenarnya makanan rumah sakit terlalu hambar di mulutku, namun aku merasa kurang ajar jika meminta tolong pada mamaku yang pasti capek merawatku.

Beberapa menit yang terasa lama untukku dan akhirnya makanan itu habis.

"Nah sudah selesai. Seungmin mau apa?" tanya beliau lembut.

Ahh aku semakin tidak tega mengungkapkan keinginanku.

"B-bolehkah seungmin pergi ke taman rumah sakit? Disini sangat membosankan." cicitku pelan.

Tak ada balasan dari yang lebih tua.

Pasti tidak disetujui.

"Boleh, sebentar ya mama ambilkan kursi roda."

Aku termangu, jadi aku boleh keluar dari sini? Maksudku dari kamar ini?

Aku merasa tubuhku dirangkul dari samping dan berjalan perlahan.

Aku tiba-tiba duduk di kursi roda dan aku dipakaikan syal beserta sarung tangan dan beanie rajut.

Roda-roda tersebut melaju dengan pelan.

"Seungmin senang?" tanya mama kepadaku.

Tak bisa kupungkiri aku merasa begitu senang walau hanya sebatas menuju taman rumah sakit.

"Huum!" aku menganggukkan kepalaku dengan semangat.

Tak terasa sudah mencapai taman rumah sakit. Aku berasumsi seperti ini karena merasa tidak ada pergerakan lagi dari kursi rodaku.

"Mau mama tungguin atau engga?" tanya mama.

Aku menggeleng pelan.

"Mama cari makan saja, aku tahu mama pasti belum makan dari pagi karena sibuk mengurusku."

"Beneran? Ga mama tungguin aja?" mama sepertinya khawatir denganku.

"Gapapa mama, kalau aku ingin kembali aku akan menelepon mama."

[6] December to Remember✓Where stories live. Discover now