Satu fakta (2)

132 22 0
                                    


Persidangan baru saja usai dilaksanakan. Hakim muda itu baru saja duduk di kursi kerjanya, tiba-tiba ponselnya berdering tanda seseorang menelfon.

"Assalamualaikum, Fal?"

"Waalaikum salam, Zzat cepat ke Rumah Sakit. Astrid masuk ICU lagi!" jawab orang di seberang telfon panik.

Izzat berdiri dari posisi duduknya, "iyaiya, saya nyusul ke sana." Izzat langsung menarik kasar jas nya dan berlari meninggalkan kantor

Alam tidak sepenuhnya bersahabat. Jalanan sangat macet dan memperlambat perjalanan Izzat. Sesekali Izzat berdecak kesal karena kendaraan lain tidak kunjung melaju.

Hampir setengah jam ia bergelut di jalanan yang penuh kemacetan. Waktu yang seharusnya dibutuhkan 30 menit harus bertambah menjadi satu jam untuk sampai di Rumah Sakit.

Sambil menyetir ia menelfon Syiffah, berharap bahwa gadis itu juga tahu kondisi Astrid sekarang dan berharap pula agar Syiffah tidak panik.

Ia sudah memasuki halaman rumah sakit dan sekarang ia akan memakirkan mobilnya.

Izzat turun dari mobil dengan ponsel masih melekat di telinga kirinya. Sejak tadi orang yang di hubungi tidak kunjung merespon.

Dengan langkah lebar ia berjalan menuju lift, namun langkahnya terhenti ketika mendengar isakan tangis yang ternyata malah membuat bulu kuduknya bergidik.

"Gue cuman mau lewat woi, kagak ngapa-ngapain." ucapnya sambil melirik ke arah mobil-mobil yang terparkir.

Ia memarkirkan mobilnya di gedung bawah tanah yang akan terisi jika parkiran di bagian halaman Rumah Sakit telah penuh. Karena itu, parkiran ini terasa horor karena yang melintas pasti sedikit, hanya mereka yang akan memarkirkan mobil saja.

Isakan itu semakin terdengar jelas di telinga Izzat. Bukan hanya isakan, sesekali ia juga mendengar sebuah bentakan.

"Gue cuman mau lewat, ya illahi." panik Izzat mulai berfikir tidak jernih. Ketahuilah, Izzat adalah tipe penakut dalam kondisi seperti ini.

Izzat bergidik sendiri. Dengan langkah gontai ia mempercepat langkah kakinya ingin cepat-cepat meninggalkan tempat itu.

"Jawab Naufaal!"

Deg!!!

Langkah kaki Izzat berhenti ketika mendengar nama itu disebut.

'Naufal? Dan itu suara Syiffah, kan?' Batinnya dalam hati.

Izzat membalikkan badan ingin memastikan siapa yang mengucap itu.

Pemamdangan macam apa ini? Ia melihat Syiffah duduk terkulai lemas di atas lantai sambil meringis sementara Naufal berdiri tidak jauh di hadapan Syiffah dengan tatapan tajam. Apa yang sebenarnya Naufal lakukan pada Syiffah? Rahang Izzat mengeras, tidak sepatutnya Naufal memperlakukan Syiffah seperti ini. Naufal baru saja melamar Syiffah, lalau kenapa sekarang malah menyakitinya?

Izzat mungkin bisa menahan sakit hatinya ketika tahu bahwa Naufal mendahuluinya untuk menikahi Syiffah tapi ia tidak bisa tahan ketika orang yang dicintainya diperlakukan tidak senonoh.

Baru saja kakinya ingin melangkah ke arah keduanya, tiba-tiba berhenti.

"Karena kamu yang buat Astrid seperti ini, Syiffah!"

Kening Izzat membentuk kerutan. Kenapa Naufal terus menyalahkan Syiffah atas kondisi Astrid?

Izzat memilih untuk mendengarkan semuanya.

"Karena saya? Ini takdir Allah Naufal. Kamu tahu? Astrid sudah sakit jauh sebelum dia mengenal sya, dan.."

"Kesalahan kamu adalah karena mencintai saya!" Potong Naufal membentak.

"Astrid tahu kamu mencintai saya, dan kamu tahu apa yang dia lakukan?"

Naufal menjeda lalu tertawa hambar.

"Astrid merelakan cintanya untuk kamu Syiffah, dan dia memintaku untuk menikahimu, dia yang mneyuruhku mengkhitbahmu, dia yang memintaku untuk melindungimu, Syiffah!" Jawab Naufal penuh emosi.

"Kamu tahu? Saya mencintai Astrid, tapi karena kamu, saya tidak bisa menikahinya. Saya benci orang seperti kamu, Syiffah!"

Izzat melongo, tubuhnya kaku. Fakta apa lagi ini? Sudah berapa hati yang merasa tercurangi karena sebuah perasaan?.

Detik berikutnya ia tidak lagi melihat Naufal.

Dasar bedebah!!!

Batinnya penuh emosi.

Ia berjalan mendekati Syifah yang saat ini sedang menumpahkan air matanya. Ia tahu ini akan begitu sakit untuk Syiffah terima sebagai sebuah pernyataan fakta.

Perkiraan bahwa cintanya terbalaskan sirna begitu saja. Bagaimana Syifah bisa mengahadpi ini nantinya?

Orang yang Syiffah cinta dan pernah melamarnya ternyata menyukai sahabatnya sendiri.

Kondisi mereka berdua sama. Cinta yang bertepuk sebelah tangan dalam ikatan persahabatan, dua orang harus merasakan sakit.

Izzat tidak tega melihat Syiffah yang semakin meraung meratapi kenyataan.

Bagaimana Naufal bisa setega itu pada Syiffah yang mencintainya dengan tulus? Bukankah Naufal lebih paham agama dan cara memuliakan wanita? Tapi kenapa ia tak pernah sungkan untuk menyakiti hati Syiffah?

"Syiffah" panggilnya membuat langkah Syiffah yang ingin beranjak berhenti.

"Menikahlah denganku!" entah dorongan darimana hingga kalimat itu keluar dari mulutnya.

Diam. Syiffah tidak merespon.

"Izinkan aku menjadi pengobat lukamu," ucapnya lagi.

Syiffah masih diam tidak bergeming.

Bagaimna bisa Izzat mengatakan hal itu dengan mudahnya? Menjadi pengobat luka? Perasaan tidak sama seperti luka pada fisik yang ketika diperban dan diberi obat sakitnya akan hilang, ini hati yang sakitnya tak bisa di jangkau meski mencoba untuk mencari tahu.

"Jangan menjadikan dirimu sebagai pelampiasan, Izzat. Aku akan mengobati ini sendiri." jawab Syiffah di tengah segukan tangisnya.

Air matanya sudah tidak mengalir tapi kesedihannya masih membekas.

Izzat menggeleng keras.

"Saya mencintaimu Syiffah, saya yang akan mengobati luka di hatimu!"

Syiffah tertawa hambar. Kenapa dalam ikatan persahabatan mereka banyak sekali melibatkan perasaan yang pada akhirnya semua harus tersakiti?!

"Sayangnya aku tidak mencintaimu. Jangan melangkah semakin jauh untuk perasaan yang tidak untukmu, itu hanya akan lebih menyakitimu, nanti!" ungkap Syiffah. Perkataannya barusan mewakili apa yang ia rasakan.

Izzat terdiam dan tersenyum hambar. Sebuah penolakan halus, kah ini?

Sudah berapa banyak perasaan yang tertolak hari ini!?

Syiffah meninggalkan Izzat yang masih mematung dengan pikirannya sendiri.

Jangan pernah berfikir jatuh cinta adalah hal yang indah. Jatuh cinta hanya membuatmu dibenci dan membenci. Tapi jika tak jatuh cinta, hidup juga tidak ada tantangannya, karena kita tak akan tahu seperti apa itu sakit hati.

Jatuh cinta boleh, tapi pada batasnya agar kau tidak terlarut jika di tinggal nantinya. Sebelum mencintai belajarlah untuk mencintai Allah dan dirimu sendiri, setelah itu cinta sejati yang ditakdirkan akan hadir untuk menjadi pendampingmu.

---

Maaf atas typo yang ada😅

Maaf ajuga jika alurnya berbelit-belit.

Makasih udah dibaca.

Wassalamualaikum.

Ryn.

Al HubWhere stories live. Discover now