Mas Abil

2 0 0
                                    


-karena saudara tidak selalu tentang ikatan darah- Sukma-.

*********
Disclaimer,
Kalau secara fisik mas abil itu Tubuhnya tinggi, wajahnya sedikit oriental dengan mata sipit, kulit putih dan rambut gondrong, jangan lupakan senyumnya yang manis tapi suka gombal. Pacarnya banyak tapi baik banget sama aku :*.

*********
Tepat setelah sholat ashar, Nadin teman sekamarku mengatakan ada mas Abil diluar. Tanpa pikir panjang segera aku ambil jilbab dan bergegas menemui mas Abil.

"Mas kok gak bilang kalau mau ke kost, aku gak masak loh" ocehku yang mengetahui Mas Abil tiba tiba sudah ada di depan kost tanpa chat atau telepon terlebih dahulu.
Biasanya mas Abil selalu bilang melalui chating atau telepon, karena setiap kali dia datang aku harus masak. Anggap saja sekalian dia numpang makan. Hehehe.

"Pengen surprise in kamu aja sih dek" ucapnya sambil tertawa.

Kami duduk di sebuah gazebo yang terletak di samping kost. Kebetulan sedang tidak ada orang. Rupanya mas Abil membawa satu kresek cemilan. Tau aja kalau stok cemilanku sudah habis. Wkwkw.

"Tau aja mas stok cemilanku sudah habis" kataku sambil mencomot asal salah satu cemilan yang sudah ada di depanku.

Mas Abil membetulkan posisinya menjadi bersila menghadap ke arahku. Jujur sebenarnya hatiku ketar ketir melihat wajah Mas Abil yang sedikit tidak seperti biasanya.

"Kok bisa?" Tanyanya tanpa basa basi.
Aku menelan ludah, Mengurungkan niat memakan beberapa kripik kentang yang sudah berada diantara jari jempol dan telunjuk yang siap ku lahap.

"Jadi...." Sebelum kulanjutkan aku menarik nafas berharap kali ini Mas Abil tidak marah.

"Mas ku yang baik hati dengerin penjelasan aku dulu sampai selesai dan jangan marah, oke" kubuat wajahku semenyedihkan mungkin agar Mas Abil ada rasa sedikit kasihan dan mengurunngkan niatnya untuk marah karena aku sudah melanggar janji.

Mas Abil hanya menganggukkan kepala tanda ia setuju.

Akhirnya ku jelasakan semua kejadian tadi siang saat aku bertemu kak Afka, kecuali satu hal tentang aku yang menyetujui permintaan nya untuk datang ke coffe shop.

Mas Abil tidak berkomentar apa-apa hanya diam dengan mata yang masih tertuju ke arahku.

"Ih jangan liatin aku kayak gitu mas, aku udah jujur kok, suer" ucapku sambil mengangkat dua jari telunjuk dan tengah membentuk huruf v.

"Emang aku bilang kamu bohong?"
Tuh kan mas Abil ini, selalu bisa bikin aku gak bisa bohong.

"Oke oke, jadi aku menyetujui ajakan kak Afka, tapi sumpah ini yang terakhir mas, aku juga penasaran kak Afka mau ngomng apa, boleh ya?"

"Oke"

"Nah gitu dong, kan jadi tambah ganteng hehehe"

"Tapi aku ikut"

"Ha? Ngapain mas? Nanti yang ada kak Afka gak jadi ngomong sama aku, tau sendiri dia keki banget sama mas" jawabku mengingat kak Afka tidak suka antara kedekatan aku dengan mas Abil, menurutnya mas Abil hanya jadi pengganggu.

"Yudah nanti aku di coffe shop sebelah, mantau kamu takut tiba tiba jadi runtuh tuh pendirian buat jauhin Afka"

"Iya deh iya, janji jangan menampakkan diri ya mas, aku takut jadi masalah lagi kayak dulu"

"Ck! Masih aja mikirin perasaan Afka dasar adek bucin bin gagal move on" jawabnya sambil menyentil dahiku.

"Ya habisnya dulu aku suka sama mas gak boleh, yudah aku suka yang lain" kataku sambil tertawa.

Dan mas Abil hanya diam memperhatikan aku yang sedang tertawa mengejek. Jadi dulu aku sempat suka Mas Abil, tapi ketahuan padahal aku enggak bilang apapa, semacam cinta dalam hati.

Mas Abil itu baik banget sama aku, kita bertemu pertama kali ketika ospek, dia salah satu anggota BEM yang salah satunya cukup menarik perhatian.

Sampai detik ini kami dekat, tapi hanya sebatas kakak-adek. Mas Abil pernah mengatakan kalau aku adalah adik perempuannya, jadi gak boleh aku suka sama kakak sendiri. Orang tuaku sangat mengenal mas Abil, dan selalu menitipkan aku kepadanya. Jadi memang hubungan kami seperti keluarga.

