16-Slowly

2.8K 131 0
                                    

Caca, Meli, dan Bila sampai kini masih menatap pada satu objek yang sama di depan mereka. Alenna.

"Alennaaa ayookk jalan yuk, jangan kayak mayat hidup gini dongg, ngeri tau" bujuk Caca karena Alenna masih melamun,

"Iya Naa ayokk, jangan gini dongg, semangatt napaa!" sahut Meli yang tak kalah geram melihat temannya seperti mayat hidup,

"Hari ini kita happy happy dulu ya Na? Habis itu kita cari Arsen lagi. Gue nggak tega liat lo cape terus nangis. Alenna yang kita kenal nggak gini lohh. Dia itu kuat sama semua masalah, bahkan masalah dia dari kecil pun dia bisa hadapin sendiri, masa masalah baru begini lo ngga bisa hadapin?" bujuk Bila panjang lebar kali tinggi agar Alenna mau merespon,

"Iya tuh Naa",

"Ayolahh Alennaa" bujukan teman-temannya terdengar bersahutan ditelinga Alenna.

Setelah teman-temannya selesai mengoceh, Alenna menghembuskan nafas panjang untuk mendapatkan ketenangan. Mungkin kata teman-temannya ada benarnya.

Setelah yakin dan merasa lebih baik, Alenna menatap temannya satu per satu dan tersenyum.

"Oke kita jalan tapi nggak hari ini. Besok ya? Hari ini gue mau istirahat" kata Alenna berhasil membuat 3 teman didepannya tersenyum bahagia,

"Serius?" tanya Caca dengan mata berbinar,

"Iya",

"Okee besok kita jemput lo di rumah lo tercinta ini. Siap lo ya besok!" kata Meli tak kalah senang,

"Iya iyaa",

"Yaudah kalo gitu, kita balik dulu ya?" kata Bila ijin pamit,

"Yaudah ati-ati kaliann" jawab Alenna mengiyakan.

Setelah mengantarkan teman-temannya sampai kedepan gerbang. Alenna kembali masuk dan menikmati hari istirahatnya.

"Gue nggak boleh nangis. Nggak bolehh!! Gue nggak boleh selemah ini! Oke gue nggak akan nangiss" kata Alenna terus menyemangati dirinya sendiri.

Alenna merebahkan tubuhnya di kasur. Mencari tempat paling nyaman untuk membawa otaknya beristirahat sejenak.

"Gue kangen sama lo Arsen" ucap Alenna sebelum terlelap dan masuk dalam alam mimpi.

•••

"Aishh sial!!" umpat Juan saat pemikiran itu datang lagi.

Ya pemikiran akan sugestinya tentang Shivi dan Arsen.

"Gue harus cari tau lebih banyak lagi dari Alenna" kata Juan sambil sibuk mencari ponselnya.

Hampir saja Juan melupakan sesuatu. Alenna kata, ia ingin beristirahat untuk hari ini, dan Juan tak mungkin tega untuk mengganggu istirahat gadis itu.

"Apa gue harus telfon Shivi lagi? Emamg dia masih hidup? Aisshh dasar cewek gila!" kesal Juan merasa frustasi sendiri.

Dicarinya kontak bernama 'Shivi'. Juan mendekatkan ponselnya ke telinga, berharap sambungannya kini terjawab oleh siapapun.

•••

"Hai lagi Arsen" sapaan itu kembali terdengar ditelinga Arsen.

Bosan dan malas rasanya Arsen mendengar suara menjijikan itu.

"Gimana? Masih nggak mau terima tawaran bagus gue?" tanya gadis di depannya dengan senyum licik.

Arsen tak menjawab. Ia membuang muka tak mau melihat ke arah Shivi. Bosan dan memuakkan.

"Heii, sesusah itu kah lo bilang iya? Lo kan tau ini adalah jalan paling baik, masih nggak mau? Kalau lo masih nggak mau ya berarti Alenna masih belum aman" dan lagi-lagi Shivi berucap tepat di depan wajah Arsen.

Protective Devil || Completed✓Where stories live. Discover now