26. Im so sory

22.7K 1.8K 1.1K
                                    

BONUS UPDATE BUAT KALIAN 😘
Happy reading

**

"BANGSAT!!" Pekik Capta.

Kepanikan Picka bertambah melihat aksi baku hantam di kedua kubu yang sama-sama kuat. Diselimuti emosi dan kemarahan yang mencapai titik kesabaran. Segala sesuatu jika sudah di kuasai oleh otot, otak tidak bisa berfungi dengan baik. Hanya ada kemenangan tanpa memikirkan akibat dari perbuatan.

Picka berteriak, berusaha membuka pintu mobil yang di kunci dari luar oleh James. Ia tidak bisa berdiam diri melihat keduanya yang tidak akan berhenti. Picka takut terjadi sesuatu pada Capta dan James. Tolong, siapa saja pisahkan mereka.

Energi itu datang dari sugesti masing-masing mempertahankan apa yang menjadi hak. Capta tidak berfikir lagi akan ribuan pertanyaan Mamanya melihat wajahnya yang di penuhi memar. Apa yang sudah menjadi haknya, Capta tidak akan membiarkan seorangpun bisa mengambil, menyentuh ataupun memanggil namanya dengan mudah. Mungkin terdengar berlebihan, Capta tidak suka berurusan dengan orang seperti James. Jika ancamannya dua kali di abaikan lelaki itu, tandanya James tidak bisa diperingati oleh kata-kata. Mempertahankan apa yang menjadi miliknya, Capta tidak salah.

"Lo merasa udah milikin dia karena berstatus sebagai pacarannya?" James menindih tubuh Capta, mencengkram kera bajunya kuat. Rahangnya mengeras disertai otot tangan yang begitu kencang. Wajah keduanya sudah babak belur. "Gue sama dia emang nggak punya status, tapi kita lebih dari apa yang lo bayangkan."

Capta membalik posisi, menghantam wajah James berkali-kali yang sempat di tangkis dan keduanya kembali bergelut di atas aspal. Apa yang pernah di lakukan Picka dan James di masa lalu, Capta tidak ingin tahu. Siapa James bagi perempuan itu, peran apa yang sudah diambil lelaki itu, Capta tidak perduli.

Dari dalam mobil Picka terus menendang kaca mobil sekuat tenaga. Melihat keadaan Capta dan James yang semakin memperhatikan. Kepanikan Picka dan juga permintaannya akhirnya di dengar. Suara sirine mobil polisi terdengar. Lebih baik keduanya di tangkap polisi sekarang.

Sebelum mobil polisi tiba, sekumpulan motor datang memisahkan keduanya, mereka menarik James paksa karena polisi semakin mendekat. James sempat memberontak karena urusannya bersama Capta belum selesai. Mereka membawa James pergi begitu saja.

Capta berdiri, melihat Picka yang terkurung di dalam mobil. Ia segera berlari menghampiri perempuan itu. Pintu mobil terkunci sementara suara sirine mobil polisi semakin mendekat. Capta mencari cara untuk mengeluarkan Picka dari dalam sana. Mengambil sebuah batu yang lumayan besar, Capta meminta Picka pindah ke kursi belakang.

Sorot sinar lampu membuat Capta mengangkat wajahnya. "Cap!" Panggil Rean dari dalam mobil. "Cepetan, polisi di belakang!"

Capta menelan salivahnya, berkonsentrasi penuh. Batu yang Capta lempar hanya menimbulkan retakan saja. Selanjutnya Capta meninjunya sampai kaca mobil pecah. Membuka pintu mobil dari dalam dan menarik Picka keluar dari sana.

"Pergi." Kata Capta setelah mendorong tubuh Picka masuk ke mobil.

"Cap!?" Picka mencoba keluar namun Capta menahan pintu mobil. "Lo mau ngapain? Cepetan masuk!" Kata Picka panik.

Capta memberikan kode pada Rean, awalnya Rean tidak ingin melakukannya. Melihat Capta yang terus menatapnya memohon, akhirnya Rean memejamkan matanya kesal. Rean berpindah tempat duduk ke belakang menahan tubuh Picka.

"Jaga dia," Kata Capta pada Nean yang duduk di balik kemudi. Nean mengangguk.

"Lepasin gue!" Picka memberontak berusaha keluar. Rean menahan tubuhnya meski mendapatkan pukulan bertubi-tubi dari Picka. "Cap! Jangan gila! Masuk sekarang!" Kepanikan semakin bertambah dimana sorot lampu mobil polisi muncul di pertigaan.

CAPTAIN PICKA  [END] SUDAH TERBIT CERITA MASIH LENGKAPWhere stories live. Discover now