12. Kehancuran Bagi Karina

621 75 0
                                    


"Astaga, itu kan Winter dan Ningning!"

Karina tersentak, menatap kebelakang. Benar saja, terlihat sedikit bahwa mereka sedang berbincang-bincang.

"Ayo hampiri!"

Karina cekal tangan Giselle, sukses membuat gadis itu terhenti. "Kenapa? Ayo pergi bersama!"

"Biarkan saja mereka"

Deg!

A-apa?

Giselle terdiam, netranya menyorot kegelisahan, Karina.. tidak apa-apa kan? Dia..

"Kau gila?! Membiarkan adik kita disini?!"

"Iya, Giselle! Jangan banyak bicara! Ayo pergi!"

Giselle menatap tajam Karina, menghempaskan tangannya yang dicekal Karina dan terlepas. Gadis itu, kemana otak dan hatinya?

"Tidak, Karina! Kau gila?! Aku tidak akan membiarkan mereka terjebak disini!"

Karina terkekeh, melirik tajam kearah pohon menjulang tinggi tersebut. "Kau, memang menyanyangi mereka, tapi tidak denganku kan?! Iyakan?! Kau selalu menomor duakan ku, mana sikap hormat mu pada kakakmu?!"

Bentakan dan nada tinggi Karina membuat Giselle diam tak berkutik, wajahnya memerah, mata nya berkaca-kaca, sungguh. Hatinya terasa perih, Giselle hanya berpura-pura peduli padanya.

Giselle mendongak, usai mendapat seribu keberanian, ia menatap lekat netra Karina, terdapat sorot kebencian disana.

"Iya, kenapa? Aku benci kau, Karina! Queen æspa, tak punya hati, sosok yang kasar, kejam, anehnya Winter mau dengan gadis sialan macam kau?! Umur kita sama, tak peduli lebih tua kau atau aku, yang penting.. mereka, bukan kau! Yoo Jimin"

Usai mengatakan itu, Giselle meninggalkan Karina seorang diri, masih terpaku dengan ucapan Giselle. Netranya kembali pada pohon itu, dahinya berkerut saat menangkap tidak ada seseorang disana.

Giselle pun menghilang entah kemana.

"W-Winter?"

Kaki jenjangnya melangkah menuju pohon yang ia duga usianya sudah sangat tua, namun masih kuat untuk berdiri. Dibalik pohon itu, tidak ada siapa-siapa. Kosong.

"Hmm.. Giselle? Ah! Minjeong-ah!"

Tidak ada sahutan, hanya suaranya yang mengudara. Namun, tak berselang lama Indra pendengaran nya menangkap suara derap kaki yang berjalan menuju kearahnya dari belakang.

"Jimin-ah"

Ia tau betul siapa pemilik suara tersebut, ia tak berbalik. Tidak mengikuti kata hatinya yang ingin memeluk pemilik suara tersebut, ia sangat rindu. Ternyata, Dilan itu benar, rindu itu berat.

"Aku tidak menyangka, kau begitu kejam. Kau hanya mempermainkan ku, aku tau kau hanya main-main saja. Aku.. aku benci kamu, Jimin. Aku benci! Aku pengen pukul kamu, tapi aku gak kuat"

Lontaran lirih itu dapat ia dengar, tubuhnya menegang saat pemilik suara mengatakan hal seperti itu. Apa Giselle-- pasti gadis itu memberitahu!

Winternya.

Dibelakang nya, dengan kristal bening yang tak berhenti menetes. Tanpa suara, tanpa isakan. Hanya lontaran parau nya saja, Karina enggan untuk berbalik. Hati nya terlalu sakit untuk menangkap tatapan kecewa dari Winter.

"Sudah cukup penderitaan ini, sudah selesai kisah kita. Hati ku hancur, Jimin! Aku sakit, dulu.. kamu juga hianati aku! Kamu gak peduli sama aku, malahan jalan bareng orang. Aku pengen kita gak ada apa-apa lagi, cukup! Aku berhenti"

Crazy Time 'WINRINA'Where stories live. Discover now