FRIENDSHIT Part 2.1

1.5K 36 3
                                    

Di dalam kelas sudah ada Rafat, Fanhar, dan Qobra. Mereka sedang berbincang-bincang secara tertutup. Karena kalo secara terbuka, ya panas lah masa iya ada kelas yang terbuka. Kelas gue adalah kelas yang paling rapih dan bersih. Saking bersihnya, kursi dan mejanya ga ada. Jadi kita kalau lagi belajar ya lesehan pake tiker.

Gue dan Qucli langsung menghampiri mereka yang sedang duduk dipojokan kelas, mereka gayanya kayak yang lagi ngelem. Tapi bukan lagi ngelem, mereka lagi ngobrol. Anehnya, mereka itu ngobrol, tapi pada ngedengerin musik pake earphone di masing-masing telinganya. Mana volumenya pada gede banget lagi. Sampe-sampe kedengeran ke kantor. Padahal segitu pakai earphone.

"Lagi pada ngapain bro?" tanya gue sambil mengangkat earphone mereka semuanya. Lalu, gue duduk diantara mereka.

"Lagi pada ngobrol lah." Cetus Rafat.

"Oh kirain lagi pada ngobrol." Jawab gue.

"Engga kok, kita lagi ngobrol." lanjut Fanhar.

"Oh lagi pada ngobrol ya?" lanjut Qucli.

KRIK...KRIK...KRIKK...

Tidak ada jawaban yang terdengar setelah Qucli ngomong, kecuali Qobra yang menirukan suara jangkrik tadi.

Setiap pembicaraan yang akan dibahas, selalu gue yang harus mulai. Karena kalo gue ga mulai, maka ga akan ada yang mulai. Bahkan pernah suatu hari, kita dikasih tugas sama sekolah buat wawancara salah satu pedagang di kantin sekolah. Kita cuma diem aja di depan pendagangnya, sementara pendagangnya cuma nungguin kita nanya. Gue di situ perannya sebagai kameramen, jadi ga bisa ngasih pertanyaan. Kita disitu seharian mewawancarai pedagang, tapi cuma ada satu pertanyaan yang terlontarkan dari mulut mereka, yaitu "Nama Bapak siapa?". Udah, segitu doang. Tapi nilai wawancaranya paling besar, hebat kan?

Gue dan Qucli ikut nimrung aja sama mereka yang lagi duduk di pojokan. Lalu, gue buka topik yang mau dibahas.

"Bro, gue mau ngomong sesuatu." Ucap gue.

"Ngomong apa Zean?" jawab Qobra.

"Sesuatu.." ucap gue dengan muka yang datar tanpa ekspresi.

Temen-temen gue pada diem dan tercengang mendengar omongan gue. Sampe-sampe mereka geleng-geleng kepala dan ga berhenti-berhenti, kayak yang lagi dzikir.

FRIENDSHIT Episode 2Where stories live. Discover now