Bab 7

342 16 1
                                    

Di sisi lain, Tina bingung dan sudah kehabisan tisu untuk mengelap darah yang keluar dari mulut Mira. Mira masih belum sadar sampai sekarang.

Kurang 45 menit menuju 3 jam. Tina sudah bersiap untuk memanggil ustadz. Mungkin sebelum 3 jam dia akan memanggil ustadz duluan.

Mira kembali merangkak walau tubuhnya merasa sakit. Entah apa yang terjadi sekarang pada raganya yang asli.

"Kau masih kembali?" tanya Mira.

"Ya, aku tidak ingin rahasia ini terbongkar. Tidak akan!" Pak tua itu melemparkan Mira ke arah taman, kakinya tepat tertusuk garpu taman membuat Mira mengerang kesakitan. Darah segar mengaliri menyirami bunga-bunga yang indah di sini. Tak bisa dibayangkan kalau Mira masih bisa berdiri dengan keadaan seperti ini. Tangannya kaku menggali tanah. Tiba-tiba tangannya memegang sesuatu. Benda yang keras dan berbentuk bundar. Untuk memastikan benda itu, Mira meninju benda itu dengan keras. Tanpa disadari pak tua itu mengerang keras.

"Mayatnya ada di sini," gumam Mira tersenyum licik sambil bangkit dari tempat berbaringnya. Walau pun sakit ia berusaha menggali tanah hingga mayat pak tua itu terlihat dengan jelas.

"Jangan! Aku mohon, jangan!" cegah pak tua itu membuat Mira ingin menyiksanya.

"Jangan! Kau bilang jangan?" Mira memutar tengkorak mayat itu dan membuat pak tua itu mengerang kesakitan sambil memegang kepala.

"Sakit? Ini tidak seberapa dengan perasaan siswa-siswa yang tidak bisa sekolah karena uang yang kau makan. Hingga mereka menjadi pengangguran di luar sana. Mereka masih hidup dan susah untuk mencari makan. Tapi kau sudah menjadi setan masih saja menyusahkan manusia," ujar Mira tanpa berhenti menyiksa pak tua itu lewat mayatnya.

"Aku melakukan hal itu agar anak dan is ... istriku bahagia. Aaaakh ... apa itu salah?" tanya pak tua membuat Mira semakin geram.

"Membuat keluargamu bahagia tetapi kau mempertaruhkan kebahagiaan orang lain. Jika kau tidak menjadi tikus sekolah apakah kau menjadi seperti ini sekarang? Tidak kan? Kau mungkin masih hidup bersama keluargamu. Tikus sekolah, cuih!" Mira meludah ke mayat pak tua itu.

"Ya, aku memang bersalah. Tolong lepaskan aku. Aku berjanji tidak akan menyusahkan manusia lagi," ujar pak tua itu memohon ampun.

"Aku tidak akan mempercayai janji setan!" ujar Mira.

"Demi anakku dan istriku. Aku mohon, lepaskan aku," sumpah pak tua.

"Demi keluargamu," Mira melemparkan mayat itu ke pak tua. Pak tua memeluk dirinya sendiri dan membenarkan posisi tengkoraknya.

"Terima kasih, saya akan pergi dari sini," pamit pak tua.

"Tunggu aku bisa melakukan sesuatu untukmu. Aku akan kirimkan salammu pada keluargamu. Siapa nama anak dan istrimu?" tanya Mira mencegah.

"Anakku bernama Tina Savitri. Istriku meninggal saat proses persalinan dulu," jawab pak tua membuat mata Mira membulat. Wajahnya merah padam karena terkejut.

"Tina Savitri?" ulang Mira yang dijawab anggukan oleh pak tua.

"Kau sudah mati? Berarti ketika kau hilang selama ini. Kau sudah mati?" sambungku bertanya.

"Iya. Aku tidak tahan diteror 5 gadis itu dan dewan guru hamil yang kubunuh. Dia menjadi kuntilanak dan anaknya menjadi tuyul. Hingga ku putuskan aku memendam diriku di taman ini,"

Mira tak menyangka bahwa orang yang menyusahkan banyak orang termasuk keluarganya adalah ayah dari sahabatnya sendiri. Mira langsung berlari dan meninggalkan pak tua itu. Mira yakin kalau pak tua itu akan menepati janjinya. Mira membuka kurungan yang mengurung keluarganya. Arwah 5 gadis dan keluarganya itu terbang ke atas dan meninggalkan Mira sendiri. Mira pun kembali ke jalan semula ia datang dan menemukan gerbang dimana ia masuk sebelumnya. Dengan sigap ia meloncat dan menemukan tubuhnya yang menggelepar sendirian. Arwah Mira segera masuk ke tubuhnya.

Lorong 313Where stories live. Discover now