Berlarian dengan bebas dengan sebuah pita di tangannya, bocah lelaki itu terlihat sangat senang walau hanya bermain dengan benda sederhana. Tidak jauh dari keberadaannya, seorang wanita tengah duduk dengan alat rajutnya, sambil sesekali melihat bocah lelaki itu.
Berhenti karena lelah, anak lelaki itu mulai berjalan mendekat menuju sang wanita. Kedua tangannya terulur keatas, meminta wanita dihadapannya ini untuk segera menggendongnya. Terlihat baju bergambar Tayo yang semula kering dan wangi, kini sudah tidak terbentuk dan basah, didukung cuaca yang cukup terik untuk sore hari.
"Astaga....kamu baru mandi nak" seru wanita itu membuka baju sang anak hingga memperlihatkan perut bulatnya.
"Gendong..."
"Tidak mau, Ael bau"
"Ahh bun gendong..!" Rengek Ael yang kini sudah menghentakkan kedua kakinya.
"Ayo mandi lagi"
Wanita itu yang tak lain adalah Anna, mulai menggandeng putra bungsunya itu untuk kembali masuk kedalam rumah. Dirinya tetap menuntun tangan kecil itu, walau sang pemilik terus menghentak keras langkahnya, tanda ia sedang kesal. Walau begitu, pada akhirnya ia tetap masuk kedalam toilet dan mengulang kembali mandinya.
"Main didalam saja ya, kita main balok" ucap Anna menuntun Ael yang sedang memakai sendal untuk kembali masuk kedalam ruang bermainnya.
Ruang bermain yang tidak terlalu besar, khusus dibuat untuk Abigael meletakkan dan bermain dengan mainannya. Sesampainya disana, Anna membawakan satu tas besar balok kayu dengan berbagai ukuran dan warna. Mulai asik baloknya, Ael sama sekali tidak berinteraksi dengan sang bunda dan sibuk dengan dunianya.
"Diam-diam ya, bunda mau masak dulu" ucap Anna namun tidak mendapat respon apapun dari putranya.
Sudah terbiasa, Anna melangkah keluar menuju dapur, tanpa menutup pintu ruang bermain. Ibu dari empat anak itu mulai sibuk menyiapkan bahan masakan untuk makan malam nanti. Tangannya dengan telaten mengupas sayur dan buah, serta beberapa bahan masakan lainnya.
"Kami pulang..!!"
"Masak apa bun?" Tanya Rahel yang langsung duduk di meja makan, mengambil buah yang sudah dikupaskan.
"Ganti seragammu lalu cuci tangan" ucap Anna mengambil kembali buah yang sudah dikupas.
"Makan terus..."
"Biarkan, aku masih dalam pertumbuhan" balas Rahel yang sedikit kesal dengan ledekan Nathan.
Setelah mandi dan berganti dengan pakaian baru, mereka bertiga kembali turun kebawah dan langsung menghampiri Anna. Terlihat sang bunda sudah sibuk dengan bahan masakan diatas kompor, hingga tidak menyadari kehadiran anak-anaknya.
"Bunda, buahnya kumakan ya.." Nathan segera memasukan potongan buah kedalam mulutnya setelah mendapat anggukan setuju.
"Berikan Ael juga, dia di ruangannya" ujar Anna.
Mengangguk mengerti, Nathan dan Rahel segera berlalu menuju ruang bermain meninggalkan Ellie di meja makan. Kembaran Rahel itu lebih memilih untuk pergi ke ruang tengah, menonton televisi.
"Halo jagoan.."
Mendengar ada yang memanggil, Ael menoleh kearah pintu mendapati kedua kakaknya disana.
"Lagi apa?" Tanya Nathan mulai duduk mendekat.
"Balok" jawab Ael menatap kakaknya. Namun perhatiannya teralihkan dengan buah yang ada di pangkuan Rahel.
"Ael mau? Buka mulutnya"
"Enak?" Tanya Rahel dibalas anggukan sang adik. Ael bangkit berdiri dan berlari keluar dengan potongan apel ditangannya.
YOU ARE READING
DIFFERENT
General Fiction"Pergi kalian dari rumahku!!" Seru seorang pria dengan wajah merah padam. "Kenapa kau marah? Anakmu memang gila" balas seorang wanita menatap remeh bocah lelaki yang menangis dihadapannya. "Ael tidak gila..!!! Tante jahat..!!" Seru bocah itu semakin...
