Karma(?)

33 4 1
                                    

"Betapapun kamu tinggi, adakalahnya kamu membumi"

-HD-

"Maa Syaa Allah, Rul, banyak bnget yang nepatin, duh nggak dapet dah nih depanan kita" sahut Amanda saat turun dari grab car pesanannya dan disusul oleh Nurul.

"Alhamdulillah, tandanya banyak yang seneng kekajian, Nda" jawab Nurul sembari merapikan gamisnya sebelum memasuki halaman pondok pesantren yang setaunya pelaksanaan kajian yang hari minggu ini ada dijadwalnya "eh, Nadya tadi bilang apa ditelfon?" tambah Nurul sambil mengikutin Amanda yang kini menaiki tangga.

Kawasan pondok pesantren itu cukup besar, dan Masjid disana bersebelahan dengan pondok akhwat, ya maksudnya pondok itu khusus anak SD dan TK saja, sedangkan untuk tingkat SMA atau perguruan tinggi seperti universitas berada di kawasan lain, lebih tepatnya pondok pesantren ini memiliki cabang dengan tingkat berbeda.

Masjid itu memiliki dua lantai yang dibawahnya adalah khusus daerah ikhwan menjalankan aktifitas, sedangkan dilantai dua khusus daerah akwan menjalankan aktifitas, Amanda dan Nurus kini menujublantai dua yang memang tangganya harus melewati tangga asrama akhwat.

"wah eklusif nih, Rul, masa kemarin gue nemu si Nadya mewekan sambil meluk anak kecil, dah gitu tuh botcah, sekarang dia tau-tau udah dijalan katanya menuju panti, pen ngedaftar jadi relawan katanya, kagak tau dah kerasukan apaan tuh anak, padahal kemarinan diajakin aja susah" celote Amanda panjang kali lebar.

"Alhamdulillah, Nda, berarti ada kemajuan" respon Nulur

"iya dah, Alhamdulillah yaa Allah, terus kita duduk dimane? Dah penuh dah nih, masa duduknya ditangga nih,ngehalang orang lewat ini mah" kata Amanda sesaat kakinya menaiki anak tangga terakhir.

Kini memang mereka telah sampai dilantai dua, Nurul yang tidak menjawab memili memperluar arah pandangnya, mencari lahan kosong yang muat untuk mereka tepati, alhamdulillah ada salah satu mengurus disana yang ia kenal dan melangka mendekat.

"Assalamu'alaykum ukh, afwan semua tempat udah penuh ya?" tanya Nurul kepada wanita jilbab hitam legam serasi dengan gamisnya

"Wa'alaykumussalam, eh Nurul, kirain antum nggak dateng, ada kok ada, alhamdulillah saf depan masih kosong"

"wah Alhamdulillah, Jadzakillah ukh, ana kesana dulu ya" kata Nurul pamit sembali merekakan senyum paling manisnya, iya, sesimoel itu memang kebahagiaannya, dan dipersilahkan oleh wanita yang didepannya.

Mereka pun berjalan ketempat yang dimaksud dan tidak lupa mengucapkan permisi kepada para pejuang Allah yang duduk, sampai mereka sampai dan duduk tepat di saf pertama

"Rul, ntuh tadi sapa dah? Perasaan kagak ada teman kampus kita wajahnya kek dia" tanya Amanda

"Oh itu teman ngaji, Nda" jawab Nurul sembari melirik jam yang melingkar di pergelangannya "masi ada waktu sebelum kajiannya mulai, alhamdulillah kita masi dapet tempat"

"eh eh Rul, tau nggak?" kata Amanda agak hebo membuat Nurul mau tidak mau meresponnya.

"Enggak tau, kan lo belom cerita"

"Eh iya ya hehehe, ntuh loh, Rul, yang katanya temen kelas lu entu"

"yang mana?" respon Nurul sembari mengeluarkan buu catatannya dari dalam tasnya, dan mengubah handphone nya menjadi mode pesawat

"ah ela sapa dah namanya, perasaan baru kemarinan dia ngegangguin si Lisa di kelas gue, sapa ya, Raya? Raga? Gaga?" ucap Amanda mengingat-ingat.

"Arga" kata Nurul masi sibuk dengan persiapannya.

"Naaah, entuh, si Arga, Allahu, lo tau, gue nonton berita tuh tadi pagi, syok gue, pas bokap muter berita, bangrut tuh dia, bokapnya ketahuan korupsi, inalillahi ternyata harta yang dia bangga-banggain dulu tuh uang rakyat, Allahu ngeri, mampus pan malu tuh dia pasti, yakin dah gue, songhong bat sih, dah tau manusia malah sombong di dunia yang besarnya milik Allah, duit doang sih dibanggain, amal kek dibanggain eh kagak dings, nggak boleh sombong muwehehe, nah mampus pan sekarang, Allah tarik tuh nikmatnya, kena karma" celoteh panjang kali lebar tanpa henti tanpa sadar shaf yang disebelahnya awalnya kosong kini terisi sedikit demi sedikit.

Nurul menghembuskan nafas beratnya, kini aktifitasnya terhenti "Naudzubillah, semoga kita terhindar dari rasa sombong dan berbangga diri, udah nggak usah ceritain orang, tuh kajiannya dah mulai"

Amanda hanya menyengir dan betul saja layar persegi panjang yang digantung  dihadapan mereka, yang awalnya berwarna hitam berganti dengan gambar sesosok pemuda tampan yang nampaknya menjadi moderator untuk sang ustadz.

"weeh, Rul, entuh bukannya mas mas yang nolongin kita bulan lalu? Pas motor kita mogok" bisik Amanda yang tidak mendapat respon dari Nurul yang mungkin kini telah fokus mencatat, karena memang Nurul tidak menatap layar, dia terlalu takut getaran dihatinya akan goya melihat layar yang akan menampakkan pemuda-pemuda tampan dan ditaunya sebagian besar dari mereka adalah hafidz.

"Loh, ada mas, Zaid, wah duduk di saf depan tuh kek kita" celotehan Amanda mampu menggerakkan mata Nurul, entah fikirannya seketika buyar.

Manusia terkadang lupa akan keberadaannya berpijak sampai khilaf apa yang mereka sombongkan adalah titipan.

----------------------------------

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam perna bersabda "Dan sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku untuk memiliki sifat tawadhu'. janganlah seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan melampaui batas pada yang lain." (HR. Muslim)

Yayımlanan bölümlerin sonuna geldiniz.

⏰ Son güncelleme: Feb 10, 2020 ⏰

Yeni bölümlerden haberdar olmak için bu hikayeyi Kütüphanenize ekleyin!

Half Deen [Separuh Agama]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin