FRIENDSHIT EPISODE 3.3

15 1 0
                                    

Sepertinya cuaca siang ini panas sekali, makanya gue beli minuman anti dehidrasi. Kalau teman – teman gue sih minumannya terlalu mainstream. Ya minuman yang tagline nya "Apapun makanannya, minumnya tetep air putih". Padahal salah sih, itu bisa memicu keributan. Yang bener itu air putih atau air bening? Yang bener sih air mineral. Cuma belibet aja ngomongnya, makanya lebih simpel air putih. Lah? Kok jadi ngomongin air?

Suasana di dalam kelas kurang begitu ramai. Maklum, Homen dan Bokir tidak masuk kelas. Katanya sih sakit, tapi kayaknya boongan. Soalnya tadi gue liat di instagram, mereka upload foto lagi liburan di Raja Ampat. Ya walaupun fotonya cuma editan. Ya tapi masa orang lagi sakit masih sempet – sempetnya ngedit foto. Tapi tak mengapa, asalkan dia bahagia. Sementara itu, si Qucli belum masuk kelas. Dia di UKS sekolah, soalnya kepalanya lagi cidera hamstring, habis gue sleding tadi.

Jam pelajaran setelah istirahat ini adalah pelajaran Pak Limbah, tapi sampai saat ini masih kosong. Soalnya Pak Limbah lagi ga masuk. Katanya sih lagi sakit. Tapi kayaknya sih boongan. Soalnya gue juga tadi liat foto di instagramnya upload foto lagi berbaring di rumah sakit dengan caption "Lagi sakit nih, semoga cepet sembuh ya". Lah? Udah tau sakit, kenapa harus diupload ke medsos? Cari perhatian? Atau cari likers? Kunjungi beranda saya aja, jual likers. Harga mulai Rp 50.000 bisa nembus 100 like. Tertarik? Ayo DM kesini ya. *ini adalah contoh kalimat promosi.

Setelah menutup Instagram hanya untuk ngelike fotonya Pak Limbah, gue dan teman – teman kembali berunding. Merencanakan sesuatu. Yaitu balas dendam ke si Qorun. Gue ga ngajak si Anung. Dia lagi video call sama si Mamih, yang lagi ngajar di kelas sebelah.

"Eh gimana kalau nanti pulang, kita tunggu si Qorun di depan gerbang sana?' usul Qobra.

"Cara lu terlalu biasa, Qobra. Itu bakal keliatan sama warga sekolah." Jawab gue sambil garuk – garuk. *rambut ya yang digaruk, bukan yang lain.

Ketika lagi asik – asiknya berunding. Ada seseorang yang masuk ke kelas. Gue ga mengenalnya. Tapi semakin dekat, sepertinya gue kenal. Dan ya, gue mengenalnya. Dia adalah QUCLI. Wajar aja gue kurang mengenalnya, soalnya kepala dia diperban. Udah kayak mummy. Hih serem. Dan di atas perbannya ada tulisan "Awas, jangan disentuh, kepala ini sedang cidera hamstring".

"Njirrr gue kira mummy, bikin kaget aja lu." Kata gue. Si Qucli hanya diam. Dia tidak bisa berbicara, seluruh wajahnya tertutup perban, tinggal matanya aja yang kebuka.

"Uhhhhhh..... pokoknya sayang bangettttt dehh sama kamuuuu....." kata Anung yang lagi video call sama ayang embepnya. Dia berisik banget, mana video call nya masih pake kamera belakang lagi. Ini sih bukan stupidphone namannya. Tapi ya memang stupid orangnya.

"Itu orang berisik banget sih." Kata Fanhar.

"Maklum, lagi kasmaran." Jawab Rafat.

"Heh Zean, terus rencananya gimana?" kali ini Qobra memotong.

"Begini." kata gue sambil memperlihatkan gaya bicara layaknya Mario Bros, eh Mario Teduh. Bukan Payung Teduh ya, kalau payung teduh itu berlarian kesana kemari dan tertawa. *heh jangan sambil nyanyi bacanya.

"Gimana?" jawab teman – teman gue. Sementara si Qucli ga ngomong, maklum kepalanya diperban full face. Udah kayak helm.

"Gue punya teman, nah teman gue itu punya teman. Dan temannya teman gue itu punya banyak teman. Nah diantara banyaknya teman dia itu, punya teman yang ahli soal dendam." Kata gue.

Sementara kelima teman gue cuma bengong sambil angguk – angguk kepala. Kalau si Qucli angguk – angguk seluruh badannya. Soalnya kepalanya gabisa ngangguk.

"Ngerti kagak?" tanya gue.

"Ngerti lah." Jawab mereka.

"Apa coba kesimpulannya?" tanya gue sambil memasang wajah sombong.

"Hahaaa... Jawab Fanhar!" kata Qobra sambil menepuk bahu Fanhar.

"Yaelah gitu doang, bisa lah lu simpulin Rafat!" kata Rafat sambil tertawa dan menepuk bahu Rafat.

"Jadi kesimpulannya adalah........ jelasin Qucli!" kata Rafat sambil menepuk kepalanya si Qucli. Si Qucli berteriak tapi suaranya keututup perban.

"Nah itu dia penjelasannya." Kata Qobra, kita tertawa puas disitu. Baru kali ini gue dibikin ngakak sama si Qucli.

"Eh tapi gue punya rencana sendiri ah nanti pulang sekolah. Gue mau bergerak sendiri aja" kata Qobra.

"Sama, gue juga punya cara sendiri, liat aja" kata Rafat. Yaudah gue iyain aja mereka.

* * *

FRIENDSHIT Episode 2Where stories live. Discover now