Bocor

154 7 7
                                    

Matahari kian terik di jam sebelas siang ini, terlihat dua motor terparkir diseberang jalan dengan tiga wanita yang sedang kebingungan dan mengecek ban belakang dari salah satu motor.

“Gimana, Nad?” tanya seorang wanita berjilbab biru tua di samping wanita yang sedang berjongkok mengecek ban motor.

“Bangke?!” Maki wanita yang di panggil Nad tadi “Bocor”

“Innalillahi, jadi gimana, mau bonceng tiga aja nih?” usul wanita berjilbab panjang yang kini ikut turun dari motornya.

“Lah, gila si Nurul, jangan elah, kalau ketilang gimana? Nggak bisa kekajian kita” ucap wanita berjilbab biru tua.

“Tumben si Amanda pinter ye” Ledek salah satu wanita yang tadi masi berjongkok kini berdiri tegak membasuh keringat di dahinya.

“Iya, yang pintar mah si Nadya doang kemana-mana” ucap wanita yang tak lain adalah Amanda “Jadi gimana ini kita?”

Celingak-celinguk, Nadya memperhatikan setiap arah jalan raya mencari sesuatu, berharap ada yang menolong mereka, setidaknya ada salah satu dari ribuan kendaraan yang berlalu lalang. Pupus, setiap kendaraan hanya melewati mereka.

“Dorong girls” tukas Nadya dan di balas wajah melngo, tak percaya Amanda.

Bukannya Amanda tidak setia kawan tapi ini tuh terik bwanget bro. Melihat keseriusan Nadya Amanda pasrah.

Membuang nafas kasar Amanda pun ikut mendorong motor milik Nadya sambil melafazkan do’a didalam hatinya berharap ada seseorang yang akan menghentikan penderitaan mereka.

“Mon maap nih, Syay, bukannya gue nggak mau bantu, tapi kalau gue bantuin ngedorong motor, entar yang ngebawa motor gue sapa, yakali dia jalan sendiri yekan” jelas Nurul

“Ho’oh, jangan banyak bacot, jangan ngajak ngomong, capek” ini suara Amanda, lelah dia tuh padahal dia belum lama ikut mendorong.

Mendorong motor, mencari bengkel, melawan panasnya dunia, Nurul tidak tega rasanya melihat kedua temannya, dia tidak tahu bagaimana cara menonda motor seperti yang di lakukan adiknya apa bila setiap motornya mogok, mendorong dengan kaki dan di bantu tenaga motor yang di naiki oleh adeknya dan Nurur tetap menaiki motornya yang mogok, Nurul tidak tahu itu. Dia hanya bisa berharap pertolongan segera datang.

“Kenapa motornya, mba?”

Mendengar pertanyaan dari seseorang sontak ketiganya berbalik, ada harapan yang besar dari mata mereka, dilihatnya seorang lelaki mengenakan baju kemeja hitam dengan celana kain yang senada.

“Bocor, mas” ucap Amanda tetap meneruskan kegiatannya, mendorong.

Lelaki itu hanya memerhatikan motor yang di dorong Amanda dan Nadya lalu melesat pergi meninggalkan ketiga wanita itu. Sontak ketigannya terheran-heran.

Memang berharap kepada manusia tuh sakit brader.

“Buset, kirain pen bantuin, kalau gitu mah nggak usah nanya aja sekalian, ngeliat kita kagak cantik gitu mangkanya nggak nolong?” Ngomel Nadya, sebel banget dia, cukup perasaannya saja yang di PHP kan, sakit brader di PHP-in. Padahal ketiganya tergolong cantik untuk seumuran mereka.

“Hus, nggak boleh su’uzhon” tegur Nurul

“Udah nggak usah ngamuk, lanjutin dorongnya, lelah Amanda”

Selang beberapa lama motor metick berhenti di depan tak jauh dari mereka dan pengentara tersebut turun lalu mendekat, dilihatnya ternyata lelaki tadi.

“Siniin motornya, mba” pintah lelaki itu dan membuat ketigannya takut, cemas mereka kena begal disiang bolong.

Meliat ekspresi dari ketiga wanita yang berada dihadapannya lelaki itu kembali bersuara “Biar saya yang dorong, tadi saya cek ada bengkel yang tidak jauh dari sini, biar mbanya yang bawa motor saya, Alhamdulillah masih fullteng kok bensinnya” Jelas lelaki itu dan sontak ketigannya mengucap Hamdalah bersamaan.

Alhamdulillah

Memang ada saja jalan menuju Allah, dan Allah tidak pernah mempersulit hambahnya.

Half Deen [Separuh Agama]Where stories live. Discover now