Jalani Saja

666 101 42
                                    

Hello im back!
Jangan lupa vote dan komen biar aku ada asupan wkwk

***

"Iya, Viny baik-baik aja kok di sini."

"..."

"Dia lagi kuliah, sama Shani juga. Pulang ya biasanya jam 12. Emang kamu gak chat dia?"

"..."

Pagi menjelang siang, Natha yang merupakan ibu kandung Viny menghubungi Vera. Dia merasa sangat khawatir dengan anaknya yang tinggal sendirian di Indonesia. Dia sangat merindukan anak perempuan satu-satunya itu. Namun Viny jarang sekali membalas pesan atau mengangkat teleponnya karena sibuk dengan dunianya sendiri.

"Ohh gitu. Yaudah cerita aja. Kamu kaya sama siapa aja."

"..."

"Kok gitu?? Apa gak terlalu cepet? Lagipula Viny masih harus selesain kuliahnya dan dia juga udah betah di sini. Kasian Shani juga, mereka udah deket."

"..."

"Iyaa, ngerti kok. Siapa sih yang gak kangen sama anak sendiri. Tapi kan kamu tau sendiri Viny gimana kan? Dia bahkan udah nolak dari awal buat pindah ke Singapore. Gimana ini? Dia udah keliatan nyaman tinggal di sini."

"..."

"Nanti pasti aku sampein ke Viny kok kalo kamu kangen. Biar kalian bisa bicarain baik-baik. Tapi kalo buat Viny pindah sekarang, aku bakal keberatan sih. Dia anak yang baik, gimana kalo gak ada dia di sini? Sepi pasti."

"..."

"Hmm, yaudah. Aku juga harus ke butik. Sampe ketemu nanti ya, Natha."

Vera mematikan sambungannya, kemudian dia melamun. Memikirkan bagaimana jika Viny tidak tinggal di sini lagi. Lalu, bagaimana dengan Shani? Pasti dia akan sangat kesepian. Tidak mungkin juga jika dia harus menyusul Viny ke Singapura.

•••

Suasana kantin kampus sangat ramai siang ini. Seperti biasa, Shani selalu memesan makanan kesukaannya bersama Gracia dan Nadse. Tanpa disangka, Gracia melihat keberadaan Viny yang juga sedang makan siang bersama kedua sahabatnya.

"Ci, Kak Viny tuh.." ujar Gracia pada Shani yang sedang berkutat dengan makanannya.

Shani menatap lurus. Mata keduanya bertemu. Shani tersenyum tipis kemudian kembali melahap makanannya.

Sebenarnya Nadse sudah menyadari itu lebih awal, namun dia hanya bisa menatap Viny dari kejauhan karena dia masih betah menyembunyikan kedekatannya dengan Viny. Entah apa alasan sebenarnya.

"Biarin aja, Ge. Terus aku suruh apa?"

"Yaa, gapapa sih. Eumm, kalo diliat-liat, Kak Viny kece juga yah xixi."

Nadse menghentikan tangannya. Dia merasa tidak terima jika orang lain mengagumi Viny. Padahal, siapa lah dia di mata Viny? Dia belum juga menyadari itu.

Sementara Shani tersenyum, "Yaa, emang dia mah. Kece iya, cantik iya, pinter iya, manis iya, kadang ganteng juga hahaha." Ujarnya diakhiri tawa khasnya.

"Iya juga ya Ci. Hayoo, Cici suka nih jangan-jangan sama Kak Viny." Gracia meledek sembari menunjuk-nunjuk wajah Shani.

Shani gelagapan sekaligus salah tingkah, "A–apaan sih, Ge! Mana adaa!"

Nadse yang sedari tadi terdiam, semakin tidak nafsu makan lagi karena ini. Dia masih sangat penasaran dengan Shani terhadap Viny. Selalu saja ada yang membuat janggal diantara keduanya.

Tiba-tiba Nadse berdiri dan meletakkan sendok dengan cukup keras, yang mana membuat keduanya mendongakkan kepalanya.

"Gue ke kelas dulu ya." Ujarnya kemudian pergi meninggalkan mereka berdua yang masih kebingungan.

Takeuchi Senpai (VINSHAN)Where stories live. Discover now