27-Finally

2.5K 123 1
                                    

Los Angeles, Amerika Serikat

Rasa lelah menghampiri. Rasa lelah untuk terus bersembunyi dan menahan rindu. Ia mungkin bisa bertahan lebih lama, tapi apa Alenna bisa?.

Arsen menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Membiarkan rasa lelahnya hilang perlahan. Bernafas dalam diam. Harinya terasa jadi lebih sepi.

"Gue dah selesai" ucapnya di tengah keheningan.

Arsen meraba atas nakasnya untuk mencari ponsel hitamnya. Dicarinya kontak dengan nama sahabatnya.

Tersambung, namun belum diangkat. Yang Arsen lakukan hanya menunggu.

"Halo. Gue Arsen".

•••

DRTT DRTT

Ingin rasanya Juan membanting ponsel tersebut. Berani-beraninya ponsel itu menganggu tidur nyenyaknya. Berhubung Juan masih ingat kalau ponsel itu mahal, alhasil ia tak tega untuk melemparnya.

"Halo. Gue Arsen" ucapan singkat disebrang sana mampu membuat Juan membuka matanya sempurna, rasa kantuknya seketika sirna begitu saja,

"Arsen?",

"Iya, inget nggak lo",

"Ohh jelas dongg, ma pren yekan?",

"Bacot lo. Gue mau ketemu",

"Ketemu siapa? Gue apa Alenna?",

"Sama lo",

"Alenna nggak lo temuin sekalian?",

"Nanti",

"Kenapa harus nanti, gue pikir malah lo harus ketemu Alenna lebih dulu",

"Butuh waktu",

"Buat apa? Lo takut ketemu pacar lo sendiri? Apa yang lo takutin?",

"Gue takut datang bahaya lagi buat dia",

"Dia aman. Shivi udah ketemu gue dan cerita semua dari awal sampai akhir. Dia menyesal, lo nggak bisakah maafin dia?",

"Lo pikir gampang?",

"Kalo lo ngga maafin dia, lo berarti juga nggak maafin gue",

"Maksud lo?",

"Kita ketemu aja, males gue telfonan mulu",

"Seminggu lagi ketemu di China, di resto mama lo",

"What? China? Gila ya lo?!",

"Gue serius. Kalo lo nggak mau, ya kita nggak bakal ketemu sampe kapan tau",

"Oke oke. Setan emang lo. Tunggu gue seminggu lagi",

"Gue tunggu".

Telfon dimatikan Arsen. Juan berdecih sebal, enak sekali anak itu mengatur, demi perdamaian dunia akhirat. Terpaksalah Juan harus mengurusi kepergiannya mulai besok.

•••

Kini Alenna sedang menikmati makan siangnya. Suara garpu, sendok, dan sumpit yang berbenturan menjadi suara khas saat jam makan siang tiba. Ramai namun menyenangkan.

Perut kenyang hatipun senang. Gitu kali ya.

Setelah jam makan siang selesai. Alenna, Bila, Caca, dan Meli memilih menghabiskan sisa waktu istirahat untuk memutari taman.

Suasana matahari yang tak terik menyengat membuat Alenna lebih nyaman. Awan memang nampak sedikit mendung, tapi Alenna tak masalah.

"Arsen gimana? Masih sama lo kan?" tanya Caca seolah tak tau siuasi dan mendapat senggolan tajam dari Bila.

Alenna menengok pada ketiga temannya yang malah nyengir saat dilihatnya. Alenna kemudian tersenyum, tersenyum tanpa beban.

"Entahlah. Selagi gue bisa bahagia itu yang terpenting kan?" jawab Alenna dengan santai.

Nampak Bila dan Meli yang masih menyalahkan Caca karena mengingatkan Alenna pada Arsen. Alenna hanya tersenyum melihat kelakuan para sahabatnya.

"Udah santai aja, gue baik-baik aja. Nih gue senyum tanpa beban, kalian bisa liat kan?" ucap Alenna mengakhiri pertengkaran kecil sahabatnya,

"Hehe iya sih, tapi maaf ya Alenna" kata Caca,

"Iya" Alenna tersenyum dan membawa para sahabtnya untuk kembali masuk ke kelas saat bel berbunyi.

•••

Berbagai keperluan sudah Juan siapkan. Tak lupa Juan juga membawa Alenna dan Shivi. Meskipun Arsen masih tak ingin bertemu dengan Alenna, tapi harus dipaksa.

Bandara yang selalu ramai inipun jadi makin ramai menjelang akhir pekan. Dengan alasan ingin membawa Alenna liburan, Juan berhasil membujuk Alenna mati-matian. Kebetulan ada jangka waktu libur 2 hari setelah akhir pekan.

Alenna yang melihat Shivi masih merasa sedikit takut. Walaupun Juan sudah bilang kalau Shivi bukan orang jahat.

"Gege tinggal beli minum dulu ya. Kamu disini sama Shivi" ucap Juan lalu pergi meninggalkan keduanya utnuk saling berbicara.

Canggung. Tak ada yang membuka obrolan.

"Alenna?" panggil Shivi hati-hati.

Alenna menengok.

"Kenapa kak?",

"Gue.. em em gua mau jelasin semuanya, lo mau dengerin?" nampak Alenna tersenyum dan mengangguk semangat.

Nampak seperti Alenna yang dulu.

Alenna mendekat pada Shivi. Menyiapkan telinganya untuk mendengarkan semua cerita Shivi. Sampai akhirnya Shivi menceritakan kejadian dari awal sampai akhir, tak lupa ia juga menceritakan penyebab ia melakukan itu.

Alenna terkejut, namun ia senang Shivi mau jujur. Ia memaafkan Shivi, lagipula semua orang berhak dapat kesempatan kedua kan?.

"Alenna maafin gue ya, dan makasih untuk maaf lo" ucap Shivi nampak sangat senang,

"Iya kak" Alenna tersenyum tulus.

Keduanya melanjutkan obrolan dengan topik lain. Tak mau membahas masalah itu. Keduanya tersenyum dan tertawa bersama. Berdamai memang lebih indah bukan?.

Satu yang Alenna masih belum faham. Kenapa semua masa lalu Juan, Shivi, dan Arsen selalu menyangkut pautkan dirinya? Apakah ia ada di masa lalu ketiga orang itu? Alenna rasa ia baru kenal kemarin. Ada apa sebenarnya, ia masih belum faham. Biarlah waktu yang menjawab.

&&&

Eakkk balikkk😚

Ada typo mohon tebas sendiri ya🌞

Author capee, jadinya nggak tau ini ngeditnya bener atau enggak:(

Jangan lupa vote dan komen👌
Next kuyy👣

Protective Devil || Completed✓Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt