Part 15

88.5K 3.9K 33
                                    

Happy reading

📑📑📑

Aran dan Naya memasuki area parkir SMA Tunas Bangsa. Entah kenapa hari ini Aran tidak menurunkan Naya di depan halte dan itu sungguh membuat Naya merasa senang.

"Turun" ucap Aran lalu keluar dari mobilnya dan di ikuti Naya. Naya berjalan di belakang Aran, gadis itu sedari tadi menunduk karena tatapan murid-murid yang melihatnya, bahkan ada yang terang-terangan membicarakan Naya.

"Siapa sih tuh cewek? Keganjenan banget"

"Itu cewek siapa woy, beruntung banget bisa ke sekolah bareng Aran"

"Please tukar tempat sekali aja, gue pengen jadi ceweknya"

"Pasti tuh cewek yang ngegoda Aran sampe mau nebengin dia"

Begitulah perkataan-perkataan orang-orang yang melihat Aran dan Naya. Aran yang menyadari itu menarik lengan Naya untuk berjalan di sampingnya.

"Jalan itu di samping bukan di belakang, lo bukan pembantu gue" ucap Aran membuat Naya menganggukkan kepalanya dengan patuh. Orang-orang yang melihat itu melongo dan bertanya pada dirinya sendiri, apakah yang mereka lihat barusan itu adalah Aran? Pasalnya Aran tidak pernah seperti ini pada seorang gadis.

Lagi-lagi interaksi Aran dan Naya menjadi bahan perbincangan hangat di SMA Tunas Bangsa, dan tidak perlu menunggu lama pasti kabar ini langsung meluas sampai ke kelas-kelas lain.

"Kak Aran duluan aja, mereka kayaknya nggak suka kalo aku jalan bareng sama kak Aran" ucap Naya, saat ia ingin pergi Aran malah menarik pergelangan tangannya.

"Nggak usah di dengerin apa kata orang" ucap Aran lalu berjalan tanpa melepaskan tangannya dari Naya, Naya tersenyum tipis melihat itu dan berjalan di samping Aran. Namun langkah Aran dan Naya terhenti ketika Nathan menghalangi jalan.

"Minggir" ucap Aran dengan nada dingin dan tatapan tajam bak elangnya.

"Gue ada perlu sama Naya" ucap Nathan lalu menarik pergelangan tangan Naya yang satunya. Jika orang yang melihatnya seperti mereka sedang memperebutkan Naya.

"Emangnya ada apa kak?" tanya Naya dengan kerutan di dahinya.

"Gue nggak bisa bilang di sini" ucap Nathan sambil menatap Aran yang juga menatapnya. Naya menganggukkan kepalanya dan menatap Aran.

"Kak Aran, Naya pergi sama kak Nathan dulu ya soalnya ada hal penting yang mau kak Nathan bicarain sama Naya" ucap Naya pada Aran membuat tatapan Aran beralih menatap Naya.

"Nggak, udah mau bel. Sekarang masuk kelas" ucap Aran dengan wajah datar dan terkesan dingin membuat Naya mati-matian menelan salivanya dengan susah payah.

"I..iya kak" ucap Naya lalu pergi memasuki kelasnya, sedangkan Nathan sudah mengepalkan tangannya yang sedari tadi gatal ingin menonjok wajah Aran.

Setelah kepergian Naya, Aran pun juga pergi dari hadapan Nathan dan berjalan memasuki kelasnya dengan kedua tangan yang ia masukan ke dalam saku celananya.

Sedangkan di kelas Aran sudah ada Dhio, Genta dan Fino. Padahal ini bukan kelas mereka tetapi mereka malah lebih sering di kelas Aran. Teman-teman sekelas Aran juga pada akrab dengan Dhio, Genta dan Fino, mungkin karena ketiga cowok itu lebih sering di kelas Aran di banding kelas mereka sendiri.

"Ngapain?" Tanya Aran melihat Dhio yang sudah duduk di bangku milik Aran.

"Ehmm jadi tadi ada yang berangkat ke sekolah bareng cewek" ucap Genta sambil tersenyum jahil, Aran mengerti kemana arah pembicaraan mereka dan lebih memilih diam dan mengabaikan ketiga cowok itu.

"Ho'oh, terus pegangan tangan segala lagi" timpal Fino yang sudah cekikikan sendiri.

"Kalo gue jadi ceweknya mah baper parah" ucap Dhio membuat Aran memutar bola matanya jengah dengan kelakuan sahabat-sahabatnya itu.

"Eh Yo, hati-hati ngebaperin anak orang, kalo dia nya baper berarti lo harus tanggung jawab" ucap Genta pada Dhio seakan-akan Dhio itu adalah Aran, cowok itu mati-matian menahan tawanya.

"Entar karmanya berlaku lagi" sambung Fino sambil menatap wajah Aran yang tidak bersahabat. Aran yang sudah sangat kesal pun akhirnya berdiri dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan kelasnya. Sedangkan Dhio, Genta dan Fino tertawa puas karena berhasil menjahili Aran.

📑📑📑

Naya, Azila dan Tanisa keluar dari kelas mereka, tujuan mereka sekarang adalah kantin. Namun langkah mereka bertiga terhenti saat mendapati senior mereka yang sedang berdiri tepat di hadapan Naya.

"Nay, ada yang mau gue omongin sama lo" ucap Nathan membuat Azila dan Tanisa saling tatap.

"Nay, kita duluan ya, lo ngomong aja dulu sama kak Nathan" ucap Azila yang di balas anggukan kepala dari Naya. Azila dan Tanisa pun pergi meninggalkan Naya bersama Nathan.

Nathan membawa Naya ke taman belakang sekolah dan duduk di bangku kosong yang sudah tersedia di sana. Hanya keheningan yang melanda mereka berdua, hingga Nathan membuka suara.

"Nay, gue suka sama lo" ucap Nathan membuat Naya terkejut. Suka? Naya tidak pernah berpikir sejauh itu, ia kira perhatian lebih Nathan padanya selama ini karena cowok itu benar-benar menganggap Naya sebagai teman.

"Kak Nathan suka sama Naya?" Tanya Naya sekali lagi untuk memastikan bahwa ia tidak salah dengar.

"Iya, gue suka sama lo" ucap Nathan membuat Naya terdiam di tempatnya, tak tau harus berbuat apa.

"Nay, gue sayang sama lo. Gue udah suka lo dari pertama kali lo minta tanda tangan sama gue" ucap Nathan dengan tangan yang terulur menggenggam tangan Naya.

"Jadi kak Nathan suka sama Naya dari mos?" Tanya Naya sekali lagi dan mendapat anggukan kepala dari Nathan.

"Nay, gue sayang sama lo. Lo mau nggak jadi pacar gue?" Tanya Nathan membuat jantung Naya berdegup kencang, ia tak tau harus menjawab apa, Naya memang nyaman dengan Nathan, namun di sisi lain Naya masih belum mengerti dengan perasaannya sendiri.

"Naya bingung mau jawab apa kak" ucap Naya membuat Nathan tersenyum.

"Nggak papa, gue kasih lo waktu sampe besok dan gue tunggu kabar baik dari lo" ucap Nathan tersenyum. Sedangkan Naya sudah sangat canggung dengan situasi ini.

"Siapa pun itu tolong bawa Naya pergi dari tempat ini" batin Naya.

"Nay?" Ucap Nathan sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Naya membuat lamunan Naya menjadi buyar seketika.

"Eh, i..iya kak, Naya bakal kasih jawabannya besok, apapun jawaban Naya, Naya harap kak Nathan jangan pernah berubah ya" ucap Naya tersenyum memperlihatkan lesung pipinya.

"Santai aja, gue akan tetap jadi Nathan yang lo kenal" ucap Nathan sambil mengelus rambut Naya.

"Makasih ya kak. Oh iya, Naya ke kantin dulu soalnya Tani sama Zila udah nungguin Naya" ucap Naya tersenyum dan mendapat anggukan kepala dari Nathan. Setelah itu, Naya pergi meninggalkan Nathan sendiri di taman belakang sekolah.

📑📑📑

Jangan lupa komen dan vote nya😊

Next?

ARANAYA (END)Where stories live. Discover now