BAB 2 JUPITER MENEMUKAN PETUNJUK

75 21 0
                                    

"Nah - itu satu pengusutan kita yang langsung macet sebelum bisa dimulai," kata Pete. "Karena kita tidak bisa mengusut asal weker itu, takkan mungkin kita bisa mengetahui - cari apa lagi kau sekarang, Jupe?"

Saat itu mereka sudah kembali berada di bengkel. Pete berhenti bicara, karena melihat Jupiter membalik-balik kotak kardus kosong yang semula

antara lain dijadikan tempat menaruh weker yang bisa menjerit, "Kotak begini kadang-kadang ada tulisan alamatnya," kata Jupiter. "Menurutku, itu kotak biasa saja, yang dipakai untuk barang-barang belanja di di pasar raya," kata Bob.

"Ya, kau benar. Sama sekali tidak ada alamat tertulis di sini," kata Jupiter.

"Kalau begitu," kata Pete menyambung kalimatnya yang tadi, "seperti kataku tadi - pengusutan kita sekali ini - ada apa, Bob?"

Pete melihat Bob memotong secarik kertas persegi empat yang melayang jatuh ke bawah mesin cetak.

"Ini, kertas ini kulihat jatuh dari kotak kardus itu," kata Bob pada Jupiter. "Ada tulisannya."

"Mungkin daftar belanja," kata Pete. Tapi sambil berkata begitu dihampirinya Bob, karena ingin tahu apa yang tertulis pada kertas itu. Ternyata beberapa kalimat pendek yang ditulis dengan tinta. Jupiter membacakannya keras-keras.

Rex yang baik Tanya Imogene. Tanya Gerald Tanya Martha.

(lebih enak dalam b.inggris)

Dear Rex:

Ask Imogene

Ask Gerald.

Ask Martha.

Then Act! The result will surprise even you

Setelah itu bertindak! Bahkan kau pun akan heran melihat hasilnya. "Astaga!" seru Bob heran. "Apa maknanya?"

Tanya Gerald! Tanya Imogene! Tanya Martha!" ulang Pete sambil mengeluh. "Siapa mereka itu - dan apa yang harus ditanyakan pada mereka? Lagi pula, untuk apa?"

"Kurasa, ini semua merupakan bagian dari misteri jam aneh itu," kata Jupiter.

"Kenapa kau mengatakan begitu? tanya Bob. "Itu kan cuma secarik kertas yang terselip dalam kotak kardus itu. Bagaimana kita bisa mengetahui ada tidaknya hubungan dengan jam itu?"

"Kurasa ada hubungannya," jawab Jupiter. "Perhatikan saja kertas ini. Kan nampak bekas digunting, sehingga berukuran tertentu. Kurang lebih

lima kali sepuluh senti. Sekarang perhatikan sisi belakangnya. Apa yang kalian lihat?"

"Kelihatannya seperti bekas lem yang sudah kering," kata Bob sambil memperhatikan.

"Tepat" kata Jupiter. "Kertas ini mulanya direkatkan pada sesuatu benda. Kita teliti jam itu lagi. Dasarnya cukup lebar untuk ditempeli kertas itu Lihatlah - kalau kertas ini kutempelkan - pas sekali! Dasar ini terasa kasar. Menurut kesimpulanku, ini pasti lem yang sudah kering.

Jadi jawabannya sederhana saja. Kertas ini mulanya direkatkan pada dasar jam yang bisa menjerit ini. Tapi kemudian terlepas - mungkin karena tergeser kian kemari."

"Tapi untuk apa pesan segila itu direkatkan ke dasar jam?" tanya Pete ingin tahu. "Aku sama sekali tidak mengerti"

"Misteri yang tidak misterius, bukan misteri namanya," kata Jupiter. "Ya, itu aku juga tahu," kata Pete sebal "Yah, sekarang misteri sudah menjadi lipat dua, sedang kita kembali pada pangkal persoalan. Kita masih tetap belum bisa mengusut asal-usul jam ini dan - apa lagi yang kaubuat itu, Jupe?

"Aku mengorek sisa-sisa lem yang melekat pada dasar jam. Kelihatannya ada sesuatu di bawahnya. Nampaknya seperti tulisan yang terukir. Tapi kecil sekali, sehingga tidak bisa dibaca dengan mudah. Lagi pula ada lem yang menutupi. Yuk, kita masuk saja ke markas, lalu menelitinya dengan kaca pembesar."

Sambil bicara Jupiter melangkah ke belakang mesin cetak. Kisi-kisi besi yang kelihatannya seperti kebetulan saja tersandar di situ digesernya ke samping. Kini nampak ujung sebuah pipa besar yang terbuat dari pelat besi berombak. Ketiga remaja itu satu demi satu memasuki pipa yang panjangnya sekitar sepuluh meter dan yang pinggirnya dilapisi selimut-selimut tua supaya lutut tidak sakit apabila terbentur. Itulah jalan rahasia untuk masuk ke markas, yang dinamakan Lorong Dua.

Sebagian dari pipa itu menyuruk masuk ke dalam tanah. Melewati jalan rahasia itu, akhirnya mereka sampai tepat di bawah trailer tua yang dijadikan markas.

Jupiter mendorong tingkap yang ada di lantai trailer ke atas. Ketiga remaja itu menyusup ke atas lewat lubang yang terbuka, masuk ke ruang kantor markas yang sempit. Kantor itu diperlengkapi dengan sebuah meja, satu lemari kecil tempat menyimpan catatan, sebuah mesin tik, sebuah alat perekam dan sebuah telepon. Jupiter menyalakan lampu yang terpasang di langit-langit lalu mengambil kaca pembesar dari laci meja. Dengan alat itu ditelitinya dasar jam weker. Sambil mengangguk disodorkannya barang itu pada Bob.

Bob ikut meneliti dengan kaca pembesar. Dilihatnya nama seseorang terukir dengan huruf-huruf yang kecil sekali pada dasar jam. A. Felix. "Apa artinya?" tanya Bob.

"Kurasa bisa kujelaskan sebentar lagi," jawab Jupiter. "Pete, tolong ambilkan buku telepon. Yang berisi iklan baris."

Pete menyodorkan buku telepon yang diminta. Jupiter membalik-balik halaman selama beberapa saat. Kemudian ia berseru dengan gembira.

"Lihat ini!"

Di bawah kelompok TUKANG JAM ada sebuah ikian pendek

A. Felix - Tukang Jam - Pekerjaan luar biasa merupakan keistimewaan kami.

Kalimat itu disusul oleh alamat yang terletak di Hollywood, lengkap dengan nomor telepon.

"Tukang jam," kata Jupiter menjelaskan pada kedua temannya, "Sering mengukirkan nomor kode tertentu pada arloji atau jam yang mereka betulkan. Gunanya agar bisa langsung mengenali apabila alat penunjuk waktu itu datang lagi lain kali. Mereka pun kadang-kadang mengukirkan nama mereka, yaitu pada hasil pekerjaan yang mereka banggakan.

Kurasa kita sudah berhasil mengusut siapa yang membuat jam ini bisa menjerit. ltu langkah pertama penyelidikan kita. Langkah berikut, kita tanyakan pada Mr. Felix siapa yang memberi tugas padanya."

To be continue..............

(10) TRIO DETECTIF : MISTERI JAM MENJERITWhere stories live. Discover now