46. Melarikan diri

17.7K 1.7K 296
                                    

Begitu hati-hati Capta menggeser jendela kaca kamarnya. Ia berjongkok, mengintip dari atas balkon, aparat Negara yang datang dan pergi silih berganti menyibukkan diri. Sepertinya situasi semakin serius melihat mereka bekerja sangat giat di jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Tentu saja, Capta yakin siapapun orang yang bisa membongkar rahasia Arion, bukan hanya jabatan yang di tawarkan. Semua itu sangat menggiurkan. Tidak semudah itu, Arion sudah pasti punya aparat negara yang sudah di bungkamnya.

Capta tidak yakin bisa keluar dengan mudah, ia juga mendengar motornya di bawa oleh Nicole. Memutar otaknya. Capta mengambil sebuah buku gambar kemudian menuliskan sesuatu disana. Setelah itu Capta merobeknya dan meremasnya kemudian ia lembar ke balkon sebelah kamarnya.

Seperkian detik Capta menunggu, akhirnya jendela itu bergeser. Yuan menyembulkan kepalanya, menatap Capta sekilas sambil memungut kertas yang Capta lempar.

HELP

Tanpa menjawab permohonan Capta, Yuan menarik kepalanya kembali ke dalam kamar. Menutup jendela. Melihat itu Capta menghembuskan nafas pelan, menggigit bibir bawahnya berfikir untuk mencari cara berikutnya.

Saat Capta ingin nekat melompat turun, Yuan membuka pintu kamarnya membawa buku gambar di pelukan. Duduk bersila menghadap Capta. Mereka berkomunikasi melalui bahasa tubuh.

Apa imbalannya?

Melihat itu Capta menuliskan sesuatu kemudian menghadapkan ke Yuan.

Motor gue

Yuan melipat tangannya. Menggeleng. Capta menuliskan kembali.

Mobil?

Lagi. Yuan menggeleng.

Lo mau apa?

Tulis Capta mempersilahkan Yuan untuk berkuasa. Capta melihat Yuan menuliskan sesuatu disana. Memperlihatkan kertas itu pada Capta.

Mau Abang tetap duduk disana.

Capta terdiam cukup lama membaca tulisan adiknya tersebut. Kemudian Yuan membalik kertas menuliskan kalimat lain yang membuat Capta tersentuh. Yuan tidak pernah seperti ini sebelumnya.

Yuan nggak mau kehilangan Abang.

Capta membaca tulisan itu lama kemudian menunduk menatap lantai. Keluarga adalah segalanya bagi Capta, jika harus memilih untuk tetap diam atau pergi. Hati kecil Capta meronta. Keluarga lebih berharga dari pada Picka, kekasihnya. Dalam kasus berbeda, Capta tidak bisa tinggal diam. Picka butuh pertolongan, siapapun Picka di hidupnya masa depan. Untuk sekarang perempuan itu berharga untuknya.

Cukup lama Capta berfikir, dengan pelan ia menuliskan sesuatu disana. Yuan menunggu.

Please..

Melihat itu, Yuan masih menggeleng pelan. Berpegang teguh pada ketakutannya terhadap kegilaan Abangnya saat ini. Yuan memang tidak tahu apa masalah yang sedang terjadi. Meski begitu, Yuan tahu bahwa Capta akan melakukan tindakan gila yang membahayakan, maka dari itu Papa menguncinya di kamar. Yuan tidak ingin mengambil resiko, ia masih butuh Capta untuk bertengkar ataupun berebut nasi goreng di suatu pagi.

Tidak perduli besar dan mewahnya barang yang Capta janjikan. Yuan hanya perlu Capta tetap ada dan menjadi saudaranya. Jika saja Capta tahu bahwa Yuan takut sekali kehilangannya, Yuan tidak ingin Capta terluka.

CAPTAIN PICKA  [END] SUDAH TERBIT CERITA MASIH LENGKAPWhere stories live. Discover now