Teman Lama

15 1 0
                                    

Dunia itu luas, tapi ketika Tuhan menakdirkan kita bertemu, sejauh apapun dunia membentang akan ada celah untuk mempertemukan.

Setelah janji bimbingan dengan dosen. Aku berniat mengisi perut yang sudah mulai kelaparan. Waktu menunjukkan pukul 01. 15 pm. Setelah ku ingat kembali tidak ada janji penting hari ini. Sambil menunggu Sani yang juga masih ada temu dengan dosen, aku memutuskan untuk duduk di kursi panjang yang terletak di depan ruang dosen.

Klung.
Suara ponselku terdengar, peranda ada chat masuk.

SD Raga
Dimana?

Tumben banget si Raga nanyain dimana.

Sukma
Kampus.

SD Raga
Aku di bandung, deket kampus kamu. Aku kesana, kamu sebelah mana?

Loh loh kok tiba tiba banget sih ni anak. Enggak ada janjian, enggak ada ngubungin juga kalau mau kesini, tiba tiba main kesini aja.

Sukma
Bentar bentar, kamu sama siapa? Sekarang dimana?

SD Raga
Cepetan turun mau hujan, aku di parkiran fakultas pendidikan bahasa dan sastra.

Ih apaan sih Raga, tiba-tiba muncul begini. Anak siapa sih nih orang. Dasar!
Tanpa berpikir panjang aku segera turun menuju parkiran menggagalkan acara makan siang bersama sani, setelah ku beritahu melalui chating jika harus menunda makan siang bersamanya.

Seorang laki-laki berjaket hitam, lengkap dengan helm yang masih melekat dikepala nya sedang tersenyum tengil ke arahku, seakan-akan perbuatannya yang tiba-tiba datang dan memaksa orang untuk menemuinya adalah hal yang terpuji.
Dasar anak manusia!

"Assalamu'alaikum tamu jauh" Sapa ku sarkastik.

"Tau banget kalo aku lagi capek sehabis perjalanan jauh, yaudah yuk ke kost mu, aku numpang tidur bentar. Jogja-bandung jauh banget loh"

Aku mendelik ke arahnya. Bukannya menjawab salam, malah sok-sokan mau numpang tidur. Dan dia hanya nyengir memperlihatkan gigi putih bersihnya.

"Kamu nih tamu enggak diundang, tiba-tiba dateng, enggak bawa oleh-oleh. Dan sok-sokan mau numpang tidur. Anda sehat?"

"Jangan gitulah sama temen lama, kita berapa tahun enggak ketemu sih? Enam atau tujuh tahun ya? Lama juga ternyata" ujar dia masih dengan senyum tengilnya. "Betewe ini beneran kita disini? Ini mendung loh ma, bentar lagi hujan. Yuk ke kost mu aja, atau kemana deh yang bisa buat istirahat bentar"

"Sebenarnya kamu ngapain sih tiba-tiba ada disini?" Tanyaku yang sedari tadi hanya mendengarkan ocehan tidak jelas Raga.

"Nah makanya, ceritanya panjang. Dan untuk menceritakan itu aku butuh tempat yang nyaman bukan di parkiran begini"

Ugh! Dasar anak manusia!

"Yaudah ayo" Kemudian aku naik motor Raga, karena kost ku yang tidak terlalu banyak aturan dengan memperbolehkan tamu laki-laki berkunjung maka aku akan mengarahkan Raga menuju kost ku yang hanya di tempuh sekitar 15 menit.

***
"Kamu disini aja, bentar aku ambilkan bantal" sambil membersihkan ruang tamu yang terletak di depan kamarku, aku mempersilahkan Raga untuk beristirahat.

Raga kembali tersenyum tengil, sepertinya setelah bertahun-tahun tidak bertemu aku baru tahu kebiasaan raga yang satu ini, senyum tengil yang amat sangat menjengkelkan bagiku sudah menjadi ciri khasnya.

Aku meletakkan bantal serta beberapa camilan di hadapan Raga, raut wajahnya terlihat sumringah, tidak lupa sambil tersenyum tengil ke arahku. "Terimkasih Sukma yang baik hati".

