13. Gak Rela Dibenci

3.3K 268 17
                                    

Lagi lagi.

Di tengah malam yang sunyi.

Aku rindu kamu, di sini.

-Dari Tara untuk Altara.

( Hargai author dengan cara komen ya, readers sayang nan baik hati aku. Nanti aku balas kok asal jangan komen next doang. Janji. )

"Ada sekeping perasaan yang baru saja kamu runtuhkan lagi. Entah sengaja atau disengaja. Yang pasti dan yang benar benar aku tahu adalah, sekeping rasa itu aku. Tapi, entah mengapa, aku masih berusaha menyatukan perasaan itu kembali untukmu, lagi."

HESPER

Now playing music
Tega - Rossa

Hari ini, Tara berniat untuk mengembalikan jaket milik Altara. Namun, sebelum itu Tara meminta pendapat kepada Raya terlebih dahulu. Semacam konsultasi. "Eh, Ray, gue mau balikin jaket Altara, tapi kapan ya?"

Sebenarnya, tadi pagi, Tara sudah bercerita tentang kejadian kemarin sewaktu Altara mengantarkannya pulang. Awal awal, Raya tak percaya, tapi setelah terbukti ada jaket milik Altara, ya, jadi percaya.

"Gimana, kalau sekarang? Kelas Dara kan lagi jam olahraga. Berarti mereka, termasuk Altara lagi ada di lapangan. Kasih minum, Ra. Biar romantis gitu, haha."

"Iya juga, tapi, sekarang kan lagi belajar matematika, Ray?"

"Ah elah, biasanya juga lo alesan ngisi spidol kalo males belajar," cibir Raya.

"Aduh, lupa, efek kepentok cinta Altara. Udah yuk, ngisi spidol."

Dengan semangat, mereka berdua izin kepada pak Budin, guru matematika kelas sebelas, guru matematika terlucu dan tersantuy. Jadi, beliau membebaskan muridnya untuk keluar dengan alasan apapun. Termasuk mengisi spidol. Padahal, di dalam kelas juga bisa, kan? Tapi, untung yang ngajar pak Budin. Jadi, ngisi spidol sambil nyamperin doi, bisa.

"Aduh, Ray, gue deg-degan nih suer," jujur Tara saat mereka sudah berada di koridor dekat lapangan basket. Melihat Altara yang sedang bermain basket dengan lincahnya. Boleh saja Atara gak jago futsal, tapi dia ahli dibidang basket. Ga heran kalau doi tinggi.

"Aduh, Ray, doi ganteng banget lagi! Gue kan jimayu."

"Anjir, Ta, alay banget lo suer. Dulu, sama si onoh, lo ga sealay ini anjir," ledek Raya disertai tawanya.

"Ini tuh beda, Altara tuh sesuatu banget buat gue."

"Kalau gitu, cepet kasih anjir tuh mereka udah duduk tuh, pasti Altara capek banget. Ini waktu yang pas untuk lo nunjukin perhatian lo. Ayo, semangat!"

Tara melihat orang orang yang semula bermain basket sekarang sedang duduk sambil meminum air mineral yang mereka bawa. Altara duduk sambil menyender dan menutup mata. Di sebelahnya ada Samuel, yang entah mengapa bisa di sana dengan pakaian seragam biasa bukan olahraga, wajar anak kelas lain. Tapi Tara gak tau alasan Samuel bisa di sana padahal sekarang kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung.

Tara mengumpulkan keberanian, dia berjalan mendekat ke arah Altara sambil menenteng minuman dan tote bag berisi jaket, yang dia umpatkan di belakang badan sedari tadi, waktu izin ke pak Budin.

"Altara?"

Altara membuka matanya. Tanpa bersuara. Hanya menatap Tara dengan tatapan datar.

"Gue mau balikin jaket dari lo. Makasih, ya," ucap Tara, dia menaruh totebag itu di samping Altara.

HESPER (SELESAI)Where stories live. Discover now