Dare Only...

53 2 0
                                    

“Woii!! Cepetan elah. Lelet amat sih! Keburu siang ntar.” Teriak Aby dari kejauhan. Yang cewek membalas teriak, “Iya, sabar napa.” Hari ini mereka semua akan pergi snorkeling. Liburan yang singkat ini mereka pakai seefektif mungkin untuk bermain. Tak lama kemudian mereka sudah mengenakan goggle dan menikmati pemandangan dasar laut. Masing-masing di tangan mereka terdapat roti untuk memancing ikan-ikan kecil agar mengelilingi mereka. Meski Aby lebih sibuk mengabadikan momen ini dengan kameranya. Tiba-tiba terdengar suara teriakan dari arah seberang pulau. Dia segera berenang menuju ke arah teriakan meninggalkan yang lain.

Begitu tiba di sumber suara tersebut, Aby langsung berenang lebih cepat lagi. Ada seseorang yang nyaris tenggelam! Kontan hal tersebut membuatnya semakin panik. Aby berhasil memegang tangan orang itu dan menariknya ke tepian pantai. Ia menekan-nekan dadanya agar air yang terminum segera keluar, tapi orang-yang baru disadarinya bergender wanita-itu tak kunjung sadar. Aby mengumpat pelan dan segera memberi napas buatan. Tak lama gadis itu langsung sadar dan terbatuk-batuk. Aby menghela napas lega dan menatap gadis itu sekali lagi. Dengan rambutnya yang hitam legam, dia terlihat sangat menarik dilihat. Mata hijau yang bulat itu menatap sendu kearah Aby. Aby mengusap tengkuknya saat bertatap mata dengan gadis itu. Ini pertama kalinya ia melihat mata yang dipenuhi luka. Hatinya terasa sakit, seakan-akan ikut merasakan apa yang dirasakan oleh gadis yang baru saja ditolongnya ini. Gadis itu masih menatapnya sendu, namun kali ini telinga Aby mendengar suara yang terasa sangat merdu. “Kamu siapa?”

+02_97+

Kini semuanya sudah berkumpul di ruang tamu. Aby duduk di hadapan gadis itu. Pakaian yang dikenakannya kini adalah milik Vani karena ukuran tubuh mereka yang sama. Aby berdehem sebelum berbicara, “Namamu siapa?”

“Gardiena Eifeelion Michiana. Panggil saja Lio. Kalian?” tanyanya balik sambil mengerutkan dahi. Aby mengulurkan tangannya sambil menyebutkan nama mereka semua. “Apa yang terjadi padamu?”

“Ntahlah, yang kuingat hanyalah aku sedang berada diatas sebuah kapal. Kemudian ada yang mendorongku hingga jatuh. Lalu tahu-tahu saat sadar, kamu sudah menolongku.”Jawab Lio yang tatapannya tertuju pada Aby. “Hari sudah cukup larut. Sebaiknya kita semua istirahat karena besok harus bangun pagi. Kalian tetap mau naik gunung kan?” Itu jelas perintah halus, bukan pertanyaan. Khas Aby.

“Malam ini, kamu tidur di kamarku saja. Ada dilantai dua, nanti kuantar.” Vani baru saja akan melayangkan protes saat mendengar kata-kata abangnya, namun Aby langsung melanjutkan lagi. “Tenang saja, hari ini aku tidur di kamar sebelah.” Begitu semuanya sudah kembali ke kamar masing-masing, Aby menghadap ke arah Lio lagi. “Ayo.”

“Ini, gunakan saja kamarnya. Tapi sebelum itu ada yang ingin kubicarakan terlebih dahulu denganmu. Bisa?” Lio mengangguk dan mengikuti langkah Aby menuju ke beranda. Angin dingin terasa menusuk kulit Lio saat Aby membuka pintu beranda. “Ini, pakai saja jaketku.” Entah kapan, Aby memiliki jacket ditangannya. “Baiklah, aku sendiri bingung mau mulai darimana, tapi bisakah kamu menjelaskan kejadian yang sebenarnya?” Mata Lio membulat mendengar pertanyaan Aby. “Ap-apa maksudmu?”

“Aku tahu kamu berbohong. Ayolah, aku sudah menolongmu. Tidak ada salahnya kamu menceritakannya kan?” Lio terdiam, batin dan logikanya masih sibuk berdebat antara harus memberitahu Aby kejadian sebenarnya. Logikanya menyuruhnya untuk merahasiakan hal yang sebenarnya. Bagaimanpun juga mereka baru kenal beberapa jam. Dia belum tahu apakah Aby bisa dipercaya atau tidak. Namun hatinya berkata sebaliknya, bahwa lelaki ini bisa dipercaya. Bahwa lelaki inilah yang nantinya bisa menolongnya.

Akhirnya sang hatilah yang menang. “Baik, aku akan menceritakannya padamu. Tapi bisakah kamu berjanji akan merahasiakannya?” Aby mengangguk. Dan tak lama kemudian, mengalirlah cerita yang sebenarnya.

Anata no ShiawaseDär berättelser lever. Upptäck nu