BAB 19 PENCARIAN YANG SIA-SIA

52 18 0
                                    

Hugenay langsung sibuk, begitu mereka sudah masuk ke ruang yang penuh dengan berbagai jenis jam. Ia menyuruh kedua orangnya menutup tirai jendela. Setelah itu dinyalakannya lampu-lampu yang ada di situ.

Diperhatikannya ruangan itu.

"Beratus-ratus jilid buku," gumamnya. "Tiga buah lukisan, kelihatannya barang murahan. Sebuah cermin besar. Jam, banyak sekali. Dinding berlapis panel, di balik mana mungkin ada tempat

penyimpanan rahasia. Sekarang pesan-pesan tadi. Yang pertama menyuruh kita melihat buku. Pesan kedua mengarahkan kita ke kamar ini, di mana waktu mendengung. Sedang pesan ketiga - coba kulihat pesan itu Nak!"

Jupiter menyodorkan potongan kertas robek yang berisi pesan ketiga. Hugenay memperhatikan deretan angka-angka yang tertulis di situ dengan kening berkerut.

"Kelihatannya menunjuk pada kata-kata serta halaman-halaman tertentu dalam sebuah buku," katanya. "Tapi sama sekali tak bermakna tanpa buku itu." Ia menoleh pada Jupiter. "Buku yang mana, kalau menurut perkiraanmu?"

"Tidak tahu," jawab Jupiter. "Tapi kemungkinannya salah satu buku yang ada di kamar ini."

"Ya, menurut pendapatku juga begitu. Coba kita periksa beberapa di antaranya."

Hugenay menghampiri rak buku yang paling dekat, mengambil beberapa buku dari situ lalu membalik- balik halaman sebentar. Sambil mendengus dikembalikannya buku-buku itu ke tempat semula.

"Percuma! tukasnya. "Buku-buku di sini terlalu banyak. Tidak mungkin kita bisa meneliti semuanya satu per satu. Tapi pesan itu harus kita ketahui maknanya. Ayo, putar otakmu! Katanya kau kan jago kalau soal begitu."

Jupiter mencubiti bibir bawahnya, seakan-akan dengan begitu otaknya bisa bekerja lebih lancar.

"Mr. Hugenay-" katanya setelah beberapa saat. "Bagaimana, Anak muda?"

"Pesan-pesan itu ditujukan pada Rex King. Ialah yang dimaksudkan harus menguraikan pesan-pesan itu, karenanya masuk akal apabila ia tahu buku mana yang dimaksudkan Mr. Clock."

"Ya, tentu saja! Sekarang kita tinggal meneleponnya saja, untuk menanyakan."

"Tapi ia ada di rumah sakit."

"Wah, sayang." Wajah Mr. Hugenay yang semula sudah berseri-seri langsung kecut lagi. "Coba pikirkan jalan lain."

"Kita bisa bertanya pada istrinya. Mungkin saja ia tahu." "Tentu saja! Itu gagasan yang bagus. Sekarang telepon dia."

"Lebih baik Bob saja yang menanyakan." kata Jupiter, "karena waktu itu ia yang ke sana."

Jupiter pergi ke dapur, diikuti oleh Hugenay. Bob sedang minum coklat di situ bersama Harry serta ibunya, Mrs. Smith.

"Ada hasil tidak, Satu?" tanya Bob.

"Belum. Kau harus membantu." Jupiter menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh Bob. Anak itu dengan segera menelepon dengan memakai pesawat yang ada dalam gang. Ia dengan segera mengenali suara Mrs.

King ketika wanita itu menjawab.

Bob menjelaskan tentang buku misterius yang disebut oleh Bert Clock dalam pesannya. Mungkin itu buku yang dikenal baik oleh Rex King.

Mungkinkah Mrs. King tahu buku mana itu, yang begitu dikenal sehingga cukup disebut dengan buku itu saja?

"Ya, kurasa aku tahu," jawab Mrs. King. "Dulu Bert pernah mengarang buku tentang pengalamannya di radio. Buku itu ditulis dengan bantuan suamiku. Judulnya, Jeritan Jam di Tengah Malam. Bagaimana, itu bisa membantu atau tidak?"

(10) TRIO DETECTIF : MISTERI JAM MENJERITWhere stories live. Discover now