29. True or Dare

24.6K 2.1K 976
                                    

Vote sebelum baca!!

Sebelum itu yuk follow ig mereka dan ikutin kegiatannya!!!

Captainalka_
Pickaellaa
Jamessssssssss88
Ayeshawhendana
Bimatranean
Odieeeeeena
Ibellanestka
Reandraaaa
Aninscarllate

**

Semua memori berputar begitu indah. Dalam kehangatan sebuah senyuman mempererat pelukan. Bahagia dan bahagia, sebuah kata yang sangat sulit di definisi apa arti dan rasa yang dimaksud. Untuk seorang perempuan seperti dirinya, bentuk bahagia hanya kata sepenggal yang tidak pernah ia rasakan sejauh ini.

Pickaella telah terjerat, terperangkap dan terpenjara tanpa sadar. Kehidupan masa kecil yang awalnya begitu indah menjadi menakutkan jika terulang kembali. Semua yang di alaminya, Picka telah salah masuk dalam sebuah rumah. Pelukan yang semakin erat membuatnya sesak, air mata dan darah yang telah ia saksikan. Semakin menusuk memenuhi tubuhnya, tenggelam menuju kedalaman yang membawa kedamaian. Perlawanan yang tidak seimbang membuat tubuhnya semakin jatuh tenggelam saat tangan itu terlepas.

Jams..

Mata Picka terbuka, memanggil dalam hati. Mencoba meraih sebuah tangan yang meninggalkannya menuju cahaya. Dalam satu hembusan nafas yang tersisa, mata itu tertutup perlahan, kematian paling menyakitkan Picka alami membuatnya seperti tercekik dan terbangun seketika.

"James!" Panggil Picka terduduk panik dengan nafas begitu cepat. Keringat membasahi seluruh wajahnya yang pucat. Picka melihat sekelilingnya yang gelap. Memeriksa tubuhnya sekali lagi dan menatap danau yang tenang. Picka mengusap wajahnya. Mimpi.

Picka termenung, tanpa sadar air mata jatuh. Picka menenangkan diri dari semua hidupnya yang rumit sebentar saja, menarik nafas kemudian menghembuskannya perlahan. Angin malam mulai menusuk pori-pori kulit. Semua jenis rasa yang menghampirinya mulai terasa hambar, kematian mencoba mengambil alih. Tidak, Picka tidak akan mati begitu saja setelah semua yang ia lalui. Ia masih punya kedua mata, tangan dan kaki, tubuhnya sempurna. Kenapa ia harus mati di saat semua itu masih dipinjamkan secara gratis. Pasti ada alasan kenapa sampai saat ini dirinya masih diberi hembusan nafas.

Picka berdiri, memutuskan kembali ke camp jika sepasang kaki tidak muncul di hadapannya. Langkah Picka mundur perlahan, wajahnya yang menunduk terangkat disambut sebuah senyuman.

"Hai," Sapa James pelan.

Picka membuang wajahnya, ia hanya memberikan seulas senyuman tipis kemudian melangkah pergi.

"Gue mau bicara." James menahan tangannya. "Lo serius mau kita seperti ini?" Tanya James pelan, ada kepedihan di matanya. "Setelah yang kita lalui? Lo lupa apa yang pernah lo ucapin waktu itu? Lo lupa semua janji yang lo buat? Hanya sebatas ini?" Tanya James parau. Picka menunduk. "Lo berubah."

"Lo yang berubah, bukan gue." Picka mengangkat wajahnya kembali, menatap James tajam, semua rasa sakit itu kembali terkuak. "Lo yang melanggar semu janji itu Jams, lo buat gue seperti cewek tolol selama ini. Gue coba pahamin lo dan sampai sekarang gue nggak tau harus gimana menghadapi orang seperti lo."

"Gue udah minta maaf,"

"Tiga kali lo coba bunuh gue karena kemarahan lo yang merenggut otak waras lo itu. Gue lari? Lo siksa gue-" Air mata itu kembali jatuh, bibir Picka bergetar. "Lo perintahin ini dan itu, apa pernah gue ngebantah? Lo minta maaf selalu gue maafin. Dimana letak kesalahan gue sampai lo berani sakitin hati gue?" Picka menunjuk dada James, pedih. "Gue nggak perduli lo sakitin fisik gue Jams. Sampai akhirnya lo semakin gila dan gue nggak bisa kontrol lo, setiap malam gue dapat telpon cacian, makian bahkan sumpahan dari semua cewek yang lo tidurin karena lo sebut nama gue di permainan menjijikkan lo! Lo nggak pernah tau semua itu." Picka mengatupkan rahangnya. Tubuhnya bergetar.

CAPTAIN PICKA  [END] SUDAH TERBIT CERITA MASIH LENGKAPWo Geschichten leben. Entdecke jetzt