Hujan

24 1 0
                                    

Rintik yang berjatuhan berirama, entah bagaimana selalu berhasil membuat aku kembali mengingat, lalu mengenang.-Sukma.

Sudah 30 menit berlalu tapi hujan masih dengan deras mengguyur kota. Aku tidak mengerti kenapa tiba-tiba hujan sederas ini, padahal tadi cuaca sangat cerah. Dua puluh menit lagi aku harus sampai kampus, sebab sudah ada janji dengan dosen pembimbing. Jika hujan ini tidak segera reda, bisa bisa nasib skripsi ku dipertaruhkan.

Berbicara soal skripsi, benar. Aku mahasiswa tingkat akhir yang saat ini sedang berjuang menyelesaikan skripsi. Menjadi mahasiswa fakultas pendidikan bahasa dan sastra terbilang tidak mudah. Meskipun tidak sesulit fakultas kedokteran sih.

Selama enam bulan terakhir aku disibukkan dengan penelitian dan bimbingan. Pulang pergi ke kampus tidak cukup satu kali, belum lagi penelitian yang sampai saat ini belum usai, pihak instansi masih memintaku mengurus surat ijin sekolah sebelum menyelesaikan penelitian. Sungguh amat sangat ruwet.

Jika kalian berpikir aku adalah mahasiswa modern, gaul, cantik. Aku pastikan kalian benar. Benar berhalusinasi. Karena aku jauh dari kata itu. Aku mahasiswa biasa aja yang tidak banyak orang tahu. Aku hanya mahasiswa biasa yang tidak punya waktu memikirkan berdandan, cara menjadi glow up, cara memiliki followers berjuta, atau beratus ribu, tidak sama sekali. Aku mahasiswa yang memikirkan bagaimana aku bisa menikmati kuliner terbaru, diskon mie gacoan, diskon mie teror, dan diskon mie kober. Eh satu lagi dan bagaimana menikmati hidup dengan bahagia.

Eh tapi tunggu dulu, aku enggak se culun yang ada di pikiran kalian ya. Meskipun aku tergolong mahasiswa biasa aja yang kerjaannya memikirkan diskonan mie, aku juga pernah loh memikirkan tentang cinta, ya gini gini aku punya pacar, meskipun sudah dua tahun yang lalu dan sekarang sudah bergelar mantan.

Aku pernah punya pacar, dua. Maksudnya mantan dua. Dua duanya meninggalkan aku karena apa ya? Bosan kali? Soalnya aku yanh ditinggalin.
Tapi yang paling berkesan yang terakhir. Karena dia menjadikan aku selayaknya putri, lalu setelah aku melambung tinggi, eh di tinggalin. Ya begitu emang laki-laki kan?

Hujan begini, aku jadi teringat. Dulu ketika aku masih bersama dia. Dia pernah menjadi seseorang yang aku puja di bawah hujan. Ketika hujan mengguyur jalanan, bersama hujan dan suara motor aku menikmati setiap rintik yang jatuh menyentuh permukaan kulit. Bagaimana dia dengan gagah berusaha melindungiku dari deras hujan yang terus mengguyur semakin deras, bersama motor matic itu, dia melaju begitu cepat. Lalu setelahnya dia meneduh karena tidak ada tanda-tanda hujan akan mereda, sedang perjalanan masih jauh.

"Sukma, kita neduh dulu ya, aku takut kamu sakit" ucapnya sambil memegang tanganku dan menggosoknya berusaha menyalurkan rasa hangat.

Selain tanganku, hatiku jauh lebih menghangat. Sorot matanya yang menunjukkan rasa khawatir begitu jelas terlihat.

"Kamu sayang aku enggak?"
Tiba tiba aku bertanya tentang perasaan nya, entahlah mungkin karena hujan yang tidak segera mereda aku jadi iseng menanyakan sesuatu yang sudah puluhan kali aku tanyakan.

"Menurut kamu?" Jawabnya balik bertanya.

Aku menghela nafas panjang, jujur aku perempuan yang biasa aja. Tidak cantik, tidak tinggi. Tapi setidaknya masih ada yang mau.
Kadang aku merasa tidak percaya diri dengan keadaanku, tapi itu bukan masalah besar sih, karena aku tipe perempuan yang tidak terlalu memusingkan tentang cantik versi fisik.

"Sayang sih, tapi kan banyak perempuan yang lebih cantik daripada aku, mantan kamu aja si Ami cantik, kok mau sama aku?" Tanyaku dengan suara dramatis.

"Sukma, sudah aku bilang kamu itu cantik. kamu aja kurang percaya diri sama diri kamu sendiri. Aku itu selalu suka cara kamu berbicara, binar mata kamu, senyum kamu. Kamu dimataku itu cantik sayang" dia kembali tersenyum sambil mengelus kepalaku sayang.

Lagi-lagi hatiku menghangat, meskipun aku tau kata kata ini adalah andalan para buaya merayu, tapi tetap saja hatiku berbunga-bunga. Karena untuk pertama kalinya aku merasa dipuja oleh laki laki dengan begitu manis.

Aku tersadar dari bayangan masa lalu, rupanya hujan sudah reda. Kebetulan aku melihat bus menuju arahku. Aku berdiri bersama dengan beberapa orang yang juga meneduh menunggu bus datang.

Ah Sial!  hujan selalu berhasil membuatku mengingat dan mengenang.

Salam cinta untuk para readers.
Dari penulis amatir yang sekarang lagi sakit perut kebelet poop.
Hihihihi

shtitin

Jangan lupa pencet bintang sebelah kiri bawah ya cinta :*

DESTINYWhere stories live. Discover now