10. Retak.

1.2K 114 22
                                    


"Nih buat lo."

Ando bingung saat Lista masuk ke dalam mobil,  langsung mengeluarkan kotak bekal berbahan kayu dari dalam goody bag berwarna peach, lalu mengeluarkan kotak bekal berbahan kayu dan meletakkannya di pangkuannya yang sedang menyetir. "Tumben."

"Kak Erika kebanyakan bikin nasi goreng, jadi dia buat bento buat  lo ama gue biar gak jajan sembarangan." Lista memejamkan mata sambil menurunkan sun visor di atas kepalanya, untuk menghalangi sinar matahari yang menembus langsung ke wajah. "Tumben silau banget hari ini."

Ando mengernyit mendengar celetukan sambil lalu tersebut, lalu melirik Lista yang kini memjit kepalanya sambil bersandar. Spontan, ia langsung menyentuh kening cewek itu, dan mengernyit. "Lo demam."

"Masa?" Lista menahan napas saat tangannya yang kini menyentuh kening, digenggam Ando. "Lo yang demam kayaknya, karena tangan lo hangat banget."

Ando menatap Lista yang kini terlihat sibuk sendiri mengambil jaket. "Gue antar pulang aja."

"JANGAN!" Lista langsung memegang stir mobil Ando sambil menggeleng panik. "Gue cuman demam biasa. Beneran ini, minum teh hangat juga sembuh."

"Wajah lo pucat banget."

"Gue cuman demam dan sedang berhalangan. Bukan masalah besar." Lista memeluk dirinya sendiri dengan bibir sedikit gemeletuk. "Gue gak mau nyusul ujian soalnya. Jadi kita ke sekolah aja."

   "Lo bukan Murid Teladan panutan Sekolah kita, Sayang."  

Ia menyalahkan demam yang membuat pipinya semakin memanas. "Gue gak mau dengar." Lista bahkan menutup kedua kupingnya sendiri sambil menggeleng. "Nanti kedua kakak gue tambah panik. Mana Ortu gue lagi pergi keluar kota pula."

"Mereka akan lebih panik lagi kalau lo sampai pingsan di sekolah."

"Berdoa saja gue kuat sampai pulang kalau begitu." Lista memilih memejamkan mata sambil berusaha mencari posisi yang nyaman. "Keberatan gak kalau gue kayak gini?"

"Gue lebih suka lo tidur dikamar sendiri dengan segelas teh hangat impian lo, Lista."

"Gak mau dengar."

Ando menggeleng sambil mengacak rambut pendek Lista,  mengelus keningnya pelan saat terdengar suara dengkuran halus Lista. Hal itu membuatnya tersenyum kecil sambil beralih ke tangan Lista, dan menggenggamnya.  "Tidur saja kalau gitu, kepala batu."


***


"Nih." Cindy menyodorkan plastik minuman berisi teh hangat pesanan Lista, yang kini bersandar di bawah pohon dengan wajah pucat disertai tatapan cukup menyedihkan. "Cepet abisin, terus ijin ke Guru Piket dan pulang kerumah."

"Gaya lo kayak Ibu Tiri jahat, yang mau musnahin anak tirinya dari rumah."

"Emang. Gue mau ngusir lo dari sekolah biar bisa istirahat dirumah."

"Gak mau." Saat ini ia mengenakan Jaket cukup tebal sambil memeluk dirinya sendiri, menatap teman - teman sekelasnya kini pemanasan ringan sebelum ujian olahraga ditengah lapangan. "Gue pulang kerumah juga percuma. Kedua kakak gue gak ada karena kuliah dan berencana pengen tidur di kost masing - masing, ortu lagi bulan madu keseratus kalinya, dirumah cuma sama Bi Inah. mending gue disini."

"Banyak alasan." Cindy mengikuti arah tatapan Lista yang tak berkedip. "Bilang aja lo mau ngawasin Ando yang sekarang dipepet murid baru."

"Gak.." Lista menggeleng sambil berpaling ketika Karen, anak baru itu menatapnya, sebelum berbicara lagi dengan Ando sambil merangkul lengannya. "Gue cuman males dirumah."

Be Yours?! DAMN!Where stories live. Discover now