Aku memilih diam dan duduk di sebelahnya. Entah kenapa aku merasa jengkel, acara makan siang ku dengan Sani harus batal, Raga yang tiba-tiba datang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

Memang kami cukup dekat. Aku dan Raga berasal dari daerah yang sama, Malang. Semasa kecil aku dan Raga adalah teman yang di pertemukan di Sekolah Dasar yang sama. Karena sejak Sekolah Menengah Pertama aku sudah merantau, kami tidak lagi bersama dan tidak pernah bertemu lagi. Meskipun begitu Raga adalah satu-satunya teman semasa kecilku yang tidak memutuskan tali silaturahmi dengan temannya. Beberapa kali kami pernah chatting serta berbagi cerita melalui video call atau hanya sekedar telepon biasa.

Untuk pertama kalinya hari ini, setelah sembilan tahun aku bertemu dengannya. Sebenarnya bertemu bagi kami adalah sesuatu yang tidak sulit, mengingat kami berasal dari daerah yang sama. Tapi karena ke-posesif-an orang tuaku, aku menjadi anak rumahan yang jarang bermain di luar rumah.

"Ga kenapa sih kamu tiba-tiba kesini, ini hari efektif kuliah loh. Kamu berusaha kabur dari tanggungjawab ya?" Duga ku tak beralasan, ya ini hari senin dan aku tau Raga masih memiliki tanggungan mata kuliah yang harus diselesaikan.

Raga mendengus, sambil mengambil cemilan dan membukanya. "Enak aja, aku kesini karena emang pingin dan sedang libur kuliah".

"Dih pasti bohong" jawabku curiga. Mana ada libur kuliah di hari efektif. Kalaupun libur pasti hanya satu mata kuliah.

"Enggak percayaan banget sih ma" sungutnya tidak terima.

"Ya terus?"

"Satu minggu kemarin aku ada proyek bersama dosen, dan sudah selesai. Karena proyeknya berhasil jadi di bebaskan kuliah selama dua kali pertemuan, karena aku hanya punya beban mata kuliah satu, yaudah berarti dua minggu dong aku libur" Jelasnya sambil mengunyah cemilan  secara bersamaan.

Aku hanya mangut-mangut mengerti. Seharusnya Raga mengambil Skripsi ketika KRS-an kemarin, kan rugi selama satu semester hanya kuliah satu mata kuliah. Tapi karena anaknya slengean begini mana nyampek pikirannya kearah situ.

"Gimana ma belum move on?" Tanyanya sok peduli.

"Dih sudah lah, siapa bilang belum?" Jawabku sewot.

"Kan cuman tanya atuh neng, habisnya masih jomblo aja" ucapnya sambil tersenyum tengil.

"Ya terserah aku lah, kamu tuh ngaca sama diri kamu sendiri, 21 tahun hidup kok masih jomblo aja" aku tertawa setelahnya, dikarenakan Raga yang sampai detik ini belum merasakan punya pacar. Katanya sih orang ganteng tidak sembarangan memberikan hati sama orang lain, terlalu berharga, cuih!

"Lebih enak sendiri aja sih"

"Hilih bilang aja enggak laku"

"Please deh sukma, wajah ganteng begini siapa sih yang gak mau?" Jawabnya dengan songong lengkap dengan senyum tengilnya.

"Aku enggak mau"

"Ya siapa juga yang mau sama kamu" tuturnya sambil tertawa.

Aku tidak lagi menanggapi, Raga jauh sangat berbeda dengan Raga yang aku tahu sembilan tahun lalu. Dia bukan lagi laki-laki kurus kering, dan suka bersiul dimana-mana. Raga yang sekarang aku temui adalah Raga dengan postur tubuh tinggi, kulit kuning kecoklatan, alis tebal, hidung mancung, serta bibir tipis yang ketika tersenyum terlihat tengil sedikit manis, menurutku.

Sedangkan aku? Aku masih si Sukma yang memiliki postur tubuh pendek, kulit tidak putih, serta senyum yang biasa saja. Tidak jauh berbeda dengan Sukma beberapa tahun silam. Mungkin itu alasannya kenapa sampai saat ini aku jomblo, terkadang aku tidak cukup percaya diri untuk kembali menerima orang baru. Akan selalu berkahir sama, ditinggalkan karena ada yang lebih cantik dan enak dipandang.

Haiiii, selamat membaca cintaa.
Salam hangat dari penulis amatir yang hari ini sangat bahagia karena weekend :D


*Jangan lupa klik bintang dipojok kiri bawah ya dear :*

DESTINYWhere stories live. Discover now