Penantian dan Pengorbanan

146 27 10
                                    



Sandiwara cinta apa lagi yang akan kulakukan nantinya? Aku sadar, diri ini yang bodoh, membohongi perasaan lalu menangis dalam sunyi.

Cinta mengajarkanku segalanya, tentang penantian dan pengorbanan.

Dalam doa aku menantimu mengucapkan harapan bahwa engkau juga akan membalas perasaan ini, perasaan yang tidak halal untuk kita rasakan. Dan doaku terkabul, penantianku terjawab dan kau wujudkan dengan ingin menghalalkan perasaan antara kita. Kau tahu? aku sangat bahagia, Allah menjawab doaku, engkau akan menjadi halal untukku.

Tapi ada yang kulupakan, cinta bukan hanya tentang penantian tapi juga pengorbanan.

Mengorbankan sebuah penantian.

Diam-diam, ada yang menantimu dalam doa seperti diriku, orang itu berharga untuku. Kebahagiaannya adalah kebahagiaanku. Dan aku memilih untuk mengorbankan perasaan ini demi dia, sahabatku. Tenang saja, hati ini akan baik-baik saja, tidak perlu risau bahwa aku akan menangis dalam diam, meskipun itu pernah kulakukan ketika cahaya enggan melihat malam.

Aku hanya ingin melakukan dua hal yang kupelajari dalam cinta, yaitu penantian yang sudah aku praktikan, tinggalah pengorbanan, dan sekarang adalah waktunya.

Percayalah, cerita tentang kita akan baik-baik saja.

Nur Astrid Fatih.

Astrid terus merintih, dadanya terasa sesak untuk bernafas. Bagaimana bisa ia mengorbankan perasaannya untuk sahabatnya sendiri dan membiarkan hati yang juga mencintainya turut terlibat dalam luka?

"Ya Allah, ampuni aku yang tidak mensyukuri jawabanmu atas doaku." rintih Astrid diatas kasur Rumah Sakit berbau infus. Berapa lama lagi ia harus berpura-pura bahagia? Sementara hatinya terus merasakan sakit setiap saat.

Kamar rawat yang ia tempati sepi dari penjenguk. Ia meminta umminya untuk membelikan sesuatu di luar, itu ia lakukan agar bisa sendirian di dalam ruangan yang penuh saksi bagaimana kondisi hatinya selama ini.

Andai saja ia tahu bahwa Cinta itu seperti ini, mungkin ia akan menyatakan sebuah pernyataan, bahwa ia tidak ingin jatuh Cinta.

Dua minggu yang lalu, dengan berat hati dan egois nya ia memaksa Naufal agar mengkhitbah Syiffah, sahabat yaang paling ia sayangi. Padahal ia sendiri tahu, siapa yang ada di dalam hati Naufal saat ini, yaitu dirinya. Ia mencintai Naufal dan Alhamdulillah, Naufal pun sama. Baru saja Naufal on the way ingin melamar Astrid, sebuah fakta muncul mengagetkannya. Ia tidak sengaja membaca diary milik Syiffah, ia menemukan tulisan indah berisi rangkaian kata tentang perasaan Syiffah terhadap Naufal.

Bagaimana Syiffah bisa merahasiakan persaannya selama ini? Dan bagaimana perasaan Syiffah nantinya jika tahu bahwa orang yang ia cintai justru mencintai sahabatnya? Rasa takut menggerogotinya, ia takut kalau nantinya Syiffah akan membencinya, takut jika nanti persahabatan mereka akan hancur hanya karena cinta, Ya Allah kenapa persahabatan ini harus dilibatkan dengan perasaan?

Mencoba ikhlas, Astrid merelakan perasaannya. Ia mulai putus asa, mengingat penyakitnya yang saat ini semakin parah. Jika ia menerima lamaran Naufal, ia berfikir tidak akan lama menemani Naufal di dunia, toh lebih baik dia ikhlaskan perasaanya meskipun ia akan merasakan sakit.

Kadang cinta yang melatih kita untuk belajar mengikhlaskan, mengajarkan arti kesabaran dan mengajarkan menerima apa yang tidak kita inginkan. Cinta sebenarnya tidak akan menyakitkan, tergantung pada hati yang merasakannya. Mampukah ia mengontrol perasaan itu atau dirinya yang dikontrolkan oleh cinta.

Al HubWhere stories live. Discover now