Tiga

658 47 2
                                    



Author

Semua kembali kepada kesibukan masing-masing, Hilman menjalani kewajibannya sebagai suami sekaligus Ayah. Yang mencari nafkah dan juga memberi kasih sayang untuk seluruh keluarganya. Dan Syafa wanita cantik itu juga sama, dia menjalani tugasnya sebagai seorang pengajar dan juga ibu rumah tangga yang sangat baik.

Menjadi wanita kebanggaan Ayah dan Uminya, menjadi kebanggaan di rumah suaminya, dan menjadi panutan di lingkungan sekolahnya juga. Kegiatan wanita mungil itu sangat banyak menurut Hilman, mulai dari mengurus suami, ke tiga anaknya dan juga rumah tempat tinggal mereka. Seperti pagi ini setelah shalat subuh dia harus menghabiskan waktunya bersama peralatan memasak di dapurnya. Membuat sarapan untuk suami dan ke tiga anaknya.

Bergegas membangunkan suami, mempersiapkan kebutuhannya lalu menyiapkan kebutuhan si bungsu. Setelah selesai mengurus si bungsu Syafa membenahi diri. Hilman menatap istrinya kasihan. 8 bulan pernikahan mereka istrinya terlihat semakin cantik meski sedikit kurus.

"Sayang aku bisa menyewa koki terkenal untuk menggantikan tugasmu di dapur," Ujar Hilman menatap Syafa. Syafa berbalik dan mendekati suaminya.

"Aku tidak akan senang dengan koki itu yang menyiapkan makanan untuk suami dan ke tiga anakku, dan aku tidak percaya pada mereka." Ujar Syafa membenahi dasi sang suami.

"Sayang mereka koki propesional, aku tidak ingin melihatmu kelelahan. Belum aktifitasmu di luar rumah yang semakin membuatmu kelelahan," Ujar Hilman lagi.

"Aku tahu mereka propesional, bahkan lebih pintar dariku. Tetapi, apa mereka membuat sajian makanan penuh dengan cinta seperti yang kubuat?" Hilman terdiam dengan pertanyaan Syafa. Ya apa yang di katakan Syafa tidak melenceng sedikitpun.

"Lagipula aku senang dengan aktifitasku, mengurus suami dan anak di pagi hari, kemudian bekerja lalu kembali mengurus anak dan suamiku. Kurasa tidak ada yang salah mas," Tambah Syafa lagi.

"Memang tidak ada yang salah, tapi kau terlihat kelelahan. Belum-belum kau harus menemaniku setiap malamnya untuk membuatkan adik untuk ke tiga anak kita." Hilman mengusap pipi tembam istrinya, pipi Syafa semakin merona ketika Hilman mengelus lembut jemarinya di sana.

"Mas, apakah hal seperti itu mas harus ungkit juga. Memalukan sekali," Syafa menekuk dahinya.

"Sayang, aku hanya mau tahu berapa waktu kau menggunakan 24 jam untuk beristirahat." Syafa tahu dia tidak akan menang dengan mendebat suaminya. 1 bulan belakangan suaminya memang ngotot untuk mengurangi aktifitasnya yang tidak padat.

"Ya Allah mas, kau tahu saat siang sepulang dari sekolah aku selalu menyempatkan diri untuk istirahat. Dan aku rasa mas sudah sangat berlebihan, aku hanya menyiapkan sarapan dan makan malam mas, tidak menjadi kuli panggul di pasar." Ujar Syafa dengan senyum jenakanya. Dia tahu suaminya sangat perduli. Tetapi kekhawtiran suaminya menurutnya terlalu berlebihan.

"Aku melihat tubuhmu belakangan lebih kurus, aku tidak ingin anak-anak berpikir yang tidak-tidak sayang. Terutama Ayah juga Umi," Balas Hilman masih berusaha bernegoisasi dengan istrinya.

"Huh, mas bahkan aku makan dengan sangat lahap, bagaimana bisa aku kurusan?" Tanya Syafa menahan geli. Entah kenapa suaminya belakangan sangat over. Dan dia tidak tahu apa sebab dari kelakuan aneh suaminya itu. Belum lagi Hilman yang selalu menempel padanya saat dia pulang dari bekerja.

"Sayang, aku tidak mungkin salah. Kau memang terlihat kurus, atau kau sedang memikirkan sesuatu?" Tanya Hilman lagi.

"Mas, aku tidak apa-apa. Dan memikirkan? Ya Allah mas bagaimana bisa aku merasa memikirkan sesuatu saat aku tengah merasa begitu bahagia. Mas aku baik," Balas Syafa meyakinkan Hilman.

Pria TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang