Dua Puluh Enam ~ Galau

4.3K 438 4
                                    


Lyla masuk ke dalam lobby apartemennya dengan air mata yang siap untuk keluar lagi. Selama di taksi Lyla sudah mennagis sejadi-jadinya. Hanya demi kesopanan, Lyla menahan air matanya agar tidak menimbulkan tanda tanya bagi yang melihatnya di lobby.

"Lyla."

Lyla menoleh ke arah ruang tunggu di tengah lobby ketika ada yang memanggilnya. Fifi mendekat ke arahnya dengan senyumanya kemudian senyumnya menghilang ketika melihat penampilan Lyla, "Astaga, kau kenapa?"

Lyla bisa melihat kalau Fifi sudah kembali. Fifi, sahabat tersayangnya sudah memaafkan dirinya, maka tidak butuh waktu lama bagi Lyla untuk memeluk Fifi dan menangis lagi, "Fathir, Fi...", isak Lyla.

"Sssss, ayo kita ke apartemenmu."

Fifi membimbing Lyla masuk ke dalam lift lalu menuju apartemennya. Setelah mereka masuk, Fifi masih membimbing Lyla untuk duduk di sofa. Membiarkan Lyla menangis dulu sebelum bertanya apa yang sedang terjadi. Fifi juga berjalan ke dapur, mengambilkan air minum untuk Lyla. Fifi masih menunggu Lyla untuk menenangkan dirinya ketika pintu apartemen Lyla diketuk.

Mata Lyla terbelalak dan dia sudah tahu siapa yang mengetuk pintunya.

"Fifi.", ucap Lyla dengan panik, "aku tidak mau menemuinya, tolong usir dia dari sini. Aku mohon.", Lyla berusaha memohon kepada Fifi.

Fifi nampak kebingungan, "Tetapi kenapa, La?"

"Hanya tolong usir dia dari sini. Jangan biarkan dia masuk. Berjanjilah."

Fifi mengangguk, berusaha menenangkan Lyla. Lyla berlari ke kamarnya dan mengunci pintunya, tidak ingin diganggu siapapun. Dengan gugup Fifi berjalan ke arah pintu dan terkesiap ketika tahu yang datang adalah Fathir.

Fathir juga nampak kaget melihat Fifi yang membukakan pintu apartemen Lyla, namun kekagetannya bisa ditunda nanti, ada hal yang jauh lebih penting lagi saat ini.

"Aku ingin bertemu dengan Lyla.", tuntut Fathir.

Fifi menggeleng dengan penuh penyesalan, tidak memberi Fathir ruang untuk masuk ke dalam, "Lyla memintaku untuk mengusirmu pergi, Fathir. Maaf."

"Lelucon apa ini? Aku tidak akan kemana-mana!", Fathir berteriak dengan murka.

Fathir tetap tidak bergerak dari posisinya, "Maafkan aku, Fathir tetapi Lyla tidak ingin menemuimu. Dia datang sambil menangis tadi, aku tidak bisa membiarkan orang yang telah menyakitinya untuk menemuinya sekarang."

Ucapan Fifi mendorong emosi Fathir ke tingkat yang tidak bisa ditolerir lagi, dengan cepat Fathir meraih Fifi ke dalam cengramannya, "Lucu rasanya mendengar kalimat itu dari orang yang pernah menyakiti Lyla dengan kata-katanya juga! Kau lupa kalau kau telah menyakiti Lyla beberapa minggu terakhir ini karena kelakuan kekasihmu yang brengsek itu?"

Wajah Fifi memucat ketika mendengar desisan amarah dari Fathir.

"Maka kau tidak berhak melarangku untuk menemui Lyla dan memperbaiki semuanya. Permisi!"

Dengan bijaksana Fifi menyingkir dari pintu masuk, memberikan ruang kepada Fathir untuk masuk ke dalam dan mulai mencari Lyla. Fathir tidak menemui Lyla dimanapun sehingga Fathir yakin kalau Lyla ada di dalam kamarnya. Fathir menuju kamar Lyla dan mencoba membuka pintu yang terkunci.

"Buka pintunya, Lyla.", pinta Fathir dengan lembut.

Terdengar suara terkesiap dari dalam kamar Lyla, kemudian Lyla menyahut dari dalam, setengah membentak, "Pergi dari sini! Dasar kau pria menjijikkan!"

YOU ARE MY MIRACLE ( MIRACLE SERIES #3 ) (COMPLETED)Where stories live. Discover now