Chapter 11

539 57 3
                                    

Semburat merah itu tidak hilang dari pipi Ye Rin meski ia sudah mencoba biasa saja saat mematut diri di cermin. Bahkan hingga lagi-lagi Yoon Gi memeluknya dari belakang, menciumi perpotongan lehernya dengan begitu intens, merah itu semakin menyala tanpa bisa ia cegah. Lenguhan pertama lolos dari bibirnya kala kedua tangan Yoon Gi memijat dua gundukan di dadanya. Menyisakan percik-percik api kecil yang kemudian menjadi bara berkobar. Seminggu lebih menunggu seakan benar-benar menyiksa bagi mereka.

Tahu-tahu keduanya sudah kembali polos tanpa sehelai benang pun menempel di tubuh. Seakan enggan menyiakan kesempatan di hari subur, baru bangun tidur pun keduanya sudah begitu bergairah. Entah karena semalam Yoon Gi memutuskan untuk tidak pulang larut dan segera beristirahat untuk menjaga kesehatan testosteron, atau karena Ye Rin bersedia menginap di rumah sang lelaki tanpa tuaian protes seperti biasa.

Gerakan keduanya begitu konstan. Saling memadu lenguhan, saling berusaha bertahan untuk tidak klimaks dalam waktu dekat, hingga hampir satu jam lamanya bersetubuh dengan berbagai macam posisi. Yoon Gi kemudian menuntun Ye Rin kembali ke ranjang. Dengan posisi di bawah, lalu menatap wajah si wanita seolah benar-benar jatuh cinta. Di akhir pelepasannya, lelaki itu memagut bibir Ye Rin, menautnya dalam ciuman panjang sementara ia menebar benih di bawah sana.

"Aku tidak tahu apa alasannya, tapi morning sex denganmu sangat luar biasa, Ryu Ye Rin." Setelah melepas ciuman panjang itu, Yoon Gi berbicara dengan sedikit terengah-engah. Ia biarkan tangan mungil Ye Rin mengusap peluh di dahi, kemudian entah mendapat dorongan dari mana, pria itu mengecup dahi Ye Rin. "Sial. Bagaimana jika aku tiba-tiba jatuh cinta padamu karena kau begitu menakjubkan?"

Ryu Ye Rin terkekeh pelan. Memejamkan mata ketika merasakan kecupan mendarat di dahi, lantas mengangguk seakan menyetujui kalimat terakhir yang Yoon Gi ucapkan. "Apa itu berarti kau setuju dengan kalimat tidak ada yang tidak mencintai Ryu Ye Rin, yang sering trending di Naver itu?"

"Ya. Kurasa sekarang aku mempercai kalimat bodoh seperti itu."

***

Entah mengapa ulang tahun agensi selalu membuat Fawn gugup setengah mati. Terlebih ketika tahun ini mereka harus menampilkan hal berbeda, tidak hanya tampil bersama grupnya. Ia didaulat untuk tampil solo dengan lagu ciptaannya sendiri. Dan meski sudah berkali-kali menghafal not dan lirik lagu tersebut, gadis itu seakan tidak jua mengalami peningkatan padahal hanya tinggal satu minggu lagi sebelum perhelatan akbar itu di mulai. Ia menelungkupkan kepala di atas tuts-tuts kibor. Membuat balok berwarna putih dan hitam itu berbunyi karena bertabrakan dengan kepala Fawn; dan tentu membuat dirinya semakin frustrasi.

Gadis berambut sebahu itu memutuskan untuk beranjak dari ruangan. Terkejut melihat Kim Nam Joon dengan gelas berisi kopi berdiri satu meter dari daun pintu. Memutuskan untuk bersikap biasa saja, gadis itu segera berjalan menelusuri lorong. Menarik-narik surai lalu berhenti ketika sudah melaju sepuluh langkah. Membalikkan badan, gadis itu kembali bertemu pandang dengan Kim Nam Joon—untungnya masih berdiri di sana—yang berkerut bingung.

Sebuah ide mampir di kepala Fawn yang memang tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan. Dalam satu tarikan napas, gadis itu segera berujar, "Nam Joon-ssi, bisa bantu aku mengoreksi lagu? Jika tidak sibuk maksudku."

Hanya alibi, tentu saja. Nam Joon sudah pernah mendengar lagu tersebut sebelumnya. Pernah juga berkata pada kakaknya, Min Yoon Gi, bahwa mungkin saja di kemudian hari Fawn bisa juga bergabung bersama mereka untuk bekerja di balik layar. Pun ia juga mendengar bahwa Nam Joon-lah yang mengusulkan special stage yang akan Fawn bawakan. Namun sekali lagi ia ingin setidaknya lelaki itu benar-benar melihat latihannya. Menunjukkan pada Fawn apa saja yang harus ia perbaiki atau setidaknya bisa dikoreksi oleh lelaki jangkung tersebut.

Sweet Dreams (M)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang