Bab 19

130K 1.3K 17
                                    

                                                                        Bab 19

Hanya sekitar setengah jam perjalanan menuju rumah nenek Callista. Melewati jalanan sempit dari villa hingga ke jalan poros, lalu melewati hutan pinus, kebun teh dan rumah- rumah penduduk yang terletak di ketinggian kota Lembang. Rumah nenek Callista berjarak sekitar 500 meter dari jalan poros kabupaten. Jalan di sepanjang lorong sudah diaspal. Dan sekitar 100 meter dari halaman rumah nenek, mereka sudah disambut dengan deretan cemara yang tingginya sudah sekitar beberapa meter. Dari kejauhan sebuah pagar tinggi bercat putih sudah terlihat.

“Itu rumah nenek.”

“Wow. Besar banget ya?” Hazel terkagum-kagum dengan rumah nenek Callista. Dari depan saja sudah terlihat besar.

“Sengaja dibuat besar. Soalnya di sini semua anak dan cucu-cucu nenek biasa ngumpul kalau Lebaran atau liburan.” Marvin mematikan mesin mobil dan melepaskan seatbelt. “Ayo.”

Hazel agak terburu-buru melepaskan seatbelt dan mengikuti langkah Marvin keluar dari mobil. Udara sejuk menyambut mereka. Hazel merapatkan syal dan berjalan cukup cepat menyusul Marvin masuk ke halaman.

Sebetulnya kalau diperhatikan, rumah yang terlalu luas itu malah berkesan angker. Mungkin karena warna catnya semuanya putih dan hawa dingin yang kerap divisualisasikan dalam film-film horor. Tapi untungnya taman bunga mawar berwarna-warni mengalihkan Hazel dari ketakutannya yang terlalu absurd.

Seorang perempuan berusia sebaya dengan mamanya, sedang menyiangi batang-batang mawar yang sudah layu. Hazel melirik Marvin yang langsung memanggil perempuan itu.

“Tante Elva!”

Perempuan yang mengenakan celana panjang dan sweater biru tua itu lekas berbalik, melepaskan kaus tangan dan langsung memeluk Marvin sambil menepuk-nepuk punggungnya.

“Marviiiiin. Duh, Tante kangen banget.”

Marvin tersenyum lebar setelah melepaskan pelukannya. Dia harus segera mengenalkan Hazel sebelum Hazel jadi bingung sendiri.

“Neng Geulis yang ini siapa, Marvin?” tanya Tante Elva.

“Kenalin, Tan. Ini Hazel. Istriku.”

Tante Elva langsung menunjukkan raut sedih. “Maaf nggak bisa dateng di pernikahan kalian. Tante harus jagain nenek.” Tapi ekspresinya langsung berubah ceria ketika menatap Hazel dan memeluknya dengan cukup kuat.

“Nggak pa-pa, Tante.” Hazel memegang ke dua siku tante Elva yang memeluknya sekali lagi.

“Selamat yaaa… mudah-mudahan langgeng sampe kakek-nenek. Tante doakan.”

Marvin dan Hazel saling bertukar senyum.

“Amiin, Tante. Mm, gimana kalo kita masuk ke dalam? Marvin udah kangen banget sama nenek.”

“Oh, ayo kita masuk ke dalam. Nenek lagi duduk-duduk di depan TV. Lagi nonton infotainment.”

Hazel langsung tertawa lepas. Wow.

Marvin mengedipkan mata. “Nenek gue memang ajaib. Tapi lo pasti suka. Dia nenek paling baik sedunia.”

“Bawel nggak?”

Marvin menggeleng. “Lumayan kalem.”

Tante Elva menggiring mereka berdua ke ruang TV yang hangat. Rumah itu memang dilengkapi pemanas ruangan, sama seperti villa yang mereka tempati.

Nenek Callista tengah serius menonton berita kelahiran bayi salah seorang selebritis Indonesia yang cukup terkenal sebagai pemain sinetron. Dia malah terdengar memuji bayinya cantik dan menggemaskan.

Hazel's Wedding Story (First Sight) SUDAH DIBUKUKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang