Problem Pertama

736 111 18
                                    

Udah direvisi dikit ya. Udah aku jabarin tentang Viny dan Nadse. Maap2 kalo ada yang masi bingung hehe..

Hari yang baru bagi Viny karena tinggal di tempat yang berbeda, dengan orang berbeda pula. Begitu juga dengan Shani. Dia tidak lagi menjadi anak semata wayang mamanya karena kehadiran Viny.

Menurutnya, Viny merupakan sosok panutan dan bisa menjadi kakak yang baik untuknya. Dan yang terpenting, Shani tidak akan sendirian lagi di rumah.

Tapi, apa Shani benar-benar menganggap Viny sebagai seorang kakak?

"Kak, berangkat bareng ya? Sekalian biar kenal sama dua temen aku. Tapi maklumin aja kalo mereka rada-rada hehe." Shani membuka suara ketika mereka tengah sarapan bersama Mamanya.

Viny menghentikan kegiatannya sembari berpikir, "Eumm.."

"Harus berangkat bareng, Vin. Kan sekampus." Potong Mama Shani.

"Hehe, yyaudah aku bareng deh."

"Nahh gitu kek daritadi."

Sebenarnya Viny masih sangat canggung berada di keluarga kecil ini. Selain dia sulit berbaur dengan orang baru, Shani juga menjadi alasan lain kenapa dirinya benar-benar bersikap seperti ini.

Senang, namun jantungnya selalu tidak bersahabat jika di dekat Shani. Alhasil malah membuat dirinya gugup dan terlihat aneh.

"Vin.."

"Iya, Tante?"

"Mulai sekarang panggil mama bisa ya?" Permintaan Mama Shani sontak membuat Viny menunjukkan wajah cengonya.

"Iya Kak! Gapapa tau biar lebih akrab. Yakan mah?" Mata Shani berbinar mendengar itu.

"Iya. Lagian dulu kita deket loh waktu kamu masih bayi."

"Hehe, ttapi jadi gaenak."

"Kenapa coba? Gapapa, panggil aja Mama, oke?"

"Eum i–iya, Ma." Balas Viny malu-malu.

Viny kembali fokus pada makanannya. Namun hanya dia pandangi saja. Ada sesuatu yang sedang dia pikirkan saat ini.

"Kayanya udah makin jelas Shan kalo aku emang gaboleh deketin kamu selain sebagai, kakak adek." Batin Viny.

"Shan udah setengah 8 loh itu."

Shani melihat jam tangannya, "Oh iya ya. Yuk kak berangkat."

Tidak ada respon dari Viny. Dia masih saja memandangi makanannya.

"Kak Viny??"

"Eh, kenapa??"

Shani menghela nafas, melipat kedua tangan di perutnya, "Kebiasaan deh ngelamun mulu. Ada apa sih?"

Viny menggaruk kepalanya kebingungan, "Gapapa kok. Mau berangkat sekarang?"

"Yauda yuk. Udah siang. Pake mobil aku aja, tapi Kakak nyetir yaa?"

"Iya, Shanii."

Mereka berdua akhirnya berpamitan kepada Mamanya dan terburu-buru menuju ke depan karena harus menjemput kedua teman Shani yang masih satu komplek dengannya.

Ini pertama kalinya mereka berdua satu mobil. Lagi-lagi, Viny merasa canggung. Namun sebisa mungkin dia harus membuang jauh-jauh tentang hal itu. Dia harus belajar bersikap biasa saja terhadap Shani, yang mungkin mulai hari ini sudah menjadi adiknya.

Sulit bagi Viny untuk mencerna semua yang akhir-akhir ini terjadi terhadap dirinya. Dia merasa kebahagiaannya muncul, namun satu-persatu pula masalah datang dalam hidupnya. Hanya saja belum terlalu jelas di mata Viny.

Takeuchi Senpai (VINSHAN)Место, где живут истории. Откройте их для себя