Aku menyuruh Chuuya berhenti dengan sangat heboh sampai dia ingin menepi.

Saat keluar dari mobil, untung saja Atsushi masih berdiam diri. Ternyata, kalian sesenang itu ketika aku menghampiri kalian bertiga. Seperti diriku yang senang disaat mengetahui kondisi Atsushi sangat baik-baik saja, tak ada lecet maupun luka gores sedikitpun. Walau Atsushi pada akhirnya mendapat tatapan tajam dari ketiga makhluk yang masih ada di dalam mobil.

Yang aku sayangkan hanya anggapan mereka ketika aku menghampiri mereka. Mereka masih saja berpikir akulah 'Yurika' asli, kecuali Dazai dan Akutagawa. Walau senang karena aku sudah mendatangi mereka, yang namanya cinta lama pasti akan bersemi kembali.

Mau bagaimana lagi? Salahku juga karena sudah merahasiakan ini dari mereka.

Setelah mengumpulkan Atsushi, Akutagawa, Dazai, dan Chuuya, ku putuskan saja untuk mengajak mereka mampir di salah satu cafe dan terjadilah pertemuan meja bundar secara tidak disengaja.

"Baiklah, aku akan menjelaskannya pada kalian."

Seketika Dazai membuka suara saat dirasa semuanya terdiam, walau Chuuya sesekali menggerutu dan masih mengedutkan salah satu alisnya.

"Orang yang kalian puja sebagai 'Yurika' atau panjangnya 'Haibara Yurika' sebenarnya bukan 'Yurika' yang kita kenal."

Aku membeku, tentu saja ketiga orang lainnya yang mendengar itu ikut membeku sangking terkejutnya.

Bagaimana tidak? Aku pikir, Dazai ga akan menyinggung masalah ini di hadapan mereka. Kami berdua 'kan sudah janjian di rumah Dazai.

"Orang yang mirip sekali dengan 'Yurika' ini sebenarnya hanya reinkarnasinya saja. Nama yang dia miliki pun berbeda. Mulai dari sini, aku harap kalian bisa menerima kalau orang yang mirip dengan 'Yurika' adalah orang lain."

Chuuya menggebrak meja bundar yang ada di depan kami. Untung saja tidak ada luka lecet. Apa dia tidak terima dengan pernyataan Dazai?

"Apa maksudmu mengatakan hal itu?" Tanya Chuuya dengan penuh penekanan.

Nih orang kok ga bisa dibilangin sih? Ntar kalo bohong, bilangnya kita yang nggak mau cerita. Tapi kalau sudah dijujurin begini, malah dianya nggak percaya.

Maumu apa sih? Pengen digiling? Semua orang yang membaca ini aku yakin pada mau giling kamu.

"Ano ... kita 'kan lagi liburan, kenapa pembicaraan serius ini masih dilanjut?" Aku bertanya dengan hati-hati, takut aku akan mati untuk kedua kalinya karena takutnya Chuuya tak sengaja melayangkan pukulan super tepat di wajahku sangking terbawa emosi.

"(Name)-san, kenapa kita nggak main aja ke taman?"

"Boleh tuh! Boleh banget!"

Aku menarik tangan Atsushi tiba-tiba. Mumpung dia ada di samping kananku, kesempatan ini harus ku manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Aku juga lagi kesal sama mereka bertiga.

Mengingat apa yang sudah mereka lakukan padaku seperti misalnya, memborgolku di pinggir jalan, ingin menculikku, dan memasang GPS yang tak ku ketahui bentuknya seperti apa di salah satu tubuhku 'katanya'.

Untuk meredakan semua kekesalanku pada mereka, aku harus refreshing. Melupakan sejenak urusan realita yang ada. Seperti apa yang sering ku lakukan di kehidupanku sebelumnya.

Aku sudah menarik Atsushi sampai tepat di pintu cafe dengan lirikan tajam dari tiga pasang mata yang tak lelah juga memandangi Atsushi. Baru mau melangkah, tiba-tiba saja aku sudah didorong oleh beberapa pengunjung. Terlihat sekali bahwa pengunjung di cafe ini sangat ramai, aku jadi bisa maklum.

Belum cukup sampai disitu setelah aku didorong, Atsushi tak sengaja melindungiku dengan cara mendekapku.

Oke, ini memang terdengar agak menggelikan, tapi aku sudah mengalami itu semua. Jadi jangan protes.

Sepasang mata yang menatap Atsushi semakin menajam melihat Atsushi memelukku.

Tak sampai disitu lagi, lagi dan lagi aku dikejutkan dengan ciuman tak disengaja. Iya, ciuman. Aku berciuman dengan seorang pengguna kekuatan manusia harimau. Sepasang mata yang melihat kami juga semakin menajam dan menjerit akibat ulah kami.

Memang sih kami berciuman, tapi aku hanya mencium pipi Atsushi dan Atsushi juga melakukan hal yang sebaliknya di salah satu pipiku. Hal itu nggak bisa dengan seenaknya kalian sebut first kiss ku.

Wajah Atsushi memerah, tentu saja wajahku juga memerah.

Saat Atsushi berusaha ingin bangkit, Atsushi malah didorong menjauh oleh seseorang. Seseorangnya itu ya si ubanan tanpa alis. Hal itu sukses membuatku menjerit tak karuan karena aku termasuk salah satu orang yang ingin luka lecet Atsushi tidak ada.

"APA YANG KAU LAKUKAN PADA (NAME)?!" Akutagawa yang sudah terlalu tersulut emosi makin marah-marah dan membentak Atsushi.

Kedua orang lainnya seperti Chuuya dan Dazai juga keliatan marah, tapi mereka lebih memilih menghampiriku dan menggosok beberapa kali bibirku dengan lap bersih yang sudah mereka beri air.

Kalian tanya bagaimana kondisini yang ada disini? Tentu saja bencana.

Atsushi kalo sudah disatukan di satu ruangan dengan Akutagawa, pasti ujungnya ruangan itu yang meledak hancur berkeping-keping.

Aku ga tau lagi gimana mendeskripsikan bencana ini, tapi yang pasti mereka sedang gelud. Iya, gelud. Makanya ku bilang bencana.

Tapi disisi lain, ada satu hal yang menarik perhatianku daritadi. Tangan kanan Atsushi dan Akutagawa memunculkan deretan angka. Awalnya angka itu berjumlah 10.000 lebih, tapi lama kelamaan angka itu semakin mengurang. Yang awalnya 10.000 bisa menjadi 5.000.

Aku semakin menjerit ketika tau maksud dari angka itu. Ini seperti deja vu dalam film barat yang ku tonton.

.

To be continue ....

Akhirnya bisa update

40 comment = Next

1340 word

Resada_Kyo

Senin, 15 Februari 2021

[ ⏸️ ] Reincarnation [Bungou Stray Dogs X Reader]Where stories live. Discover now