Jika Mencintaimu Adalah Suatu Hal Yang Kamu Benci

3.6K 248 13
                                    

Suara alarm itu cukup membuat si empu yang sedang tertidur nyanyak terbangun. Pria tampan mendominasi cantik bak wanita dengan mata yang masih sepat memaksa untuk bangun dari tidurnya. Memang rasanya masih ingin berlindung dibalik selimut tebal ini, tapi tidak mungkin karena ia ingin menyiapkan segala sesuatunya untuk rutinitas Suami dan anak-anaknya.

New berdiri di kakinya sendiri mengerjakan apapun sendiri, ia tidak mengeluh karena ia menyukainya. Memiliki tiga anak laki-laki yang sehat, tampan dan pintar juga Suami yang tampan membuat New merasa hidupnya sempurna. Memang pernikahan ini terjadi karena kedua orang tua New dan Tay Tawan suaminya yang menjodohkan mereka berdua. New yang saat itu hanya bisa menerima saja membuatnya hidup dengan Tay sekarang, Namun sayangnya Tay tidak pernah menyukai pernikahan ini.

"Bunda, hari ini aku pulang telat karena harus mengerjakan tugas. Apa boleh?"

"Tentu saja. Tapi jangan sampai kelewat jam makanmu ya." Ucap New pada anak sulungnya Purim.

"Bunda, Ayah mana?" Frank dan Nanon bersamaan bertanya pada New karena Ayahnya belum nampak datang ke meja makan.

"Oh ayahmu, sepertinya masih di kamar. Bunda panggil dulu ya, kalian harus habiskan sarapannya."

New bergerak jalan masuk kedalam kamarnya dan mendapati Suaminya masih sibuk membetulkan kancing si lengan kemeja panjangnya.

"Kau belum siap Tay? Anak-anak sudah menunggumu."

"Sebentar lagi." Jawabnya mengalihkan pandangannya dari New. melihat Suaminya agak sibuk dengan kemejanya New menghampiri mencoba untuk membantunya.

"Sini biar aku bantu..."

"Tidak perlu! Aku bisa sendiri. Urus saja sana anak-anak!" Pekiknya dengan suara yang jelas tidak suka dengan kehadiran New.

"Aku kan hanya ingin membantumu Tay."

"Sudah kukatakan aku tidak perlu! Tidak cukup jelas?" New hanya bisa menarik nafas pelan mendengar umpatan suaminya yang hampir setiap saat diterimanya.

"Kamu hari ini pulang jam berapa? Aku siang ini mau belanja untuk makan malam nanti, kau mau di masakkan sesuatu?" Seolah tak menyerah dengan harapan agar Tay mau membalasnya dengan suara yang lembut New masih mau menahan rasa sakitnya.

"Tidak tahu. Kau tidak perlu menyiapkan apa-apa."

"Aah, kenapa? Aku bisa membuat makanan kesuakaanmu juga Tay." ucapnya sambil terseyum pada sosok didepannya yang sedari tadi tak menanggapinya.

"Bisa berhenti bicara? Aku sudah muak dengan segala omong kosongmu. Aku bisa mengurus diriku sendiri kau tidak perlu repot-repot melakukannya. Ingat! Berapa kalipun kau mencoba membuatku berubah sikap menjadi lebih manis padamu, itu tidak akan merubah APAPUN!"

New hanya bisa menunduk menahan lagi dan lagi rasa sakitnya, jika bisa digambarkan luka yang diterima Newwiee bertahan dengan segala sikap kasar dan ucapan Tay yang membuatnya sakit mungkin sudah banyak tusukan yang terlihat di dalam hatinya.

Menikah dengan seorang yang tidak bisa mencintai dan menerimanya di hidupnya adalah sebuah kutukan bagi New, namun ia bertahan untuk ketiga anaknya. Tay memang pernah meminta New untuk tidak hamil saat itu tetapi orang tua Tay menginginkan cucu yang bisa meneruskan perusahaan keluarga Vihokratana nanti.

New keluar dari kamar menyusul mereka di meja makan, wajah New merah dan sedikit ada air mata yang tersisa diujung matanya. Ia mencoba untuk membuat seolah tidak terjadi apa-apa begitu ia melihat anak-anaknya New sedikit lebih kuat.

"Kalian sudah selesai makannya?" Tanya New pada ketiga anaknya.

"Sudah Bunda.."Jawab Nanon kecil yang usianya masih 5 tahun sedangkan Frank berusia 6 Tahun.

Last Birthday (OS)Where stories live. Discover now