7. Singa yang Terluka.

1.5K 149 7
                                    


Dia berteriak kesakitan tanpa ada yang mendengar selama ini. 

Menangis perih hingga darah menggantikan air mata.


"Mau masuk?"

"Gak usah, gue langsung pulang saja." Jawabnya sambil tersenyum, untuk menyembunyikan rasa kebelet tak tertahan yang mati - matian ditahannya sepanjang jalan tadi. Tak menyadari bahwa sedari perjalanan pulang cowok itu diam saja, walau diajak ngomong tak pernah mau menatap langsung. "Gue pulang, yah."

Jawaban Lista membuatnya mendongkak. Sorot mata unik itu semakin indah saat terpantul sinar Matahari, namun tetap saja gagal menyembunyikan gelagat aneh Lista yang siap kabur. "Kok buru - buru? Gue gak ada niat buat menculik kok."

Lista menatap tangan kiri Ando yang menggenggam pergelangan tangannya. Duh, lepas dong! "Gak kok. Cuman kebelet pengen pipis aja."

Bodoh.

Ando tersenyum saat Lista kini menunduk sambil mendumel sendiri dalam bahasa tak dikenalnya, membuka pintu mobil, melepas sabuk pengaman Lista dan merasakan tarikan napas tepat di telinga kirinya saat melakukan itu, lalu mengambil kunci mobil Lista. "Ayo masuk."

"Kembaliin!"

Ando tertawa melihat wajah panik Lista. Sorot mata unik yang membuatnya terbius tak pernah gagal membuatnya lupa untuk tidak terpesona. "Gue gak mau lo  semakin tersiksa sepanjang jalan nanti. Kakak lo juga nitip Martabak kan?"

"Gak! Gak Mau! Eh, maksudnya gak usah. Gue langsung saja." Saking paniknya, suaranya gemetar tak terkendali. Lebih baik dia berakhir mengompol di jalan ketimbang berduaan dengan Ando di Rumah. Entah kenapa, berada di teritori cowok itu membuatnya ketakutan sendiri.

Keningnya berkerut sambil mengelus pergelangan Lista yang gemetar agar tenang. "Gue gak sendiri dirumah kalau itu yang lo khawatirkan. Ada Bibi."

"Ortu lo sendiri?"

"Jadi, mau masuk? Gue gak ada kekuatan serta niat untuk lakuin macam - macam sama lo dengan kondisi begini. Believe me, okay?"

Lista melirik kunci mobil kak Bian yang berada di tangan Ando. Ia bisa saja melengos dan pulang kerumah dengan jalan kaki, membiarkan kak Bian duel sekali lagi dengan Ando kalau perlu. Tapi, kantong kemihnya terlalu penuh, serta tatapan hitam kelam itu membuatnya percaya, sehingga ia mengangguk sambil  mengikuti Ando dari belakang.


***


"Wah..." Lista terpukau saat memasuki Ruang Tamu yang 2 kali lebih mewah dibandingkan rumah siapapun yang pernah ia datangi. Dominasi warna ungu dan putih membuatnya terlihat elegan, belum lagi pandangan langsung ke arah taman dengan kaca sebagai pengganti tembok, membuat ruangan ini terasa sangat damai, menenangkan,

dan seharusnya hangat, kan?

Ia berjalan mendekati meja kecil yang berisi beberapa figura foto kecil, tersenyum sendiri saat mengenali Ando dalam versi lebih kecil sedang tertawa sambil dipeluk oleh seorang anak lelaki yang terlihat menjulang sedang tersenyum sambil mengacak rambut Ando. Ekspresi wajah anak lelaki itu terlihat sangat menenangkan, seolah ia dilahirkan untuk mendamaikan seisi dunia hanya melihat wajahnya.

Pandangannya kemudian beralih ke arah foto kedua orang tuanya, mengetahui bahwa warisan sepasang bola mata sehitam arang itu dari ayah Ando, sedangkan untuk wajah dingin terkesan angkuh disertai lirikan tajam berasal dari mama Ando berkebangsaan asing, terlihat sangat cantik dan mempesona bersama rambut pirang kecoklatan  dikepang samping kanan, diapit oleh Ando kecil dengan tuksedo berwarna hitam serta cowok berwajah menenangkan itu sambil tersenyum bahagia.

Be Yours?! DAMN!Where stories live. Discover now