9. Luka.

1.3K 175 29
                                    


"Anakku..." 

Suara Mama terdengar menyayat hati saat memeluk papan nisan kayu yang bertuliskan nama kakaknya, menancap kuat di tanah merah seolah sebagai alat tampar paling efektif akan kenyataan yang dihadapi sekarang. Bahkan wanita yang sampai sekarang ia impikan bisa dipanggil 'mama' tanpa embel - embel hinaan, sedang menangis pilu hingga semua orang berpikir, bahwa kak Rafa adalah anak satu - satunya.

Ia tak kuat mendengarnya.

Tapi apakah ia punya pilihan untuk kabur? 

Ia perlahan mendekat, menyentuh pundak Mama dengan tangan kanan yang gemetar hebat, sembari berdehem untuk menjernihkan suaranya yang mendadak serak. Bisikan para pelayat kini diabaikan. "Ma, jangan nangis. Ada Ando disini."

"Kamu pembawa sial. Andai kamu gak lahir," Wanita itu tak menoleh, namun tangannya mencengkram kuat nisan kak Rafa. "Rafa gak akan berakhir disini. Terbujur kaku mendengar mama dan papah nangis tanpa bisa membujuk seperti biasanya, gak bisa bilang, 'semuanya akan baik - baik saja, Ma, Pah.' Oh Tuhan, anakku yang malang.."

"Bahkan mama baru saja berpikir"  Wanita itu kini menoleh, sepasang mata berwarna coklat kehitaman itu memerah dan bengkak karna air mata yang terus mengalir, kini bersorot benci. "Mungkin kalau yang didalam tanah saat ini kamu, mungkin Mama gak akan merasa sehancur ini."


"Kak, Kak Ando, Bangun..."

Ia membuka mata, bersyukur bahwa yang dilihatnya adalah Lily. Bukan wanita itu dalam wujud nyata. "Iya, Lily. Makasih sudah bangunin kakak."

"Kakak mimpi dikejar Dinasourus lagi, yah? Kakak pasti nakal saat itu jadi mereka terganggu."

Ia tersenyum mendengar nada sok galak Lily, yang kini  menguap lebar. "Gak kok. Kakak mimpi dikejar kamu yang gak ada giginya karna suka makan serba manis tanpa sikat gigi. Serem loh kamu di mimpi kakak tadi."

"Lily selalu sikat gigi, kak. Nih..." Ia sampai tersenyum lebar untuk memamerkan giginya sebagai bukti. "Bener, kan?"

Ia tersenyum sambil mencium kening Lily. "Iya, Kak Ando percaya. Tidur lagi, yuk? Baru jam 3 pagi ini."

"Ayok, tapi peluk yah, kak."

Ia mewujudkannya sambil menyanyikan lagu tidur kesukaan Lily, diam - diam merasa iri melihat Lily terlelap begitu saja dengan senyum kecil. Seolah tidur adalah hal yang paling membahagiakan dalam hidupnya.

Tidak seperti dirinya, yang memilih menghabiskan bergelas - gelas kopi demi tak tidur , agar tak berhadapan dengan kenangan menyakitkan lainnya.


***

"Cupcakesnya lucu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Cupcakesnya lucu. Lily pasti teriak kegirangan kalau liat ini."

Lista menatap Ando yang sekarang berada di ruang tamunya tanpa diundang apalagi pemberitahuan, lengkap dengan penampilan serba Hitam seolah ia adalah seorang magician. "Lily?"

Be Yours?! DAMN!Where stories live. Discover now