Pernikahan

39.9K 2K 59
                                    

Hilman

Pagi ini aku terbangun tepat pukul 5 pagi, dan itu semua berkat kegugupan ku yang kurasa sangat berlebihan. Bagaimana tidak, hari ini adalah hari pernikahan ku dengan Syafa, dan sejak tadi malam aku tak bisa tidur karena gelisah dan resah. Katakan aku berlebihan seperti para ABG diluar sana. Tetapi sungguh itulah yang kurasakan. Pernikahan ini tidak sebanding dengan pernikahan pertamaku, yang kurasa biasa saja tanpa adanya rasa campur aduk seperti sekarang ini.

Aku mondar-mandir di dalam kamarku. Pukul delapan nanti aku harus tiba di masjid Baitul Mahdi untuk melaksanakan ijab qobul. Ya ijab qobul memang tidak di adakan dirumah mempelai wanita. dan Syafa juga tidak akan hadir disana melainkan dia diwakili oleh Ayah Husman, jangan heran karena satu minggu yang lalu beliau menyuruhku memanggilnya dengan sebutan Ayah.

Suara ketukan di pintu membuatku menghentikan acara bodohku, ku lirik pintu dan kutemukan putra pertamaku yang bernama lengkap Edmun Dario Zain, tengah menatapku heran. Pria berusia tujuh belas tahun itu menatapku sambil menautkan alis mata tebalnya.
"Ayah, apakah ayah ingin calon Bundanya Ed membatalkan pernikahan kalian?" pertanyaannya membuatku menaikkan alis mataku persis seperti yang baru saja di lakukan Ed.

"Apa maksudmu Ed, karena hari ini adalah hari pernikahannya. Dan calon Bundamu itu tak mungkin membatalkan pernikahan kita," Aku menatapnya meremehkan.

"Itu akan terjadi jika yang Ayah lakukan hanya mondar-mandir tidak jelas menghabiskan waktu seperti ini," Aku menatap kearah jam dan benar saja sekarang sudah pukul enam, Ya Allah, apakah aku sudah menghabiskan waktu selama satu jam hanya dengan mondar-mandir layaknya setrikaan kurang pakaian.

"Oh Ed, apa kau ingin Ayah gagal menikah?" Tanyaku sarkastik.

"Itu bukan salahku Yah, salahkanlah diri Ayah sendiri yang berlagak layaknya anak dibawah umur," Jika dia bukan anakku mungkin sudah ku jitak kepalanya dengan keras.

"Ayah segera bersiap karena semua sudah menunggu Ayah," Ujarnya lagi. Aku hanya mengangguk dan segera menyambar jass milikku.

**

Kami tiba di masjid Baitul Mahdi pukul 7:30 dan masih ada waktu setengah jam lagi untuk menormalkan detak jantungku yang sejak semalam berdetak tak se-wajarnya. Aku melihat disana sudah berkumpul keluarga dekatnya Syafa, aku tidak akan mencari keberadaan Syafa disini, Karena dia memang tidak ikut kemari, lebih tepatnya dia menunggu dirumah. Katanya sih biar lebih hikmat acaranya. Dan aku bersyukur untuk itu, karena aku yakin jantungku akan melompat-lompat jika Syafa berada disini.

Semua sudah berkumpul dan sekarang Ayah Husman sudah berada di hadapanku menjabat tanganku. Ya ijab qobul akan segera dimulai.
"Apakah kau sudah siap mempelai pria?" Tanya penghulu, aku mengangguk mantap.

"Baiklah kalau begitu kita bisa mulai," Ujarnya lagi. Aku langsung menegakkan tubuhku.

"Hilman Prasetyo Zain, saya nikahkan putri saya yang bernama Syafa Irina Husman dengan engkau, dengan mahar sebesar 40gram emas di bayar tunai," Ujar Ayah Husman, aku menarik nafas sejenak dan.

"Saya  terima nikah dan kawinnya Syafa Irina Husman  dengan mas kawin tersebut di bayar tunai," Ujarku dalam satu tarikan nafas.

"Sahh" Teriakan para saksi, dan kini Syafa telah resmi menjadi istriku yang sahh.. semua orang memanjatkan doa untuk keberkahan pernikahan kami.

**
Syafa

Aku bergerak was-was di tempatku memikirkan apakah acaranya berjalan lancar atau sebaliknya. Astagfirlohalazhim berpikir apa sesungguhnya aku ini, aku mengusap wajahku dengan telapak tanganku yang sudah berhias inai. Ya sesungguhnya Ayahku masihlah memiliki darah keturunan turki.

Pria TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang