9. THE OLD LOVE AND HIS ANGER

3.5K 305 4
                                    

Terima kasih sudah mampir.

***

"Mbak Ambun, jangan dihabisin es krim Rey!"

Pekikan itu membuat Ambun nyaris tersedak. Dia cepat-cepat meletakkan sekotak es krim rasa cokelat stroberi itu ke atas meja, lalu menatap Reynald dengan senyum dipaksakan. "Mbak minta dikit, kok, Rey. Nggak boleh pelit. Nanti baby Mbak ngambek sama kamu, lho."

"Mana ada baby yang belum lahir bisa ngambek. Kata Om Alex, itu cuma akal-akalan orang hamil aja biar diturutin maunya."

Kali ini bukan hanya Ambun dibuat nyaris tersedak. Melainkan Putri, Tama, Listy, dan juga Romi. Seperti yang sudah direncanakan, hari Minggu besok mereka sekeluarga akan datang ke Kediri untuk melamar Gracia secara resmi. Tama dan Gracia beserta anak-anak sudah berada di Indonesia sejak Jumat semalam. Seperti sebelumnya, Gracia langsung terbang ke Kediri beserta Angelica. Menunggu keluarga Tama datang besok.

"Alex...," desis Tama. Dia terkadang kesal karena sahabatnya itu kerapkali mengajarkan hal yang belum sepantasnya diketahui kedua anaknya. Dengan dalih biar cepat paham, tetap saja hal itu membuat Tama sewaktu-waktu kewalahan untuk menjelaskannya.

"Mana ada cuma akal-akalan!" Ambun mulai sewot. Sisi sensitifnya mulai tersentil. "Coba aja Rey perempuan, nanti pasti bakal paham rasanya."

"Untungnya Rey laki-laki, kan, Mbak. Wlek!" Anak lelaki itu mencibir, lalu mengambil kotak es krim yang sudah diletakkan Ambun tadi. "Ini berkurang sekitar lima sendokan. Semalam bagian sebelah sini masih banyak. Nanti Mbak harus beli lagi!"

Tama mengusap pangkal hidung. Entah siapa yang mengajari anaknya ini menjadi pelit. Sepuluh tahun dia membesarkan seorang diri, tidak pernah sekalipun ada ajaran untuk hitung-hitungan terhadap keluarga sendiri. Terlebih untuk makanan. "Rey, siapa yang ngajarin kamu kayak gitu?" tanyanya, kali ini semua orang dibuat terkesiap karena suara Tama yang sangat dingin.

Reynald menunduk, duduknya bergeser lebih dekat dengan Listy.

"Rey, jawab Papa!"

"Nggak ada yang ngajarin, Pap."

Masih belum mengubah nada suaranya, Tama kembali bertanya, "Terus kenapa kamu ngomong begitu sama Mbakmu?"

"Waktu itu Mbak Ambun juga hitung-hitungan sama Rey, Pap. Padahal Rey cuma minta kentang goreng dikit," lirihnya, kali ini sudah menempel pada Listy sepenuhnya, mencari perlindungan.

Semua mata beralih pada Ambun. Perempuan yang tengah hamil muda itu menciut. Dia bergeser pada Romi seperti yang dilakukan Reynald. "Ambun waktu itu cuma bercanda, kok. Swear."

Putri menghela napas. Anak perempuan satu-satunya ini memang benar-benar jail pada sepupunya. "Lain kali pikir-pikir dulu kalau mau jailin Rey, Ray, atau siapa pun yang masih kecil. Mereka bakal merekam apa pun yang orang lakukan dan membalasnya. Ngerti?"

Ambun mengangguk pelan. Usapan Romi di pinggangnya sedikit menenangkan. Kemudian Tama menghela napas, kembali memberikan penjelasan pada Reynald agar tidak berlaku seperti sebelumnya. Anak lelakinya itu mengangguk paham dan meminta maaf seperti disuruhkan. Raymond yang sibuk memakan sanjai tampak tenang-tenang saja. Dia sudah terlalu hafal dengan kelakuan kedua orang itu jika sudah bertemu. Lebih baik hemat tenaga karena nanti sore akan terbang ke Kediri.

***

Pagi ini sudah disibukkan dengan persiapan untuk berangkat ke alamat yang sudah dituliskan Gracia dalam pesan. Tama terlihat tenang di luar, padahal aslinya sangat gugup dan cemas. Ini adalah kali pertama dia melakukan prosesi lamaran resmi yang benar-benar terniat dari dalam hatinya. Sekali lagi Tama mematut pantulan dirinya di cermin hotel tempat mereka menginap, lalu menghela napas, sebelum memicing dan kembali mematut diri. Di belakangnya, si kembar sudah sangat siap dan sangat antusias ingin bertemu Angelica dan Gracia. Sejak semalam kedua anak lelaki itu sibuk bertanya dan membuat rasa gugup Tama semakin menggunung.

LOST INSIDE YOUR LOVE (✓ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang