Curhat...

65 1 0
                                    

Tak terasa acara ultah sekolah tinggal 2 minggu lagi. Anggota OSIS semakin sibuk mempersiapkan acara tersebut, terutama Aby. Ia makin sibuk mengurus ini-itu, belum lagi kelasnya yang mengadakan maid and butler caffee. 1 hari sebelum hari H anggota OSIS seksi perlengkapan, dekorasi, keamanan akan menginap di sekolah. Aby dan Nata sebagai anggota inti OSIS pun harus ikutan menginap untuk mengawasi jalannya persiapan. Hari sudah menjelang malam ketika semua persiapan telah beres. Gladiresik juga telah selesai 1 jam yang lalu.

“Nat, gue pergi beli makan anak-anak dulu ya. Bareng Melly. Lo lanjut ngawasin aja.” Aby mengambil jacketnya dan segera melambai pada Nata menuju ke Melly yang sudah menunggu.

“Ok. Gue nitip jus mangga ya.” Balas Nata sambil nyengir gaje.

+Aby’s POV+

“Mau beli apaan, Mel?” aku bertanya sambil fokus nyetir.

“Emm..nasi goring aja gimana? Entar minuman beli the aja.”

Aku membelokkan mobil ke salah satu stan nasi goring yang kulihat. Mungkin karena ini bukan malam minggu, makanya stan itu tidak terlalu rame.

“Pak, nasi gorengnya tolong dibungkus 13 kotak ya. Terus pisahin satu kotak gak pake ayam.”

“Kok satu gak pake ayam? Buat siapa emangnya?” Melly menatapku bingung.

“Nata. Dia gak suka ayam. Eh pesan minuman di sebelah aja.” Bibir Melly membentuk huruf O dan segera mengikutiku ke stan minuman di sebelah.

“Pak, the angetnya 10 ya. 1 jus mangga, tapi gak usah pake es, terus jus apelnya satu. Lo mau apaan Mel? Mumpung kita bisa milih minumannya.”

“Gue mau jus jeruk aja.”

“Tambah jus jeruk 1 ya pak.” Aku menghampiri salah satu kursi dan mendudukinya, disusul oleh Melly.

“Lo dan Nata akrab banget ya. Iri gue.”

“Hahaha….namanya uda temenan sejak kecil. Wajarlah kalo akrab. Tapi kadang gue sendiripun heran, kenapa kami bisa akrab padahal sifat kami beda banget.” Ingatanku kembali ke masa itu, saat dimana kami bisa ngungkapin apapun yang kami pikirkan dengan jujur.

“Hemm..seandainya gue dan Bima juga bisa kayak kalian ya.” Telingaku bereaksi mendengar nama Bima disebut.

“Bima? Apa hubungannya dengan dia?” Aku berusaha untuk mencegah nada curigaku terdengar.

“Kami kan temenan sejak kecil juga. Sama kayak kalianlah. Tapi semuanya berubah semenjak kejadian itu.” Mata Melly tampak menerawang.

“Kejadian apaan emangnya?”

“Gue juga gak tahu persis sih, tapi kayaknya pas mulai kami SMP deh. Waktu itu, kami masih akrab kayak kalianlah. Tapi semenjak kelas 8 gitu Bima berubah. Kalo tebakan gue ini ada hubungannya dengan kakaknya, Mas Bi-” kalimat Melly terputus karena panggilan dari penjual nasi goring. Dalam hati, aku merutukinya.

“Ini, dek. Semuanya 130.000.” Aku menyodorkan selembar uang 100.000 dan selembar uang 50.000. “Ambil aja kembaliannya Pak.”

“Ma-makasih dek. Tapi adek yakin?” Aku menganggukkan kepala sambil mengucapkan terima kasih juga.

+02_97+

Jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi saat kami bersiap-siap untuk pulang. Tepat saat Aby akan beranjak ke area parkiran sekolah, Rei dan Bima tiba barengan- tentu saja, mereka kan pacaran. Aby hanya melirik Rei sekilas, kemudian menepuk bahu Bima lalu berjalan pergi. Rei yang merasa bingung langsung menahan Nata dan meminta Melly untuk pergi dulu. Nata diam, menunggu Rei untuk mulai bicara. Rei memainkan tangannya dengan gelisah, kemudian angkat suara,

Anata no ShiawaseDonde viven las historias. Descúbrelo ahora