Arga

60 6 7
                                    


Meletakkan siomay pesanannya diatas meja sebelum Nurul kini duduk berhadapan dengan kawannya, Nadya. Lalu meletakkan ransel miliknya di sebelah kanan kursi yang ia duduki.

“Wa’alaykumussalam” ucap Nadya membalas salam dari seberang telfon sebelum meletakkan handphonnya kembali kedalam tasnya.

“Gimana, Nad, si Amanda udah pen balik?” Tanya Nurul memastikan.
Hari ini mereka ada janji pulang bareng, karena mereka bertiga yang beda kelas jadilah jam pulang mereka berbeda.

Bersukur hari ini Nurul dan Nadya mendapatkan mata kuliah yang mengharuskan mereka di satu ruangan dan tentu saja jam pulang mereka sama, dan disinilah mereka.

Kantin jurusan, tempat berjuta kaum manusia memenuhi rasa lapar mereka.

“Iya, bentar lagi katanya”

“Yaudah sekalian Asharan dulu kalo gitu ya, sebelum balik”

“Siap bosque”

Keduanya melanjutkan aktifitasnya yang sempat tertunda, Nurul yang memakan siomay dan  Nadya yang sedang mengerjakan tugas sambil meminum capucino miliknya.

“Woy, Nad” geprakan meja membuat keduanya berdongak “Gila, masa gue ditinggal”

Pemilik suara itu rupanya teman sekelas Nadya, Anti namanya dan dia tidak sendirian, ia bersama teman lelakinya dan tentu saja teman sekelas Nadya juga, Reno. Nurul kenal mereka berudua walaupun tidak seakrab Nadya.

“Bentar lagi adzan, gue pen shalat, pen ikutan emang lo?” Tanya Nadya sambil melanjutkan kerjaannya.

“Kagaklah” jawabnya dan dibalas senyuman oleh Nadya, sesungguhnya ia sudah tahu akan jawaban dari pertanyaannya, karena temannya ini adalah seorang nasrani “Geseran, gue pen duduk” pita Anti kepada Nadya.

“Ogah, sono di sebelah gue masih kosong” ucap Nadya tanpa memalingkan wajahnya, masih fokus dengan tulisannya.

“Tinggal geseran susah amat sih lo, Nad”

“Mager, dah pewe nih gue”

“Ribet amat nih berdua, tinggal duduk aja sih, ni kursi masih panjang” lelaki yang bernama Reno mengambil inisiatif, duduk di kursi yang sama dengan Nadya karena dia tahu bahwa duduk di samping Nurul adalah hal yang tidak mungkin, dia sangat menghargai semua wanita karena ibunya adalah wanita.

“Tau tuh temen lo. Rusuh” kata Nadya

“Sini lo, Nti, duduk di tengah”

Maksud Reno, Anti disuruh duduk di antara Reno dan Nadya, jadi pembatas maksudnya hehe.

Anti pun patuh.

“Mana si Nita?” Tanya Nadya tanpa mengalihkan pandangannya, ia bertanya perihal sala satu teman kelasnya .

“Balik duluan dia tadi, sakit perut” jawab Anti “Pesan sono, Ren, lo kan cowok ndirian di sini” lanjutnya menyuruh Reno.

“Ah elah, nyesel gue ngikut lo, ogah ah”

“Ren, lo kan disini yang paling ganteng” Bujuk Anti

“Yaiyalah, gue doang laki disini, dudul” sebel Reno tapi tetep saja dia bangkit dari duduknya.

Sepeninggal Reno, ketiga wanita ini sibuk dengan kegiatan masing-masing, Nurul yang makan dengan diamnya, Nadya yang mengerjakan tugasnya hingga Anti yang sibuk mengotak-atik ponselnya.

“Eh, ada Nurul di sini”

Mendengar namanya disbut sontak Nurul mendongak kesumber suara, Nurul yang notabennya ramah kesemua orang dan murah senyum kini tak ada senyuman yang terukir dari wajahnya, bukannya tidak mengenal sang pemilik suara yang menjadi alasannya, Nurul sangan mengenalnya, sang pemilik suara itu adalah Arga teman sekelasnya.

