07. Pdkt mertua

19.1K 1.8K 336
                                    

"Nih, nanti kalau ada yang lupa Mama telpon,"

"Abang aja lah, kaki aku masih sakit," Yuan membelakangi Kansa, terus memainkan game di ponsel.

"Besok-besok nggak usah main bola lagi. Mama buang sepatu kamu," Kansa menarik telinga Yuan geram. "Kalau gini yang repot siapa? Mama nggak suka ya karena bola ganggu konsentrasi belajar kamu."

"Iya nggak, aku masih masuk lima besar, kok," Yuan cemberut. "Udah ah, Mama, Abang aja tuh," Ujarnya manja.

Kansa menggeleng pelan melihat sikap anaknya itu. "Toko depan komplek tutup, coba cari yang buka. Nanti kalau ada yang lupa Mama telpon," Kansa memberikan secuil kertas pada Capta.

"Hujan Ma,"

"Pada nggak mau di suruh? Ya udah Mama pergi sendiri, kalau Papa pulang-"

"Iya sini-sini," Capta memasukkan ponselnya ke saku, ia berdiri. "Alesan aja lo." Capta menjitak kepala Yuan kesal, sebenarnya itu hanya alasan Yuan karena malas di suruh. Jika berurusan dengan Papanya maka masalah akan bertambah parah.

"Nih kunci mobilnya,"

"Sean ikut nggak?!" Teriak Capta.

"Kemana?" Tanya Sean muncul dari kamarnya.

Mengendarai mobil dengan kecepatan sedang, Mendengarkan Sean bercerita menggantikan music di mobil. Banyak toko yang sudah tutup membuat Capta pergi cukup jauh dari rumah. Hanya ada satu toko yang buka, Capta memarkirkan mobilnya.

"Mau apa nanti Abang ambilin, nggak usah turun soalnya hujan,"

"Es cream coklat,"

Capta mengangguk, ia berlari kecil karena hujan cukup deras. Menarik pintu tersebut, Capta mengerutkan keningnya saat seorang perempuan lewat begitu saja. Spontan, tangannya menahan kuat lengan perempuan yang bernama Picka. Aksi memberontak sempat dilakukan sampai akhirnya Capta bertatap dengan mata sayu perempuan itu.

"Cap?" panggilannya lemah kemudian di lanjutkan dengan panggilan seperti biasa. "Hai, Cap,"

Capta melihat atas ke bawah-bawah ke atas penampilan Picka. "Kenapa lo?"

"Em? Jatuh di jalan, nih gue beli obat,"

Tangan kiri Capta melingkar sempurna di pinggang ramping Picka agar tidak terjatuh ke lantai karena tiba-tiba Picka kehilangan keseimbangan. Menahannya agar tetap pada posisi. Capta merenggangkan pelukannya, tangan Kanannya terangkat menyentuh kepala Picka, mencari sumber darah yang keluar.

Saat berhasil ia temukan, Capta mengangkat tubuh Picka dengan mudah masuk ke mobil. Merebahkan di kursi belakang. Sean menutup mulutnya kaget dengan gaya lucu seorang anak kecil.

"Berdarah Abang,"

Capta melupakan semua belanjaan yang di minta Kansa, membawa mobilnya keluar dari sana. Tidak ada wajah panik, semua masih biasa saja. Sesekali menatap kaca spion, Capta menghembuskan nafasnya pelan.

"Mama ada orang berdarah-darah!" Sean berlari membuka pintu membuat Kansa yang berada di dapur kaget.

"Siapa?" Tanya Kansa melihat ke pintu masuk.

"Itu sama Abang!" Sean menarik tangan Kansa, belum sampai ke pintu Capta muncul membawa Picka di pelukannya. Mata Kansa membulat sempurna.

"Siapa Bang? Ya ampun sampe gitu itu gimana?! Sini bawa kamar tamu," Kansa berlari membuka pintu kamar tamu untuk mempermudahkan Capta. Yuan yang dari tadi tiduran di sofa ikut berdiri dan melihat siapa yang di bawa Capta. "Siapa?"

"Temen," Kata Capta setelah meletakkan Picka di ranjang.

Kansa mengambil peralatan medis yang memang ia sediakan dirumah. Memeriksa keadaan Picka dengan teliti, menekan kepala Picka agar pendarahan berhenti. Lukanya tidak besar, darah bisa berhenti keluar jika di tekan lama. Membersihkan luka di kening perempuan tersebut dan juga sudut bibirnya. Capta hanya memperhatikan, sesekali membantu Kansa jika perlu bantuan.

CAPTAIN PICKA  [END] SUDAH TERBIT CERITA MASIH LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang