FRIENDSHIT PART 3.2

23 1 0
                                    


Jam istirahat sudah tiba. Dengan malasnya gue keluar kelas. Pelajaran tadi pagi adalah fisika, dan itu menyebalkan. Si mamih sebagai guru hanya memberikan tugas mencatat sebanyak tiga puluh tujuh halaman. Sementara ia hanya video call dengan si Anung. Padahal satu ruangan. Mana sayang – sayangan lagi. Dan yang lebih parahnya, cabe yang nempel di giginya masih nyelip. Malah nambah gede dan banyak. Kayaknya itu cabe tumbuh dan berkembang biak di giginya.

Di luar kelas sudah ada teman – teman gue. Mereka sepertinya sedang berdiskusi. Mungkin sedang memikirkan strategi memusnahkan pelakor di dunia ini. Atau mungkin juga sedang memikirkan cara agar cabe di giginya si Mamih bisa panen lebih banyak? Ah makin ngaco aja. Akhirnya gue sampairin mereka dengan hati – hati, terus gue kagetin mereka.

"DORRRRRRR........." kata gue sambil teriak dan mendorong mereka.

"Burung Cendrawasih – Burung Cendrawasih..!!!!!" kata Qobra yang kaget dan sedikit latah.

"Lah? Kok burung cendrawasih?" kata gue heran.

"Ya kan biasanya orang latah Cuma bilang ayam – ayam. Nah gue bikin inovasi baru, latahnya sambil teriak burung cendrawasih – burung cendrawasih." Jawab Qobra menjelaskan.

"Gue baru tau kalau latah itu ada inovasinya." Kata Rafat sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Karena dia memakai shampo yang direkomendasikan oleh para ahli.

"Mungkin suatu saat nanti ada yang latah sambil bilang kucing – kucing bebek – bebek hahahaaaa.."kata Qucli sambil tertawa terbahak – bahak.

krik... krik... krik... seakan jangkrik di seluruh dunia berkumpul disitu semua buat ngata-ngatain si Qucli. Sementara gue dan teman – teman gue cuma tercengang heran ngedenger omongan si Qucli tadi, lalu tepuk tangan untuk memberi apresiasi terhadap apa yang sudah si Qucli omongkan.

Kita kalau lagi kumpul ya begitu. Suasana lagi asik – asiknya, tapi pada akhirnya si Qucli selalu memberikan statement yang membuat suasana jadi anyep. Tapi menurut gue itu adalah sesuatu yang menyenangkan. Karena gue dan teman – teman bisa saling melengkapi.

"Eh gaes, liat tuh." Ucap Qobra sambil menunjuk ke depan kelas yang ada di lantai dua. Disana ada si Qorun lagi manja – manjaan sama pacar barunya. Si Kayla. Cewek incaran kita semua. Pokoknya manja banget, suap – suapan makanan. Jengkel gue liatnya, pengen banget gue nyuapin si Qorun, tapi pake sekop.

"Njirr kok gedek ya gue liatnya." Jawab gue sambil mengerutkan alis.

"Sampairin yu. Harus dikasih pelajaran kalau orang kaya gitu sih." Kali ini Fanhar yang menjawabnya sambil mengepalkan tangan.

"Pelajaran apa? Bahasa Indonesia? Matematika? Fisika? Hahaha..." jawab Qucli sambil tertawa terbahak – bahak.

Teman – teman gue langsung mengalihkan pandangannya ke si Qucli, semuanya mengepalkan tangan. Sementara si qucli tenang – tenang aja sambil tersenyum, lalu ia juga mengepalkan tangan, setelah itu dia langsung lari ke kelasnya. Sayangnya gue telat buat sleding kepalanya.

"Gila tu orang, ngelucu kok ga ada kemajuan ya." Kata gue sambil geleng – geleng kepala.

"Gapapa, biarkan dia berkarya." Ucap Qobra sambil tepuk tangan.

Si anung datang, menghampiri kita sambil memegang stupidphone nya. Tumben – tumbenan ini orang nyamperin kita. Mungkin kuota buat video callnya abis.

"Hei, kalian masih ngeributin si Qorun yang nikung kalian semua? Yaelah pliss deh jaman sekarang banyak cewek diluar sana, ngapain lu ngeributin satu cewek?" kata si Anung sok ganteng dan sok bijak. Padahal sepanjang dia ngomong, ingusnya meler sebelah.

"Heh anung, yang gantengnya bagaikan bunyi hukum newton....." kata Qobra. Mendengar omongan itu, si Anung malah seyum dan salah tingkah. Menutup mulut menggunakan tangannya, senyum – senyum manja, terus ngedipin mata. Udah kayak iklan obat batuk sekaligus obat mata.

"Gue tau, cewek masih banyak. Tapi kelakuan si Qorun itu berlebihan. Kita harus memberikan sesuatu yang berharga buat dia. Biar dia kapok. Lo urusin aja pacar lo yang paling cetar membahana si Mamih guru Fisika itu." Lanjut Qobra. Tanpa sadar, ada kepala sekolah di depan kita yang lagi mendengar kita ngrumpi.

Kepala sekolah kita bernama Pak Gunday. Dia berjenis kelamin laki – laki. Yaiyalah kalau perempuan ya namanya Bu Gunday. Dia adalah kepala sekolah yang paling baik. Karena murah senyum, ciri khasnya adalah senyum yang memperlihatkan semua giginya, bahkan sampai gusi belakangnya pun keliatan. Cocok banget buat jadi bintang iklan. Bukan iklan pasta gigi sih, tapi iklan "BAHAYA RADANG GUSI." Pokoknya senyumnya lebar, ya walaupun ga manis sih. Karena yang manis itu ya masa lalu gue. Heh??

Pak Gunday sepertinya mendengarkan omongan kita, tapi ya gue sih yakin dia gakan marah. Karena dia selalu tersenyum.

"EH ADA PAK GUNDAY, SELAMAT SIANG PAKKK...." ucap kita berlima ke Pak Gunday.

"Hehehe siang juga hehehe.." jawab Pak Gunday. Ohya, dia pun kalau ngomong pasti sambil tertawa. Tertawanya pun sederhana. Cuma "hehehe". Selalu seperti itu. Bahkan ketika pidato saat menjadi pembina upacara pun dia tertawa sampai ratusan kali. Semua warga di sekolah pun jadi bingung. Ini kepala sekolah ramah atau emang lagi kerasukan?

Setelah itu, dia pergi. Tapi ada yang berbeda dari Pak Gunday, dia tidak terlalu ramah kali ini. Entah apa yang ada di pikiran Pak Gunday, ah sudahlah, gue ga peduli. Tapi yang bikin gue heran, si Anung mukanya kayak ketakutan, dan langsung masuk ke kelasnya. Ah sepertinya dia sedikit terpukul oleh omongan si Qobra yang menyindirnya terlalu keras.

Setelah si Anung masuk kelas, si Qucli yang keluar, menghampiri kami. Belum aja sampai mendekat, kita sudah bangun dan mengejarnya hanya karena perihal melucu tadi. Akhirnya gue kesampaian buat sleding kepalanya. Sampai kepalanya cidera hamstring.

* * *

FRIENDSHIT Episode 2Where stories live. Discover now