Pasalnya Nurul hafal betul tabiat Arga, lelaki yang tidak pantang menyerah, mungkin banyak yang berfikir tabiat Arga ini sangat bagus untuk kalangan lelaki namun pantang menyerah yang Nurul katakan dalam skala lain.

Arga pantang menyerah saat mengejar incarannya, semua wanita akan dia dekati. Nurul masih ingat betul saat sala satu teman sekelas mereka yang menggenakan cadar di rayu oleh Arga dan didekatinya dengan sangan ekstrim hanya karena sekedar penasaran dengan wajah wanita itu.

“Ngapain, Rul, belom balik?" Tanya Arga.

Hening, tidak ada respon

"Wah, nungguin gue ya?, ayok gue antar pulang"

"Makasih, gue nunggu temen" respon Nurul, pasalnya Arga ini tidak akan diam , sampai pertanyaannya yang dia lonyarkan mendapat respon yang dia inginkan.

"Nggak usah malu kok, mobil gue masih muat kalau nampung temen temen lo ini" ucap Arga yang kini duduk di samping Nurul dan sontak membuat Nurul tercengak dan refleks berdiri dari posisinya.

"Astaghfirullah?!" Kejut Nurul

Pasalnya, Arga duduk sangat dekat dengan Nurul, benar-benar dekat, sampai hembusan nafas Arga bisa didengar oleh indra pendengaran Nurul.

"Woy, papan lo?!" Tegas Nadya, geram dia lama-lama ngeliat tingkah lelaki dihadapannya yang niat awalnya memang tidak mengambil pusing karena sudah tau tabiat Arga "Jangan ganggu temen gue?!"

"Wah wah, santay, siapa sih yang nginjak ekor lo, kok jadi buas gini? Oh laper ya? Pen gue pesenin makan? Ambil aja, nanti gue bayar, asal lo tetep diam di kursi lo" respon Arga santai.

Ingin rasanya Nadya menghantam wajah sok ganteng Arga, namun dia tau, dia tidak sebanding, walaupun Nadya kuat tapi kekuatannya tidak akan cukup jika melawan laki-laki.

"Jaga ya omongan lo, lo nggak ada orang tua ya buat ngajarin lo ngehargain cewek?" Sontak Anti ikut bicara karena mendengar perkataan Arga, dia sebenarnya takut tapi ada rasa kesal di hatinya.

"Lo mau jadi orang tua gue?" Serkasi Arga dan meberi tatapan jenaka pada kedua wanita dihadapannya, dan membuat keduannya takut.

ini si Reno kemana sih? Mesen makananan di hutan?. Kata hati Anti penuh harap, karena dia tau, orang-orang yang dikantin tidak ada yang berani karena kebanyakan penghuni kantin adalah adik kelas mereka.

Nurul yang bersiap meninggalkan kursinya kini dihadang oleh Arga, karena kursi kantin mereka didisain dengan meja panjang dan kursi panjang jadi jalan keluar ada dua, sisi kiri atau sisi kanan, karena sisi kiri nurul terhalang tembok dan tentu jalan satu-satunya harus melewati Arga.

"Ayok Rul, gue anter" paksa Arga dengan penuh penekanan seolah menjelaskan kalau dia tidak butuh penolakan, kini tanpa di duga Arga memegang pergelangan tangan Nurul.

"INALILLAHI, JANGAN KURANG AJAR, GA?!" Nuru kini bersiap menampar Arga dan tentunya wanita tidak akan bisa memang dengan tenaga laki-laki.

"Jangan sok suci lo, Rul, jual mahal banget, lo mau gue beliin apa sih? Baju? Tas? Atau mob-" terhenti, perkataan Arga terhenti katena sosok tangan memegang bahunya dan membuatnya berbalik, kini Nurul ada kesempatan melepas tangannya.

Lemas, Nurul terduduk dengan lemas dikursi seakan tubuhnya seperti es yang siap mencair.

"Bersikaplah layaknya seperti seorang lelaki, mas!"

Half Deen [Separuh Agama]Where stories live. Discover now