Diluar, tatapannya terpaku pada kakak keduanya yang sedang asik menonton kartun di ruang tengah. Tersenyum tipis, Ael langsung berlari menghampiri sang kakak. Anak lelaki itu langsung melompat keatas pangkuan kakaknya, mengejutkan gadis 11 tahun itu.

"Jangan lompat-lompat"

"Ael...dengar tidak?" Tegur sang kakak untuk kedua kalinya, namun masih dihiraukan anak lelaki itu.

"Abigael..!"

Ael langsung berhenti melompat lalu menatap Ellie yang terlihat marah. Bahkan kakaknya sudah berubah posisi menjadi berdiri dihadapannya. Kesal dilarang, Ael malah melempar apel yang ia punya kewajah kakaknya itu.

Ctak..!

"Tidak dengar hah?!"

Ctak..!

Ellie menyentil kedua telinga Ael dan kedua tangan kecilnya hingga memerah. Tatapan marah sang kakak sama sekali tidak membuat Ael takut, justru membuatnya kesal juga. Ael melangkah mendekat, dan kini ia juga memukul kakaknya. Pukulan terus menerus disertai teriakan memancing orang lain untuk melihat mereka.

"Hei...hei, kenapa kakaknya dipukul??" Tanya Anna yang bingung melihat situasi ini. Putra bungsunya bahkan masih berontak di pelukan Anna setelah mereka dipisahkan.

"Ada apa?" Tanya Rahel yang baru tiba dengan Nathan.

"Jahat..!!! Sakit tauu!!!" Seru Ael masih berontak, membuat Anna kewalahan juga.

"Kalian disini dulu, Nathan tolong liat supnya ya bunda kekamar dulu" ucap Anna lalu menggendong paksa Ael yang masih terus berontak.

Didalam kamar, bungsu Pramana itu masih terus berteriak bahkan melampiaskannya dengan memukul sang bunda. Isak tangis mulai terdengar dikala dirinya sudah lelah memukul bundanya. Berlari menjauh, Ael merangkak naik keatas kasur dan menutup dirinya dengan selimut.

"Ael kesal ya?" Tanya Anna diangguki bungsunya.

"Kenapa kesal?"

"Kakak pukul. Sakit.." jawab Ael menunjukkan kedua punggung tangannya yang sudah tidak terlalu merah. Ia juga menunjuk daun telinganya, yang masih merah seperti tadi.

"Sakit ya, tapi tetap tidak boleh pukul kakak. Kakak juga kesakitan loh.."

"Hm" balas Ael cepat tanda ia tidak mau disalahkan lagi.

"Keluar yuk, baikan dengan kakak" ucapan Anna hanya dibalas gelengan Ael yang semakin masuk kedalam selimut.

"Bobo, bunda bobo" ucap Ael dari balik selimut.

Menghela nafasnya, Anna ikut masuk kedalam selimut, menemani Ael untuk tidur di sore hari ini.

.
.
.
.
.

"Ael mana bun?" Tanya Rahel saat sang bunda hanya kembali seorang diri.

"Tidur, capek menangis"

"Ellie pukul Ael? Kenapa?" Tanya Anna membuat dua anak lainnya langsung menatap Ellie.

"Dia nakal, sudah kubilang jangan melompat diatas sofa. Dia malah melemparku dengan buah" kesal Ellie hanya diangguki Anna.

"Ael kan memang seperti itu, kasih tahu baik-baik jangan dimarahi seperti tadi"

"Bunda selalu membelanya" balas Ellie menunduk, menatap lengannya yang sedikit memar karena dipukul Ael tadi.

"Bunda tahu Ellie kesal karena Ael nakal. Tapi Ael harus diberitahu baik-baik. Atau kalau Ael nakal, kakak panggil bunda saja ya?"

Anna berkata demikian sembari mengusap salep keatas lengan Ellie yang terluka. Anak itu hanya diam, tidak menanggapi apapun yang dikatakan Anna.

"Aku mau kekamar" ucap Ellie lalu pergi menuju kamarnya.

"Apa Ellie ada masalah? Dia terlihat seperti banyak beban" tanya Nathan pada adiknya yang lain.

"Entah, dari kemarin dia seperti itu. Dia jadi sedikit galak..." jawab Rahel semakin mengecil dibagian akhir.

"Kau kan kembarannya, masa tidak tahu?"

"Haish...kau kan sudah tahu kak, kami berbeda"

"Kalian kan lahir bersama, tumbuh bersama, harusnya sama. Ya walau kalian gak mirip.." balas Nathan.

"Ihh..., pokoknya kami berbeda !!" Kesal Rahel karena Nathan terus menggodanya.

"Kalian mau bertengkar juga?" Potong Anna ditengah pertengkaran mereka.

"Kalian ambil makan sendiri ya, dan Rahel nanti bawakan makan untuk Ellie. Bunda mau temani Ael"

"Dia bisa ambil sendiri bun"

"Rahel..., 'kakak' panggil Ellie dengan sebutan itu. Tetap bawakan makanan untuknya" tegas Anna sebelum pergi.

"Yang sabar ya" ucap Nathan dengan nada meledek.

"Ck....menyebalkan"

.
.
.
.
.

DIFFERENT Where stories live. Discover now