A Little Bit (Dibilang teaser boleeeh)

16.9K 333 10
                                    

"Oh, ya. Aku mau ngasih tau sesuatu," ucap Marvin masih menundukkan kepalanya, tangannya mengaduk-aduk sereal.

     Hazel masih mendekap kripik kentangnya. Menunggu.

     "Mungkin kamu nggak bakal peduli, tapi aku harus tetap ngasih tau." Marvin masih mengaduk serealnya. "Aku sudah resmi mundur dari jabatanku di Prestige."

     Gerakan tangan Marvin terhenti. Sendok dilepaskan dari tangannya hingga bersandar pada bibir mangkuk.

     Hazel tidak berniat mengomentarinya. Lagipula apapun yang dilakukan Marvin sudah bukan menjadi urusannya lagi. Mereka sudah berada di jalan hidup masing-masing. Selalu akan seperti itu.

     "Aku mau lebih fokus dengan pembangunan resor di Lembang," lanjut Marvin, akhirnya mengangkat wajahnya.

     Apapun, terserah, batin Hazel. Masih belum menggumamkan satu kata pun.

     "Aku berangkat minggu depan. It's a good news for you. Kamu nggak perlu lagi susah payah menghindari aku setiap hari."

     Marvin kembali mengunyah sereal.

     Caranya menghindari Marvin memang terlalu mudah terbaca.

     Dan sekarang di sinilah mereka berada.

     Tidak ada lagi sapaan mesra di pagi hari. Tidak ada lagi komunikasi yang hangat dan penuh canda. Semuanya hilang, tersapu badai.

     Tanpa bisa ditahan, setetes airmata jatuh di sudut mata Hazel.

     "Mungkin ini cara terbaik yang bisa aku lakukan untuk saat ini. Apapun yang akan terjadi nanti, kita akan pikirkan lagi sama-sama,"

     Ada kepedihan dalam setiap kalimat yang diucapkan Marvin. Hazel bisa merasakannya. Karena seperti itu pula kepedihan yang dirasakannya saat ini. Mampukah dia sekedar membalikkan badan dan mengatakan bahwa dia tidak pernah ingin berada dalam situasi seburuk ini? Dia sudah menerima Marvin sebagai suaminya, dengan segala baik dan buruknya.

     Tapi... jurang di antara mereka kini semakin terbentang lebar. Dia tidak mampu melakukan sesuatu untuk menyatukan hati mereka kembali karena Marvin sudah melakukan kesalahan yang belum bisa dimaafkan hingga kini.

     "Pergilah." Marvin menambahkan. Artinya percakapan mereka sudah selesai.

     Hazel menyeka airmatanya.

     "Aku duluan," ucap Hazel setelah meraup bungkus keripik dan melupakan botol air putih yang masih berada di atas meja. Berlari meninggalkan pantry, menaiki anak tangga dengan langkah-langkah cepat namun berat, dan menutup rapat pintu di belakangnya.

                                                          ***

     Marvin merapatkan telinga di daun pintu ruang kerja Hazel. Mendengarkan isak tangis Hazel dari balik pintu.

     Mengapa dia selalu saja menyakiti perasaan Hazel?

Hazel's Wedding Story (First Sight) SUDAH DIBUKUKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang