Part 45

41.5K 1.3K 9
                                    

Naya, Tanisa, dan Azila duduk bersama-sama di ruang kelas, menghadapi ujian kenaikan kelas yang menentukan nasib mereka di tahun berikutnya. Ruangan itu penuh dengan tegangan dan kekhawatiran yang terasa begitu nyata. Ketiganya saling pandang dengan raut wajah yang penuh kegelisahan.

"Aduh, Naya gugup banget, Naya takut gak bisa ingat materinya" Ucap Naya dengan menekuk wajahnya.

"Sama, Nay! Tapi kita kan udah belajar dan saling mengingatkan, kan? Kita pasti bisa lewatin ujiannya!" Ucap Tanisa pada Naya.

"Yaps, kita gak boleh meremehkan kemampuan kita sendiri. Cukup yakin dan percaya aja Nay, sama jangan lupa doa, biar dimudahin ujiannya" Ucap Azila yang dibenarkan oleh Tanisa, membuat Naya mengangguk lesu

"Kalian berdua benar. Kita gak boleh nyerah, Naya pasti bisa!" Ucap Naya dengan lantang membuat Tanisa dan Azila tersenyum melihat Naya.

Mereka bertiga menggenggam tangan satu sama lain dengan erat, memberikan dukungan moral untuk melalui ujian tersebut. Dengan semangat dan keyakinan, mereka memasuki ruang ujian dan berusaha menjawab setiap pertanyaan dengan sebaik-baiknya.

Setelah ujian selesai, mereka kembali berkumpul dan berbicara tentang bagaimana perasaan mereka setelah menghadapi ujian kenaikan kelas tersebut.

"Ujiannya gak seburuk yang Naya kira" Ucap Naya sambil menghembuskan nafas lega, akhirnya Naya bisa melewati ujiannya dengan baik.

"Lo kan udah pintar Nay, jadi gak ngerasa sulit ngerjain soalnya" Ucap Tanisa dengan wajah yang sudah ditekuk, pasalnya banyak soal yang menurut Tanisa susah dan tidak dipelajarinya, sehingga membuat mood Tanisa hancur.

"Gak ih, Naya gak sepintar itu ya tapi kalo dekat ujian gini ya Naya belajarnya gak main-main dong" ucap Naya membuat Tanisa memutar bola matanya malas.

"Udah mukanya gak usah ditekuk gitu, yakin aja pasti lo bisa" ucap Azila mengusap bahu Tanisa dan dibalas anggukan kepala dari Tanisa.

✨✨✨

Minggu demi minggu berlalu, dan hasil ujian akhirnya diumumkan. Naya, Tanisa, dan Azila berkumpul di ruang kelas dengan rasa cemas, menanti hasil yang akan menentukan apakah mereka naik kelas atau tidak.

"Aduh, perasaan Naya campur aduk. Semoga hasilnya baik." Ucap Naya sembari bolak balik disamping tempat duduknya membuat Azila dan Tanisa menatap jengah ke arah Naya.

"Kita semua sudah berusaha keras, Nay. Positif thinking aja" ucap Azila yang tidak dipedulikan Naya.

Sambil menunggu, mereka saling memberikan dukungan dan mengingatkan satu sama lain tentang semua usaha yang telah mereka lakukan selama tahun ini.

Akhirnya, kepala sekolah masuk ke ruang kelas dan memberikan kabar gembira bahwa mereka bertiga, Naya, Azila dan Tanisa, berhasil naik kelas. Ketiganya merasa bahagia dan lega atas hasil tersebut.

"Alhamdulillah, akhirnya!"

"Yes, kita berhasil, Nay! Kita naik kelas!"

Mereka berdua berpelukan erat, merayakan keberhasilan mereka. Naya tersenyum bahagia untuk teman-temannya, Mereka betiganya saling tersenyum dengan perasaan syukur dan kebahagiaan. Meskipun hasil ujian tidak sesuai dengan harapannya, Naya tetap merasa senang bisa lulus ujian tahun ini.

Setelah seharian mengikuti pelajaran yang melelahkan, Naya, Tanisa, dan Azila bersama dengan Aran dan teman-temannya, Dhio, Satria, Fino, dan Genta, memutuskan untuk istirahat sejenak di kantin sekolah. Mereka duduk bersama-sama di meja panjang, dengan semangat menyambut waktu istirahat yang mereka nanti-nantikan.

"Wah, akhirnya waktunya istirahat. Naya udah laper banget" Ucap Naya sambil mengusap perutnya layaknya orang hamil, Aran yang melihat itu tersenyum tipis sambil mengacak puncak kepala Naya, membuat gadis itu menatap Aran.

"Ih jangan digituin kak, nanti rambut Naya berantakan" ucap Naya dengan wajah yang sudah ditekuk, Aran yang melihat itu buru-buru merapikan rambut gadisnya berharap gadis itu tidak marah padanya.

"Lo pesen apa Zil?"

"Nasi goreng aja"

"Lo Nay?"

"Naya mau bakso, samain aja sama punya kak Aran" ucap Naya membuat Tanisa mengangguk kepalanya mengerti.

"Gue mie ayam" ucap Dhio.

"Gue siomay aja" ucap Satria.

"Gue ikut pesan nasi goreng juga" ucap Fino.

"Gue agep aja" ucap Genta.

"Gak, lo berempat pesan aja sendiri" ucap Tanisa lalu pergi memesan pesanannya tanpa melihat wajah cengo keempat cowok itu.

"Gila juga"

"Njirr lah"

"Yaudah gue aja yang pesan" ucap Genta mengalah dan mengikuti Tanisa.

Sambil menunggu pesanan mereka datang, mereka berbincang-bincang tentang berbagai hal.

"Kalian sudah dengar berita terbaru? Nanti ada acara pentas seni di sekolah kita bulan depan!" Ucap Dhio membuat Naya mengalihkan pandangannya menatap cowok itu.

"Seru! Mungkin kita bisa ikut serta dan menampilkan tarian." Ucap Satria.

"Gue bisa main gitar, bisa nyanyi juga sih" ucap Dhio dengan cengiran khasnya.

"Ran lo mau gak ikut?" Tanya Dhio.

"Males" ucap Aran singat badat dan jelas membuat temannya itu memutar bola matanya, ia sudah tebak jawaban yang diberikan Aran, cowok itu tidak akan ikut berpartisipasi dalam pentas seni ini.

"Lah kenapa? Padahal Naya pengen liat kak Aran nyanyi buat Naya" ucap Naya sambil menatap Aran dengan puppy eyesnya. Membuat Aran menatap tajam gadis itu, seketika membuat nyali Naya menjadi ciut.

"Kode keras tuh Ran" ucap Fino sambil menyenggol lengan Aran dan lagi-lagi dibalas tatapan tajam dari Aran.

"Iyaiyaa gak usah melotot gitu, nanti matanya keluar Naya pergi cari cowok lain baru tau rasa lo" ucap Fino yang tidak ditanggapi oleh Aran.

Percakapan mereka semakin ramai, kecuali Aran tentunya, cowok itu selalu menampilkan wajah datarnya. Mereka berbicara tentang rencana masa depan, impian, dan berbagai kegiatan di sekolah. Sambil menikmati makanan mereka. Setelah makan siang, mereka pun bersiap untuk kembali ke kelas.

✨✨✨

Next?
Maaf ya baru up sekarang soalnya author sibuk pake BGT🙏🏼😅

ARANAYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang