VinShan

759 117 23
                                    

"Kenapa hari ini beda?"

Viny berhenti mengunyah makanannya, dia menoleh ke arah Shani, "Beda gimana?"

"Gatau," Shani mengalihkan pandangannya ke atas, "Aku ngerasaa, Kak Viny ngehindar dari aku."

Seketika Viny menunduk.

"Dan aku ngerasa Kak Viny bohong soal sakit tadi terus gak masuk kelas fotografi."

Viny masih saja terdiam. Dia benar-benar seperti sedang terperangkap oleh perkataan Shani. Ya karena memang faktanya seperti itu. Viny telah berbohong.

"Kak ngomong. Aku butuh jawaban. Yang aku bilang bener kan?"

"Shan, akuu, aku beneran pusing tadi."

Shani mengambil piring di tangan Viny, dan meletakannya di atas nakas. Sontak Viny terkejut dan pandangannya mengikuti piring yang Shani pegang.

Viny menatap Shani ketika dia menggenggam tangannya.

"Kalo ada sesuatu bisa cerita ke aku, Kak. Jangan diem aja. Kita sodara sekarang."

"Eum, aku gapapa beneran, Shan."

"Kakak bisa minta bantuan aku kalo butuh. Aku bakal bantu selagi aku bisa."

Jantung Viny berdebar. Dia bingung harus bersikap bagaimana. Perkataan Shani seolah terus memojokannya.

Bagaimana bisa Viny belajar melupakan perasaannya terhadap Shani jika Shani terus-menerus membuatnya seperti ini?

"Iya, makasih ya udah baik sama aku."

"Aku gak bakal baik sama Kak Viny kalo Kak Viny juga gak baik sama aku."

Viny tersenyum malu, "Aku biasa aja sih."

"Buat aku gak biasa."

"Maksudnya?"

Cup!

Tiba-tiba Shani mengecup pipi Viny. Tentu reaksi Viny saat ini hanya bisa mematung dengan wajah cengonya. Dia tidak tahu maksud Shani apa. Bahkan dia tidak pernah mengira jika Shani akan melakukan ini padanya.

"Kak Viny itu kakak aku. Dan aku bersyukur aja kalo kakak tuh orangnya baik banget, bahkan kita belum kenal sekalipun kakak udah belain aku. Sayang Kak Vinyy.." Shani memeluk Viny setelah mengatakan itu.

Darah Viny berdesir. Tidak seperti biasanya. Kali ini benar-benar membuatnya seperti sedang melayang. Dia benar-benar jatuh cinta dengan adiknya sendiri.


Apa ini saatnya untuk dirinya mengutarakan yang sebenarnya dia rasakan? Dia sangat tidak yakin akan ini. Pasalnya Shani begitu menganggapnya hanya sebagai seorang kakak. Namun hatinya tidak lega jika harus menyimpan perasaan yang salah ini terus-menerus.

Lalu, bagaimana jika Shani membenci Viny? Bagaimana jika Viny menjijikan bagi Shani?

"Shan,"

Shani meregangkan pelukannya, "Kenapa?"

Viny kembali terdiam.

"Kak Viny gasuka ya aku peluk-peluk dan cium kaya tadi? Kak Viny risih ya? Pasti takut pacar Kakak marah. Maafin aku yaa? Aku udah lancang bang-"

Cuppp!

Viny mengecup bibir Shani tanpa basa-basi. Shani terkejut bukan main mendapat kecupan dari Viny. Dia masih saja membulatkan matanya dengan keadaan tubuhnya yang mematung.

Namun lama-lama dia menikmatinya, dia ikut memejamkan matanya dan membalas lumatan Viny. Dia tidak ingin menyia-nyiakan hal ini karena dia sudah mengetahui perasaannya terhadap Viny.

Keduanya saling berpelukan. Kecupan lembut dari Viny dia terima begitu saja. Keduanya tenggelam dalam suasana yang hangat yang sebenarnya masih diselimuti rasa canggung dari keduanya.

Tiba-tiba, Viny menghentikan lumatannya dan membuka matanya.

Kemudian mereka melepaskan ciuman itu. Mata mereka bertemu dengan jarak 5 senti. Mulut keduanya masih bungkam menikmati desiran darah yang mengalir di tubuh masing-masing.

"M-maafin aku, Shan. Maafin aku udah ngotorin kamu." Ujar Viny nyaris berbisik bersamaan dengan air katanya yang mengalir. Dia sangat menyesal telah melakukan ini pada orang yang sudah menganggap dirinya sebagai kakak.

"Kak Viny jangan ngomong gitu. Kenapa Kak Viny nangis??" Viny mendunduk. Dia sangat merasa bersalah. Bahkan rasa bersalahnya lebih besar dari kemarin.

"Aku gabisa jadi kakak yang baik buat kamu. Gapapa kalo setelah ini kamu benci sama aku. Aku salaah.."

"Kak, Kak Viny gak salah."

Viny mendongakan kepalanya menatap Shani, "Kenapa kamu bisa ngomong gitu?? Jelas-jelas aku udah bikin kamu ngelakuin kaya gini." Ujar Viny dengan penekanan.

"Karna aku suka sama Kak Viny." Ujar Shani cepat.

Pengakuan Shani sontak membuat Viny membulatkan matanya dan membuka mulutnya.

Dia sangat tidak percaya akan pernyataan Shani. Karena dia tahu bahwa Shani itu bukan seperti dirinya. Bahkan Shani baru saja putus dengan Justin. Bagaimana Shani bisa menyukainya?

"Shan, kamu jangan bercanda."

"Aku gapernah bercanda buat soal kaya gini. Aku udah lama kagum sama Kak Viny. Aku selalu ngerasa beda kalo deket kakak. Dari awal aku liat kakak juga auranya udah beda di mata aku. Dan akhirnya aku sadar sama perasaan aku ke Kak Viny semalem."

"Shan, tapi-"

"Tapi apa Kak? Kak Viny udah balikan sama Nadse?"

"Bukan, bukan gitu. Aku, aku cuma gak nyangka kamu gini ke aku."

"Kak Viny gasuka?"

"Shan, aku bukan gasuka. Aku cuma kaget aja. Gimana bisa aku gasuka ketika tau orang yang selama ini buat aku bahagia ternyata suka sama aku?"


"Maksud Kak Viny?"

"Mungkin aku lebih dulu cinta sama kamu, Shan. Kamu harus tau kalo aku semalem ngelakuin itu bukan karena mumpung ada kesempatan karena aku belok. Tapi aku udah suka sama kamu sejak hari pertama kamu ikut kelas fotografi. Lama-lama rasa suka itu bukan cuma sekedar suka. Banyak hal dalam diri kamu yang makin buat aku tertarik. Ditambah, sekarang kita serumah. Aku gapernah nyangka soal ini. Dan aku bahagia banget jujur."

"Shan.."

"Hm?"

"Would you be my girlfriend?"

Shani meneteskan air matanya sambil tersenyum, kemudian menganggukkan kepalanya.

Keduanya berpelukan menumpahkan rasa bahagianya karena perasaan keduanya sempat tertahan untuk diutarakan.

"Makasih banyak, Shani Indira." Shani tersenyum mengangguk.


"Kak, kalo mama tau gimana?"

"Jangan sampe mama tau ya. Kita backstreet. Gapapa kan?"

Shani kembali mengangguk di dalam dekapan Viny.

Dia tahu hal ini salah. Namun dia juga tidak bisa memendam terlalu lama perasaannya. Nyatanya, hatinya benar-benar untuk Viny. Dan dia selalu bahagia di dekatnya.




2 part nih. Voment boleh kakaa..


Selamat tidur. Semoga mimpi vinshan setelah baca inixixixi

Takeuchi Senpai (VINSHAN)Where stories live. Discover now