Aku sayang banget sama mas Abil, memag sih dulu sempat suka tapi lambat laun mas Abil menempati posisi sendiri di hatiku, bukan seperti Kak Afka yang jelas jelas aku cinta. Mas Abil beda, dia lebih ke kakak, sahabat, ayah. Dia paket komplit yang dikimkan Tuhan untuk menjadi pelindung aku, karena disetiap dekat kak abil aku merasa nyaman dan aman.

Segala hal aku bergantung sama mas Abil, terlalu manja hingga sebagian temanku atau teman mas Abil mengira kita pacaran. Tapi aku enggak peduli, dan mas Abil selalu mengatakan jangan pernah dengerin perkataan orang lain selamanya kamu adalah adek perempuanku, dan manja dengan kakak sendiri itu adalah hal biasa.

Jujur mas Abil itu ganteng, manis. Penampilan nya agak bad boy, secara dia anak gunung yang hobinya suka muncak. Kalau dipasangkan sama aku emang enggak terlalu cocok mengingat aku yang enggak cantik cantik banget, tinggiku hanya 150 cm, hidungku tidak mancung, tapi beruntung kulitku berwana kuning langsat. Menurut ibu aku memiliki senyum yang manis, tapi kata mas Abil aku seperti anak SMA yang terhambat pertumbuhannya, jadi aku simpulkan dia ingin memujiku imut cuman takut aku GR hehe.

Karena perbedaan fisik itu, aku cukup sadar diri untuk mengikuti perintah Mas Abil kalau selamanya kita akan menjadi keluarga, kakak-adek. Beruntungnya hati dan pikiran aku selaras untuk tidak punya perasaan lebih lagi terhadap Mas Abil. Karena itu sampai detik ini kami sangat dekat. Bahkan nih cewek cewek yang pernah jadi pacar Mas Abil sering cemburu karena kita terlalu dekat.
Yaa beruntungnya mas Abil tidak pernah mendengarkan mereka dan dia tetap menjadi Mas terbaikku.

Saat ini Mas Abil sudah semester 12, yang artinya dia adalah kategori mahasiswa abadi. Setiap kali aku tanyakan kenapa tidak segera menyelesaikan skripsi jawabanya selalu sama, sedang tidak mau menyia-nyiakan kesempatan bertemu mahasiswa baru yang semakin tahun semakin mempesona. Ck! Dia selalu seperti itu, hobinya selain naik gunung juga suka tebar pesona dan gombalin deting yang keganjenan. Ih kesel!

"Oiya kemarin temenku dari jogja nyamperin aku, namanya Raga. Anaknya baik tapi ngeselin" kataku mulai bercerita setelah suasana mulai mencair.

"Kemarin aku nemenin dia makan sambil nongkrong gitu mas, tapi tadi pagi udah pulang ke jogja, rencana pingin aku kenalin ke Mas Abil"

"Kenapa harus dikenalin, emang dia siapamu?"

"Ih dia itu yang sering aku ceritain sama mas Abil yang sering chating, telepon ataupun video call sama aku itu loh mas, temen SD aku pas di malang"

"Oh"

"Oh aja?"

"Dek fokus sama skripsi, tahun ini kamu harus lulus gak usah cinta cintaan lagi" jawabnya sok serius.

"Dih aku enggak cinta cintaan mas, aku cuma cerita. Emangnya aku bilang kalo suka dia? Enggak kan?"

"Intinya aku enggak suka ya kamu menomor duakan kepentingan kuliahmu buat hal hal enggak jelas, inget kata ibu kan tahun ini kamu harus wisuda"

"Iya mas iya, lagian aku biasa aja kok" jawabku sedikit sewot setelah mas Abil dengan tidak jelasnya menuduhku tanpa alasan.

"Good" ucapnya sambil mengelus kepalaku yang terbungkus hijab.

Selalu seperti ini, mas Abil itu punya kendali besar atas hidup aku. Termasuk percintaan. Ini bukan kali pertama dia mengatur ku. Bagi sebagian orang, sahabat sahabat aku tentunya, mengira aku terlalu di atur oleh Mas Abil seakan aku tidak punya kebesan menentukan pilihan. Tapi entah kenapa aku suka setiap kali Mas Abil mengaturku, mungkin aneh tapi entahlah aku juga tidak bisa menjelaskan alasannya.

*****

Hey hey ketemu lagi sama author.
Part ini aku tulis emang disaat aku lagi kangen banget sama orang didalam cerita ini.
Emang sebaik itu, baik bangett. Dan senengnya tadi pagi kita habis telepon an. Masih dengan tawa yang sama.

Heiiu jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah ya. :*

DESTINYWhere stories live. Discover now