Takdir yang berperan.

191 27 10
                                    

Syiffah tidak henti-hentinya menangis menatap ke arah pintu tempat dimana Astrid dirawat. Kondisi sahabatnya itu semakin parah dan dokter menyarankan untuk segera operasi. Astrid menederita penyakit Acute Renal Failure (ARF), penyakit gagal ginjal akut dimana salah satu ginjalnya tidak dapat lagi menjalankan fungsinya sebagai organ pembuangan. Kata dokter ginjal Astrid sudah lama bermasalah hanya saja Astrid tidak pernah memberitahu pada Umminya kalau perut bagian ginjalnya sering sakit.

Ummi Astrid pun tidak kalah paniknya dengan Syiffah, beliau sudah beberapa kali pingsan karena tidak kuat melihat kondisi anaknya. Sebentar lagi Astrid akan dibawa ke ruang operasi, sebelah ginjalnya harus diangkat dan dibersihkan, selain itu dokter menyarankan untuk mencari pendonor ginjal.

Selain Astrid, Izzat dan Nabila juga ada di sana, ikut khawatir dengan kondisi Astrid. Sedangkan Naufal masih harus menjalankan tugasnya sebagai seorang perawat meskipun sebenarnya ingin sekali ia ada ketika Astrid akan operasi.

"Nabil-," dengan suara yang terputus-putus akibat menangis Syiffah memeluk tubuh Nabila, meluapkan tangisanya di bahu sahabatnya itu dan berharap menemukan sebuah ketenangan.

"Kamu yang tenang, Fah. Kita berdoa semoga operasinya lancar, Allah sayang sama Astrid, tenang aja. Bismillah," ucap Nabila sambil mengusap pundak Syiffah yang naik-turun.

Hampir dua jam mereka berada dalam fase tegang dan akhirnya dokter serta beberapa perawat keluar dari ruang operasi.

Ummi Astrid dan kakaknya cepat berjalan ke arah dokter dan menanyakan kondisi Astrid.

"Dok, bagaimana keadaan adik saya?"

Dokter itu melemparkan sebuah senyuman hangat. "Alhamdulillah oprasinya berjalan lancar, hanya saja Astrid membutuhkan darah sebanyak dua kantung dan untuk sekarang persediaan darah untuk golongan darah B sedang kosong, jadi sebaiknya kalian cepat cari pendonor darah. Pasien saat ini masih belum sadar dan saya berharap pendonor untuk Astrid sudah ada besok pagi," kata dokter membuat Syiffah dan lainnya sedikit panik. Golongan darah B merupakan salah satu darah yang sulit ditemukan. Kakak Astrid juga darah B namun tidak bisa mendonor lantaran sedang masa haid, sementara umminya tidak didukung oleh kesehatan beliau yang terlalu khawatir seharian ini.

Syiffah? Golongan darahnya O sama dengan Nabila.

"Saya permisi dulu, Assalamualaikum." Pamit sang dokter dan dijawab salam oleh mereka.

"Ummi, kak Amira, Syiffah izin keluar cari pendonor darah buat Astrid," ucap Syiffah yang masih belum bisa mengontrol rasa paniknya.

"Ini sudah malam, nanti saya yang usaha cari kalian berdua pulang saja" sanggah Izzat.

"Ummi, kak Amira saya pamit mau antar Syiffah sama nabila pulang, soal pendonor darah, kebetulan golongan darah saya juga B, untuk satu kantong lagi saya akan usahakan dan Insyaa Allah besok pagi sudah ada,"

"Alhamdulillah, terima kasih nak Izzat," ucap Ummi Astrid mengusap air matanya.

"Syiffah, sebaiknya kalian pulang yha, sudah lama kalian di sini, doakan Astrid terus yha?" kata Ummi Astrid pada Syiffah, nabila dan juga Izzat.

"Iya sama-sama Um, doa kita selalu ada untuk Astrid." Jawab Izzat

"Saya belum mau pulang, Um. Saya mau tunggu Astrid sampai siuman," rengek Syiffah.

"Nggak usah, Syiffah, kamu pulang saja yha? Besok datang lagi, Insyaa Allah Astrid baik-baik saja," kata Amira berusaha membujuk Syiffah.

"Iya Fah, lagipula kamu kayaknya nggak enak badan. Kamu harus istrahat." Tambah Nabila.

"Besok kita ke sini lagi, nanti saya antar kamu," ucap Izzat.

Karena terus dipaksa akhirnya Syiffah mau menurut. Mereka bertiga kemudian berpamitan pulang. Mereka pulang menggunakan mobil Izzat dan mengantar Nabila lebih dulu ke rumahnya.

Al HubTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang